09

3.3K 434 42
                                    

"Pernah berpikir tentang pernikahan?" Shikamaru bertanya pada Sasuke yang sibuk tenggelam dalam pikirannya. Pria Nara itu menyadari diamnya Sasuke ditengah hiruk-pikuk teman-temannya yang setengah mabuk berbeda dengan diamnya Sasuke biasanya.

Sasuke enggan mengakui bahwa percakapannya dengan Hinata tadi sore sedikit mengganggu ketenangannya. Apa Sasuke terlalu frontal dalam menyampaikan maksudnya? Atau masih terlalu cepat untuk menyampaikan apa yang beberapa waktu belakangan menjadi tujuannya?

"Kau bisa menceritakannya padaku, tidak perlu khawatir mereka akan mendengar, kau lihat sendiri mereka sudah benar-benar mabuk sekarang." Shikamaru kembali berbicara pada Sasuke yang masih saja diam.

Sasuke dan beberapa Nakama memang sedang berkumpul untuk menghabiskan waktu bersama malam ini, hanya laki-laki saja tentunya. Awalnya mereka hanya makan-makan, namun sekarang berakhir dengan mereka yang tumbang, menyisakan Sasuke dan Shikamaru yang masih sadar sepenuhnya.

"Apa aku terlalu cepat?" Sasuke mulai membuka suara, mengalihkan atensi Shikamaru yang masih sibuk menghisap nikotin yang terselip di sela jarinya.

"Huh?"

"Aku berniat untuk meminang Hinata, apa terlalu cepat?" Sasuke menoleh pada Shikamaru yang kebetulan duduk tepat di sebelahnya. Bisa Shikamaru lihat, ada gurat cemas dibalik mata kelam Sasuke, artinya pria Uchiha ini memang sedang tidak baik-baik saja.

"Jika aku melihat dari sudut pandang pria seperti kita, kurasa sekarang bukan waktu yang salah ..." Shikamaru menjeda ucapannya untuk kembali menghisap asap yang menjadi favoritnya. "... Terlebih respon Hinata yang selama ini selalu memberikan timbal balik yang positif untukmu. Keluarganya bahkan sudah sangat dekat dan percaya padamu, kan? Apa yang kau khawatirkan?"

Sasuke diam, namun diamnya tentu sudah memberikan jawaban atas pertanyaan Shikamaru. Pria dingin di sampingnya ini meragukan perasaannya sendiri.

"Apa yang kau rasakan saat berada di sekitar Hinata?"

Sasuke diam beberapa detik, menimbang apakah harus mengatakan yang sebenarnya pada Shikamaru atau tidak. Hingga akhirnya ia bicara, "Aku merasakan ketenangan yang selama ini aku inginkan. Dia baik dan menyenangkan dengan caranya sendiri. Di sini ..." Sasuke menyentuh dada kirinya. "... rasanya berdebar menyenangkan."

"Sejak kapan?" tanya Shikamaru sembari menyeringai geli. Sedikit lucu mendengar pilihan kata yang Sasuke gunakan dalam menjabarkan perasaannya, seperti remaja yang baru saja jatuh cinta.

"Sejak Himawari lahir."

Shikamaru mengangguk paham. Sasuke menyadari perasaannya baru beberapa bulan terakhir rupanya. Pantas saja sosok yang digadang-gadang sebagai pria berdarah dingin ini terlihat begitu galau.

"Kau sudah memastikan perasaan Hinata padamu?"

Sasuke menghela napasnya pelan. Bodohnya Sasuke tidak pernah menanyakan bagaimana perasaan Hinata sesungguhnya. Bisa saja Hinata masih sangat mencintai mendiang suaminya, kan?

Decakan malas keluar diri belah bibir Shikamaru, "Tanyakan padanya, apakah dia mengizinkanmu untuk memasuki kehidupannya dengan peran baru atau tidak, jika diizinkan kau bisa bergerak lebih jauh."

Haruskah?

.
.
.

Berbekal rasa nekat dan petuah singkat Shikamaru tadi malam, saat ini Sasuke berhasil mengajak Hinata untuk pergi hanya berdua dengannya. Terima kasih pada Hanabi yang turut memuluskan rencananya dalam misi mengetahui perasaan Hinata yang sebenarnya.

Sasuke tidak tau di mana tempat yang bagus untuk mengajak perempuan berkencan.

Memangnya ini kencan, eh?

Alih-alih membawa Hinata ke tempat yang menyenangkan, Sasuke justru membawa Hinata ke pinggir danau di kawasan distrik Uchiha yang dulu menjadi tempatnya latihan semasa kecil. Danau ini memang telah lama ditinggalkan, namun masih terasa begitu indah dan menenangkan.

Hinata memilih mendudukkan dirinya ditepian jembatan dan mencelupkan kedua kakinya pada air danau yang sejuk. Ia menghela napas pelan, merilekskan dirinya dari segala rutinitas yang membuatnya penat.

Sasuke melakukan hal yang sama, ia duduk di samping Hinata dan ikut mencelupkan kedua kakinya, membiarkan air danau yang dingin membungkus kedua kakinya.

Cukup lama mereka diam, menikmati keheningan yang menyenangkan. Bukan hanya sekedar hening bagi Sasuke, nyatanya detak jantung yang menggila turut meramaikan suasana bagi Sasuke sendiri.

"Mengenai obrolan kita kemarin ..." Sasuke menjeda kalimatnya, mendapati Hinata yang kini menoleh dan memusatkan atensi hanya padanya. "... bagaimana?"

Hela napas keluar dari belah ranum Hinata. Jujur saja, ia bahkan berusaha menghilangkan hal-hal yang kiranya berkaitan dengan obrolan mereka kemarin sore. Bukan hanya itu, segala pertanyaan mengenai kapan Hinata akan memulai kisah baru atau apakah perasaannya masih untuk Naruto selalu ia hindari.

Bukan Hinata bermaksud jahat dengan menggantung Sasuke. Ia hanya belum siap sepenuhnya. Kepergian Naruto masih terasa baru baginya, ia ingin jika suatu saat nanti membuka kembali hatinya dan mengizinkan orang lain masuk, ia sudah benar-benar menyelesaikan perasaannya pada Naruto.

"Gomenasai, Sasuke-kun."

Kata maaf yang Hinata sebut seperti sudah mewakili bagaimana perasaan Hinata yang sebenarnya. Sasuke mengerti, mungkin masih terlalu cepat bagi Hinata jika harus membuka hatinya untuk Sasuke. Seharusnya sedari awal pun Sasuke sadar, siapa dia dengan beraninya mencoba masuk ke dalam kehidupan Hinata.

Hinata terlalu sempurna untuk Sasuke yang cacat.

Tapi bukan Sasuke namanya jika menyerah begitu saja. Norma saja berani ia langgar, apalagi jika hanya berjuang untuk mendapatkan Hinata sepenuhnya.

"Izinkan aku mencoba, setidaknya jika kau belum bisa menerima kehadiranku, biarkan aku berusaha agar kau bisa menerimaku."

Hinata menyadarinya, ada yang berbeda dari cara Sasuke memandangnya sejak Himawari hadir ke dunia. Namun, perbedaan yang ia kira hanya perasaannya saja kali ini nampak begitu jelas. Jika dulu tatapan Sasuke hanya terasa datar, kini ada gurat lembut di sana. Dibalik kelamnya mata itu, ada sepercik gurat puja dibaliknya.

Pipi Hinata memanas, reaksi alaminya ketika salah tingkah.

"A-aku tidak melarangmu untuk itu. Berusahalah." Hinata mengucapkan kata terakhir dengan begitu lirih, ia malu. Takut Sasuke mengira jika Hinata meminta Sasuke mengejarnya.

Sasuke tersenyum, tipis sekali. Ia merasa  kehadirannya diterima oleh Hinata, meskipun belum sepenuhnya diterima. Tapi Sasuke yakin, suatu saat nanti, cepat ataupun lambat, Hinata pasti bisa membuka hati untuknya. Terdengar menggelikan ketika Uchiha mengejar cinta dari seorang perempuan. Namun, terdengar wajar ketika yang dikejar adalah Hyuuga Hinata.

.
.
.

TBC

You're not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang