05

4.1K 589 90
                                    

Malam musim semi kali ini cukup dingin, namun Hinata memilih tetap membuka jendela kamarnya, membiarkan cahaya bulan yang saat ini sedang purnama masuk ke kamarnya yang temaram. Wanita hamil itu duduk di depan meja riasnya, menyisir rambut yang sepanjang punggung dengan perlahan.

Senyum tipis muncul di ranumnya saat merasakan pergerakan halus sang anak di dalam rahimnya. Entah kenapa, anaknya ini akan begitu aktif saat malam hari dan hanya diam di siang harii. Terkadang Hinata akan kesulitan tidur saat bayinya tak mau diam, dan menendang perutnya dengan cukup kencang, menghasilkan ringisan pelan.

Jika bayinya sudah tidak mau diam begini, Hinata tidak akan bisa menutup matanya hingga Sasuke datang. Ya, Sasuke memang selalu datang saat sudah hampir tengah malam untuk berjaga di luar kamar Hinata. Terkadang Hinata malu pada Sasuke, karena anaknya ini sewaktu-waktu hanya akan diam jika Sasuke mengusap perutnya.

Hinata sadar ia sudah sangat sering merepotkan Sasuke. Terlebih dengan berbagai keinginannya yang tidak masuk akal. Entah bagaimana nanti Hinata bisa membalas semua kebaikan Sasuke. Hinata rasa pria Uchiha itu mungkin sedikit terbebani dengan keinginan terakhir mendiang suaminya, rasa bersalah semakin menyeruak.

Berbicara tentang mendiang suaminya, rencananya Hinata ingin mengunjungi makamnya dua hari lagi. Sudah hampir satu minggu Hinata tidak berkunjung. Biasanya ia akan ke sana ditemani Sasuke. Sasuke akan menjauh beberapa meter dan memberikan Hinata waktu berdua dengan Naruto.

"Tidak bisa tidur lagi?"

Hinata hampir saja berteriak karena terkejut dengan kemunculan Sasuke yang tiba-tiba di kamarnya. Selama beberapa bulan ini, Sasuke memang bisa seenaknya memasuki kediaman Hyuuga. Hiashi bahkan tidak bisa melarang, terlebih tujuan Uchiha terakhir itu adalah menjaga putri dan cucunya. Pilihan satu-satunya ya hanya mempercayai Sasuke saja.

"Kapan kau datang, Sasuke-kun?" Hinata bertanya sambil meletakkan sisir yang baru saja ia gunakan. Terlalu lama larut dengan pikirannya sendiri membuat Hinata cukup lengah dengan keadaan sekitarnya.

Sasuke mendengus pelan dan memutar matanya, sebegitu tidak pekanya kah wanita ini semenjak hamil? Sasuke bahkan sudah berdiri di sana sejak lima menit yang lalu. Beruntung Sasuke yang masuk, bagaimana jika orang jahat atau ninja bayaran yang ditugaskan untuk mencelakai Hinata atau keturunan terakhir Uzumaki?

"Cepatlah tidur." Sasuke mendekat ke arah Hinata dan menarik tangan wanita itu lembut dengan tangan satu-satunya yang ia miliki. Bukan Sasuke memanfaatkan keadaan untuk menyentuh Hinata, Sasuke hanya berniat membantu karena Hinata akan kesulitan saat bangkit berdiri dengan perut sebesar itu.

Hinata menurut dan membiarkan Sasuke menuntunnya ke tempat tidur. Setelah memastikan Hinata berbaring dengan nyaman, Sasuke bergerak ke arah jendela yang terbuka bermaksud untuk keluar. Namun, tangannya ditahan oleh Hinata, membuat pria dingin itu menatap Hinata dengan heran.

"Uhm, b-bisakah kau mengusap perutku, a-ano bayiku tidak mau ssshh... diam." Hinata sedikit meringis saat tendangan anaknya di dalam tetasa cukup kencang. Hinata tidak meragukan bahwa bayi ini adalah anak Naruto, terlalu aktif.

Sasuke tidak menjawab apapun, namun ia bergerak mendekat dan duduk di sisi tempat tidur Hinata. Tangannya menarik selimut Hinata turun menampilkan perutnya yang bulat. Dengan perlahan, tangan lebar dan bertekstur kasar milik Sasuke mengusap perut Hinata, ia sebenarnya sedikit takut jika sentuhan darinya akan membuat Hinata kesakitan.

Tangan Sasuke bergerak ke arah sisi kanan perut Hinata, tempat bayi itu menendang dan membuat perut ibunya seperti benjol. Diusapnya perlahan, tak lama kemudian bayi itu sudah tenang dan sepertinya mengizinkan sang ibu untuk beristirahat. Sasuke yang melihat Hinata mulai rileks menjauhkan tangannya dari perut Hinata.

You're not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang