00

8.3K 700 63
                                    

Hujan yang membasahi bumi Konoha tidak mampu menyamarkan air mata dari sosok yang selama ini dikenal sebagai orang yang bengis dan tak berperasaan. Hatinya benar-benar hancur saat menyaksikan sendiri bagaimana sang rival, sahabat, sekaligus saudaranya meregang nyawa. Jantungnya seakan berhenti berdetak dan diremas dengan keras.

Masih segar dalam bayangan dan pendengarannya, bagaimana tubuh itu meluruh perlahan ke tanah dan rintihan pelannya yang menghantarkan nyawa pada Shinigami. Sasuke memaki dirinya sendiri yang lengah dan tidak mampu melindungi Naruto, orang terpenting dalam hidupnya.

Apa yang harus Sasuke katakan ketika sampai di Konoha?

Bagaimana Sasuke harus menyampaikan kabar yang begitu menyedihkan ini pada orang-orang desa?

Bagaimana mungkin Sasuke bisa memenuhi keinginan terakhir Naruto?

"Sasuke hah... Kau adalah hah... Satu-satunya yang ku percaya ..." Napas Naruto sudah mulai putus-putus. Ia yakin kali ini tidak akan selamat. Selain karena luka fisiknya, penyakit yang selama ini Naruto sembunyikan juga memperparah keadaannya saat ini.

"Diam! Aku akan membawamu ke Konoha sekarang!" Sasuke yang biasanya tenang, kini ia berteriak dengan emosi yang tidak stabil. Ia marah dan sedih dalam waktu bersamaan.

Naruto tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak akan bertahan lama, Sasuke." Naruto terbatuk dan menyemburkan darah yang langsung mengenai pakaiannya dan Sasuke. "Bolehkah aku meminta sesuatu untuk yang terakhir?" Naruto memandang Sasuke dengan tatapan sayu, pandangannya sudah mulai mengabur. Ia bahkan sudah tidak mampu merasakan kakinya sendiri.

Sasuke mengangguk sambil berusaha menahan perasaan sesak yang memenuhi hatinya. Rasa sakitnya sama dengan yang ia rasakan ketika mengetahui kebenaran tentang Itachi yang mati di tangannya. Apakah ia harus kehilangan sosok saudara di depan matanya sekali lagi? Sasuke rasanya tidak sanggup.

"Tolong ugh... Jaga Hinata untukku, Sasuke." Naruto berusaha menyelesaikan kalimatnya walau putus-putus. "Aku percaya padamu." Tepat setelah kalimat terakhirnya selesai, tubuh Naruto terkulai lemas dalam dekapan Sasuke.

Saat itu juga Sasuke menjerit ditemani guyuran hujan yang datang seolah langit turut menangis melepas kepergian sang Pahlawan yang dibanggakan semua orang.

Gerbang Konoha sudah terlihat di depan matanya. Sasuke melangkah dengan pelan, enggan terburu-buru mengantarkan jasad Naruto yang berada di gendongannya. Ia masih ingin berlama-lama dengan sahabatnya. Ini adalah terakhir kalinya ia bisa menghabiskan waktu dengan Naruto.

Tidak ada satupun warga Konoha yang berada di luar rumah, mengingat cuaca sedang dilanda hujan deras dan waktu yang sudah melewati tengah malam menjelang pagi. Langkah gontai Sasuke membawanya pada sebuah rumah sederhana, kediaman keluarga kecil Uzumaki.

Sasuke mengetuk pintu, tak perlu menunggu lama sang tuan rumah segera membukakan pintu begitu menyadari cakra milik Sasuke lah yang berada di depan pintu rumahnya. Hinata memang belum tidur, entah kenapa malam ini ia begitu gelisah dan enggan memejamkan matanya.

Tepat ketika pintu terbuka, matanya membola melihat penampilan Sasuke yang basah kuyup. Namun, yang paling mengejutkan baginya adalah sosok yang terkulai di punggung Sasuke. Sosok Naruto yang cakranya tidak bisa Hinata rasakan. Kakinya melemas seketika, tidak mungkin 'kan apa yang Hinata duga terjadi?

"Sas—"

"Naruto telah pergi, meninggalkan kita semua." Sasuke memotong kalimat yang akan keluar dari mulut Hinata.

Saat itu juga, Hinata merasa dunianya berhenti. Hatinya hancur tak bersisa, bagaimana bisa Kami-Sama memberikannya takdir yang begitu menyakitkan?

.
.
.

TBC or Delete?

Kita tes ombak dulu yaa~
Karena hasil vote kemaren banyak yang pilih fanon/canon, keluarlah fanfic ini yeaay ^•^)/

Kalau sepi aku delete (°–°)/

Candaaa

Hope you like it ^^

You're not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang