02

4.6K 644 102
                                    

"Apa kau yakin?"

Kakashi menatap Sasuke, mungkin saja pria itu masih sedikit meragukan keputusannya saat ini. Kakashi tau betul bahwa Sasuke bukanlah tipe orang yang betah berdiam diri di sebuah tempat dengan jangka waktu yang lama, termasuk Konoha yang merupakan tanah kelahirannya sendiri.

Lalu secara tiba-tiba Sasuke melapor padanya bahwa ia akan menetap di Konoha sementara waktu, menunda perjalanannya dalam penebusan dosa. Kecuali jika memang keadaan yang benar-benar mendesak dan mengharuskannya menerima misi ke luar desa.

"Hn." Sasuke hanya bergumam pelan menjawab pertanyaan yang sudah Kakashi ulang sebanyak tiga kali padanya. Kenapa gurunya ini seolah tidak mempercayai Sasuke?

"Kau yakin tidak ingin pergi? Maksudku, apa yang membuatmu sampai menunda perjalanan yang bisa ku sebut penting ini?" Kakashi kembali menanyakannya pada Sasuke yang terlihat mulai jengah.

Apa susahnya hanya mengizinkan Sasuke tinggal di Konoha?

"Naruto menitipkan istrinya padaku ..." Sasuke menghela napasnya pelan, namun Kakashi bisa melihat bahwa Sasuke seperti memikul beban tanggung jawab yang berat. "... Setidaknya aku harus tetap ada di desa hingga Hinata melahirkan. Menghindari sesuatu yang buruk terjadi." Sasuke melanjutkan kalimatnya dengan sedikit pelan, untunglah ruangan Hokage itu sepi dan Kakashi masih memiliki pendengaran yang normal.

Kakashi terdiam, ia memang sudah mendengar kabar kehamilan Hinata. Ia merasa simpati pada salah satu kunoichi kebanggaan Konoha itu. Rasanya pasti sangat berat harus kehilangan sosok suami, yang bisa menjadi pelindungnya dalam kondisi yang tengah mengandung.

"Baiklah jika keputusanmu memang sudah bulat, kau bisa tinggal di Konoha selama yang kau mau." Akhirnya Kakashi memberikan izinnya pada Sasuke, toh tidak ada salahnya kan? Lagipula Sasuke bisa sekaligus menjadi penjaga desa jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, mengingat Naruto kini sudah tiada.

Setelah mendapat izin dari Hokage, Sasuke segera menghilang dari pandangan Kakashi. Membuat pria bersurai perak itu menghela napasnya pelan. Sepertinya Kakashi harus memberikan pelajaran tambahan untuk Sasuke mengenai sopan santun.

.
.
.

Untuk mengikhlaskan kepergian seseorang yang begitu berarti tentunya memerlukan waktu yang lama. Sama halnya dengan Hinata yang masih berusaha merelakan sang pemilik hati yang kini—ia harap—sudah tenang di surga.

Hinata sedih tentu saja, namun ia tidak boleh berlarut-larut. Ada kehidupan lain di dalam dirinya yang saat ini memerlukan seluruh perhatian dan kasih sayang Hinata. Ia tentu tidak ingin perkembangan janin yang ada di rahimnya terganggu hanya karena kesedihan yang ia rasakan. Terlebih, janin ini adalah harta berharga yang Naruto berikan untuknya.

"Nee-sama."

Hinata menolehkan kepalanya ke samping dan netranya langsung menangkap sosok Hanabi yang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk saat ini. Remaja yang sudah beranjak dewasa itu mendekatkan langkahnya ke arah Hinata dan ikut mendudukkan dirinya di beranda samping milik rumah utama Hyuuga.

Semenjak pulang dari rumah sakit, Hinata diboyong kembali oleh Hiashi dan Hanabi untuk tinggal di rumah utama Hyuuga. Ayahnya khawatir jika membiarkan Hinata tinggal sendirian di kediaman Uzumaki mengingat kondisi Hinata yang hamil muda.

Hinata menyetujui keinginan ayahnya, lagipula ia belum siap kembali ke rumahnya sendiri. Di sana terlalu banyak kenangan indahnya bersama Naruto, mungkin untuk sementara memang lebih baik seperti ini.

"Kau tidak ingin masuk? Sekarang sudah hampir malam." Hanabi menatap kakak perempuannya khawatir.

"Sebentar lagi, Hanabi. Aku masih ingin di sini." Hinata menjawab Hanabi disertai dengan senyuman kecil yang terlihat sendu. Tangan mungilnya bergerak untuk mengusap perutnya sendiri yang saat ini sudah sedikit membuncit. Dokter mengatakan usia kandungan Hinata sudah memasuki bulan keempat. Hinata sedikit merutuki dirinya sendiri, kenapa ia tidak menyadari kehadiran buah hatinya sendiri?

You're not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang