10

3.8K 442 30
                                    

"Papa!"

Hinawari berlari dengan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menghampiri Sasuke yang saat ini merentangkan kedua tangannya di depan gerbang kediaman Hyuuga, menyambut Himawari kedalam pelukannya.

Satu tahun yang lalu, Sasuke memutuskan untuk menyambung kembali lengan kirinya dengan sel Hashirama. Alasannya tentu saja agar memudahkannya menjaga Himawari, katanya.

"Hima-chan, jangan berlari seperti itu, nanti jatuh!" Hinata setengah berteriak menyusul anaknya yang kini berada di dalam dekapan Sasuke.

Sasuke tersenyum tipis, melihat perempuan pujaannya yang terlihat khawatir. Sudah beberapa bulan Sasuke tidak pulang, dan saat sampai di desa ia langsung melangkahkan kakinya menuju kediaman Hyuuga yang sudah seperti rumah kedua baginya.

"Oh, Sasuke-kun sudah pulang?" Hinata mendekat dan ingin mengambil alih Himawari dari gendongan Sasuke, namun sepertinya Himawari enggan lepas dari sang Papa.

"Hima-chan, Papa sedang lelah, ayo dengan Mama sa—"

"—Tidak apa, biarkan Hima denganku. Aku merindukannya." Sasuke memotong ucapan Hinata.

Helaan napas sepertinya sudah menjadi kebiasaan Hinata selama dua tahun terakhir dalam menghadapi Sasuke dan Himawari. Kalau sudah Sasuke berkata seperti itu dan Himawari yang enggan menjauh dari Sasuke, Hinata bisa apa?

"Baiklah, mari masuk. Akan ku buatkan teh hangat." Hinata mengajak Sasuke yang merupakan tamu tetap di kediaman Hyuuga ini, dan berjalan lebih dulu ke dalam.

Sasuke melangkah masuk mengikuti Hinata, ditemani oleh ocehan Himawari yang mulai banyak bicara belakangan ini. Jika sedang banyak bicara seperti ini, Himawari terlihat seperti Naruto. Tentu saja sukses membangkitkan rasa rindu Sasuke pada sahabat berkedok rivalnya itu.

"Papa, tadi Hima mam apel." Hima mulai bercerita dengan suara cadelnya. Untuk ukuran anak yang baru menginjak usia dua tahun, Himawari termasuk anak yang cepat menyerap dan mempelajari kosakata baru. "Yasana nanis, Hima cuka."

"Bukan nanis, Hima. Tapi manis, ayo katakan ma–nis." Sasuke membenarkan penyebutan Himawari. Sebenarnya ia merasa sangat gemas, ingin rasanya kedua pipi tembab itu ia gigit, tapi tidak mungkin Sasuke melakukan itu, kan?

Interaksi manis keduanya tak luput dari pengamatan Hinata. Ada rasa hangat menjalari dadanya melihat Sasuke yang memperlakukan Himawari dengan sebaik itu, pun melihat Himawari yang begitu nyaman dengan keberadaan Sasuke di sekitarnya.

Apa sekarang waktu yang tepat?

.
.
.

Sasuke mencuri pandang pada Hinata yang sedang melamun ditengah acara makan siang mereka. Bahkan sebelumnya sudah dua kali Hinata mendapat teguran dari Hiashi. Apa yang sedang Hinata pikirkan hingga melamun seperti itu?

"Mama!"

Panggilan Himawari mengembalikan Hinata dari lamunannya. Ia bahkan mendapat tatapan heran dari Hiashi, Hanabi dan juga Sasuke. Hinata menunduk dan meminta maaf karenanya.

"Mama, peyut Hima kenyang." Hima memajukan bibirnya, sejak tadi ia mengatakan sudah kenyang, tapi sang Mama masih saja berusaha menyuapinya. Apa boleh buat, Hima dengan terpaksa terus membuka mulutnya untuk menyambut suapan dari sang Mama.

"Oh? Sudah kenyang? Tapi ini tinggal sedikit lagi, ayo Hima buka mulutnya aaa" Hinata kembali membujuk anaknya, namun hanya gelengen yang Hinata dapat. Sepertinya Himawari benar-benar sudah kenyang.

"Baiklah, makan buahnya ya?" Hinata memberikan mangkuk yang berisi potongan buah yang sengaja dipotong sangat kecil, agar memudahkan Himawari mengunyahnya.

You're not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang