Sasuke menerima surat yang elangnya bawa. Sudah beberapa bulan ini menerima surat dari Konoha sebagai rutunitasnya, tujuan utamanya untuk mengirim laporan perkembangan misi yang dijalankannya saat ini. Masih belum jelas kapan ia bisa pulang, karena misi yang diembannya kali ini jauh lebih rumit daripada kedengarannya.
Sesekali Konoha akan mengirimkan kabar mengenai Hinata, meski Sasuke tidak meminta hal itu. Setidaknya, satu beban pikiran Sasuke berkurang saat mengetahui Hinata baik-baik saja. Tapi seprtinya, tidak untuk kali ini.
Hinata melahirkan, pulanglah.
Hanya tiga kata yang tertulis di surat gulungan kecil itu, namun berhasil membuat Sasuke lepas kontrol dan memilih langsung berteleportasi ke Konoha.
Tidak memerlukan waktu lama, kini kakinya sudah menginjak gerbang desa. Membuat ninja yang berjaga di sana terkejut setengah mati karena kedatangan Sasuke yang tiba-tiba.
"Selamat datang, Uchiha-san."
Sapaan dari ninja yang bertugas menjaga gerbang desa Sasuke abaikan. Ia memilih segera melesat menuju ke arah rumah sakit pusat Konoha. Ia enggan membuang waktu bertanya kesana-kemari. Lebih baik mengandalkan insting ninjanya dalam mendeteksi cakra milik Hinata.
Jantungnya berdegup kencang, ia tidak memgerti kenapa. Ada rasa takut yang menghinggapi perasaaan Sasuke. Ia takut pada situasi antara hidup dan mati seperti ini. Ia takut kembali ditinggalkan sendiri.
Kakinya menapak di halaman rumah sakit, membuat berbagai pasang mata menatapnya dengan berbagai emosi berbeda pula. Ada yang heran, terkejut, namun yang lebih dominan adalah mereka yang takut akan kedatangan sang Uchiha terakhir. Takut-takut Sasuke akan berulah aneh.
Tanpa menghiraukan mereka, Sasuke segera melangkah menuju ruang bersalin. Ia hanya mengikuti instingnya, dan memang benar. Hyuuga Hiashi dan Hanabi ada di sana, menunggu Hinata yang berjuang sendirian di dalam.
Tanpa menyapa mereka terlebih dahulu, Sasuke langsung masuk dan mendapati Hinata yang terbaring lemas di atas ranjang khusus bersalin milik rumah sakit. Tungkai jenjangnya ia bawa mendekat, ia bahkan tidak mempedulikan petugas medis yang terkejut dan protes pada Sasuke yang datang dengan tiba-tiba tanpa permisi.
Tangan kecil milik Hinata ia genggam, terasa begitu dingin dan berkeringat. Menggambarkan rasa sakit yang Hinata alami begitu hebat. Keningnya pun turut penuh dengan keringat, netra indahnya pun turut mengeluarkan air mata. Keadaan Hinata bisa dikatakan cukup berantakan, namun tetap cantik di mata Sasuke.
Buru-buru Sasuke memejamkan matanya berusaha menetralkan pikirannya saat ini, sekarang bukan saat yang tepat untuk mengamati penampilan Hinata.
"Hinata, kau mendengarku?" Sasuke berkata pelan, nyaris berbisik. Namun, karena jarak mereka yang begitu dekat Hinata masih bisa menangkap suara Sasuke dengan baik.
"Sa-sasu ssshh..." Hinata meringis pelan. Ia sedang berusaha mengatur pernapasannya sesuai dengan intruksi dokter yang menanganinya kali ini. Jika kalian bertanya-tanya kemana Tsunade dan Shizune, mereka sedang tidak ada di desa. Jadi, Hinata ditangani oleh salah satu dokter yang memang dipercayai oleh keluarga Hyuuga.
"Kau bisa, kau kuat." Hanya itu kalimat yang bisa Sasuke sampaikan. Ia tidak tau bagaimana caranya menyuarakan berbagai kekhawatiran dan penyemangat untuk Hinata. Hanya genggaman tangan hangatnya lah yang satu-satunya menjadi tanda bahwa Sasuke akan ada di sini, menemani Hinata berjuang antara hidup dan matinya.
Hinata berusaha sekuat tenaga untuk menghadirkan kehidupan baru ini ke dunia. Puluhan menit berlalu, dan Hinata berhasil. Tangisan Hinata semakin deras, sekarang ia benar-benar bisa menggendong bayinya, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
You're not Alone
FanfictionA SasuHina Fanfiction Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto Pair : SasuHina Rate : T+ Genre : Drama, Romance, Family Warning : Crackpair in your areaaa!!! . . . Hidup tidak selamanya akan mulus dan bahagia. Terkadang kita akan menemui duka atau ke...