04

3.8K 565 62
                                    

Waktu berlalu dengan begitu cepat, namun tidak bagi Sasuke. Selama beberapa bulan sebelumnya, Sasuke harus suka rela dan siap siaga saat Hinata mengidam yang aneh. Aksi mengidam Hinata yang paling parah adalah meminta Kazekage Gaara untuk mengenakan kostum panda dan berfoto bersamanya. Jika saja Gaara tidak mengingat bahwa Hinata sedang mengandung anak dari Naruto, maka pria merah itu akan dengan senang hati menghilangkan Hinata dari dunia ini.

Harga dirinya, entah bagaimana kabarnya.

Beruntung ketika memasuki usia kehamilan yang lima bulan, Hinata sudah berhenti meminta hal-hal aneh dan menjengkelkan. Wanita itu kembali menjadi pribadi yang sama seperti sebelumnya. Wanita bangsawan dengan kerpibadian nyaris sempurna. Sasuke tentu saja lega, karena sudah dua bulan lebih Hinata kembali menjadi orang yang tidak merepotkan pria bujangan sepertinya.

Artinya, waktu kelahiran bayi Hinata hanya tinggal sebentar lagi.

Maka, perjalanan Sasuke yang sempat tertunda akan dimulai lagi.

Dan Sasuke akan menjadi pengembara lagi.

"Ada lagi yang ingin kau bawa?"

Saat ini Sasuke membantu Hinata untuk mengemas barang-barang miliknya dari rumah mungil Uzumaki. Hinata memutuskan untuk pindah ke kediaman Hyuuga, hal ini juga merupakan usulan Hiashi yang tidak ingin membiarkan putrinya tinggal sendirian dalam kondisi hamil. Selain itu, Hinata yang masih berusaha mengikhlaskan kepergian Naruto sepenuhnya tentu tidak bisa berlama-lama di sana. Terlalu banyak kenangan indah mereka.

Hinata tidak membalas pertanyaan Sasuke, sedari beberapa menit yang lalu Hinata duduk bersimpuh di dalam kamarnya dan Naruto. Tangannya memegang sebuah buku kecil yang biasa Naruto gunakan untuk menulis. Hinata tidak pernah tau apa yang Naruto tulis di dalamnya, sampai hari ini.

Kedua netra amethyst Hinata basah setiap membaca untaian kalimat yang Naruto tulis. Di dalam buku kecil ini terdapat berbagai mimpi besar Naruto. Dilihat dari tanggalnya, Naruto mulai menulis dalam buku ini saat mulai menjalin hubungan dengan Hinata.

Dari catatan itu, sudah banyak yang Naruto beri tanda bahwa sudah tercapai. Hingga Hinata tiba di halaman terakhir yang Naruto tulis, tepat di tanggal pria itu pergi menjalankan misi bersama dengan Sasuke. Misi terakhirnya, yang mengantarkan sang pria menuju mautnya.

"Aku ingin memiliki anak perempuan yang mirip dengan Hinata. Saat ia lahir, aku akan menggendongnya dengan kedua tanganku sendiri. Aku juga ingin mengajarkan berbagai hal padanya, menjadi ayah sekaligus teman yang bisa dia percaya. Oh! Jika ia lahir di musim dingin, aku akan menamainya Yuki, dan jika di musim panas aku akan menamainya Himawari. Ku rasa itu nama yang cantik. Untuk musim semi dan musim gugur, aku akan menanyakan pendapat Hinata nanti."

"Naruto ..." Hinata kembali menangis, bukan karena ia masih merasa sakit hati atas kepergian suaminya. Hinata juga seorang kunoichi, kematian selalu membayangi mereka ketika melaksanakan misi. Yang membuat perasaannya teriris adalah keinginan Naruto, yang tidak akan bisa ia wujudkan.

Puk

Hinata mengalihkan atensinya ke arah belakang tubuhnya. Ia sempat melupakan sosok Sasuke yang turut menemaninya untuk berkemas di sini. Terlalu larut dengan buku milik Naruto dan perasaannya membuat ia menghiraukan Sasuke yang sebenarnya sudah memanggilnya beberapa kali.

"Sudah selesai?" Sasuke yang memang ada dasarnya jarang berbicara, tentu tidak bisa memberikan kalimat-kalimat yang mampu menenangkan wanita di depannya ini. Alhasil, hanya pertanyaan singkat itu yang keluar dari belah bibirnya. Sasuke harap, Hinata mengerti maksudnya bahwa ia bermaksud agar Hinata menyelesaikan tangisnya segera.

Hinata mengangguk singkat, ia berusaha berdiri meskipun agak kesulitan karena perutnya yang sudah cukup besar. Sasuke berinisiatif memberikan tangan kanannya menjadi tumpuan Hinata. Takut ibu hamil ini tersungkur karena menahan bobot perutnya sendiri. Kenapa anak Naruto besar sekali batin Sasuke.

"Arigatou, Sasuke-kun sudah membantuku berkemas." Hinata tersenyum dengan sisa-sisa air mata yang ada di mata dan pipinya. Suaranya jadi sedikit serak karena beberapa menit lalu sempat terisak.

Sasuke tidak menanggapi ucapan terima kasih Hinata, pria itu memlih mengangkat barang-barang milik Hinata dan berjalan lebih dulu menuju kediaman Hyuuga.

Hinata memandang punggung tegap Sasuke dengan heran, pria ini sebenarnya bisa saja melesat dengan cepat. Tapi kenapa memilih berjalan dan sedikit kesulitan saat berpapasan dengan pejalan kaki yang padat?

.
.
.

"Apa tidak bisa orang lain?"

Setelah mengantar Hinata sampai di kediaman Hyuuga, Sasuke kembali pergi setelah mendapat pesan dari salah seorang Anbu. Hokage memanggilnya dan memintanya untuk segera datang karena ada hal penting yang harus dibahas.

"Tidak ada, hanya kau yang bisa menyelidiki ini, Sasuke." Kakashi memandang Sasuke dengan soror datar, tanda bahwa pria ini sedang dalam mode seriusnya.

"Bagaimana dengan Hinata? Siapa yang akan menjaganya saat aku melaksanakan misi ini keluar desa?" Sasuke sedikit menaikkan nada suaranya.

Kakashi mengernyitkan keningnya, ada apa dengan Sasuke? Uchiha yang selalu tenang dalam kondisi antara hidup dan mati sekalipun kali ini terdebgar gusar. Selama beberapa bulan menjaga Hinata, Kakashi menyadari perubahan Sasuke yang jadi lebih banyak bicara daripada sebelumnya.

Dibalik maskernya, Kakashi menyeringai.

"Kau mengkhawatirkan Hinata?"

Mata Sasuke melebar selama sedetik, sedikit terkejut dengan pernyataan Kakashi. Apa-apaan itu, Sasuke tidak merasa khawatir sama sekali. Ia hanya ingin memastikan siapa yang akan menggantikan tugasnya menjadi penguntit Hinata dari jarak jauh ataupun dekat agar wanita itu tidak mengalami kesulitan selama kepergiannya. Nanti, jika Sasuke pergi siapa yang akan Hinata repotkan? Apakah orang itu akan melakukan permintaan Hinata dengan suka rela seprti dirinya atau tidak?

Bukankah itu sama saja, Sasuke? Kau khawatir.

"Tentu saja tidak, untuk apa aku mengkhawatirkan wanita itu." Sasuke berdecak jengkel. Kemajuan lain, Sasuke mulai bisa mengungkapkan apa yang dia pikirkan.

Kakashi terkekeh pelan, mantan muridnya ini benar-benar tsundere ternyata. "Tidak perlu mengkhawatirkan Hinata, ada banyak orang dari Hyuuga yang bersedia menjaganya."

Kenapa Sasuke melupakan itu? Kakashi benar, banyak orang-orang di klan Hyuuga yang dengan suka rela menjaga tuan putri mereka. Kenapa juga Sasuke baru menyadarinya, seharusnya ia sadar sejak dulu dan bisa menolak berbagai keinginan absurd Hinata selama hamil dengan dalih banyak pelayan Hyuuga yang bisa melakukannya.

"Ku anggap diam darimu sebagai persetujuan. Besok pagi berangkat, bersiaplah." Kakashi memberikan gulungan sebagai surat pertanda bahwa Sasuke adalah ninja Konoha yang sedang melaksanakan misi. Jadi, pria itu tidak akan dianggap sebagai ninja liar yang berkelana tanpa tujuan.

"Hn." Setelahnya Sasuke segera pergi dari ruang kerja Hokage. Kali ini sudah benar, Sasuke pergi melalui pintu, bukan melalui jendela.

"Oh ya, berpamitanlah pada Hinata. Agar dia bisa menunggumu pulang." Kakashi mengatakannya dengan nada jahil, sepertinya menggoda Sasuke akan menyenangkan.

"Ck, berisik!"

Setelahnya suara pintu yang ditutup dengan kasar mengakhiri sesi pertemuan mereka. Tawa pelan Kakashi mengalun, ia senang Sasuke mulai menunjukkan tanda-tanda perubahan positif dalam dirinya. Seperti menyampaikan apa yang  dia rasakan seperti tadi, meskipun caranya agak sedikit menyebalkan.

"Aku hanya ingin murid-muridku bahagia."

.
.
.

Tbc

Hai hallo konnichiwa annyeong!
Aku kembali dengan chapter singkat ini hahaha, alurnya kecepetan? Ya gpp biar cepet tamat xD

Kalau cepat tamat tandanya apaaa?
Ada ide baru yang menari-nari di kepala saya hahaha

Semoga suka ya ^^

Bye~

You're not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang