"Viaje"

duapuluh satu

Jae kembali fokus pada sang pihak bawah, setelah selesai melepas ikatan pada tangan dan juga kaki Ian, ia mulai mencium dan melumat lembut bibir plump milik Ian.

terasa kering, dan sangat panas pasal Ian sedari tadi tak berhenti menangis.

berharap siapa pun akan menyelamatkan dirinya saat ini.

tangan Jae tak tinggal diam, ia mulai menjelajah pada dada Ian, mencoba membuka kancing kemeja milik Ian disana.

- - -

"guys.. bener ini tempat nya"

ucap Arka saat mereka telah berkumpul di basement apartment tersebut..

"ayah gue bilang ada di lantai ** kamar nomor **"

"kita langsung kesana aja Ar.."

Mingyu menyahut.

"pelan pelan, jangan sampai resepsionis curiga"

Hope menyahut

- - -

Jae mulai menaggal kan satu persatu kancing milik Ian disana, ia buka perlahan kemeja Ian yang sudah 50% terlepas dari tubuh bagian atas nya.

kini Jae memindahkan bibirnya, mulai mengecupi leher Ian disana, serta membuat tanda milik nya disana.

Ian kembali menahan amarah nya, air mata nya tak berhenti menetes, menyebab kan sembab pada kedua mata sabit nya.

- - -

"ini, kita udah sampe lantai **"

ucap Tete

"ayo Ar.."

ucap Mingyu mengajak Arka pada kamar nomor ** di lantai tersebut.

untung saja tadi saat ketahuan oleh resepsionis, Namu segera datang bersama empat polisi dan mengajukan surat penggeledah an.

"gue ga denger apa apa"

ucap Mingyu saat mencoba menguping di balik pintu.

karena mengetahui Namu sudah ikut bersama nya disertai polisi yang mengekor dibelakang nya, kini Arka putuskan untuk segera mendobrak pintu.

"kita dobrak aja"

ucap Arka yang di setujui oleh teman teman serta pak polisi disana, dua polisi mulai menodongkan pistol mereka ke arah pintu, dan dua lain nya bersiap siaga disana, menunggu waktu yang tepat untuk segera mendobrak pintu tersebut.

- - -

Ian tak berhenti mengalirkan air matanya, kini kedua tangan nya mulai bergerak mencoba mencegah Jae melakukan yang lebih dari ini.

namun apa daya Ian, ia tak kuat pasal tak makan dan minum sama sekali sejak dua hari yang lalu.