Memacari seorang duda beranak dua yang telah dua kali cerai bukanlah hal yang buruk. Bagi Kumatani hal itu bukanlah masalah besar, Nekota saja yang terlalu berlebihan. Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa, pengakuan Kumatani seakan tidak pernah terjadi diantara mereka namun tentu itu mempengaruhi Kumatani. Ia tidak bisa jika tidak memikirkannya. Kenapa saat itu ia harus mengutarakan perasaannya? Jika saja ia bisa menahan diri mungkin saja hal ini tidak akan menjadi beban pikirannya.
"Uramichi-san, kumohon bantu aku!" Kumatani bisa mendengar rengekan Usahara pada Uramichi. Entah apa yang mereka perdebatkan, Kumatani terlalu enggan untuk ikut campur.
"Berhenti menggangguku Usahara!" Walau Uramichi memasang wajah paling menakutkannya untuk kali ini sepertinya Usahara tidak terpengaruh sama sekali. Ia masih memeluk Uramichi dari belakang, memohon agar Uramichi mau membantunya.
Kumatani beranjak pergi, ia ingin ketenangan untuk saat ini. Ia pergi ke smooking room untuk merokok padahal ia pernah bilang ingin berhenti menghisap tembakau tersebut.
"Kumatani?"
Uramichi kini berada disamping Kumatani, merokok juga di ruangan ini. Untuk beberapa saat baik Kumatani ataupun Uramichi tidak ada yang membuka suara.
"Ne, kau patah hati?" Lama dalam keheningan pada akhirnya Uramichi membuka percakapan lebih dulu. Tapi kenapa malah pertanyaan seperti itu yang ia lontarkan?
"Kenapa Uramichi-san bisa menanyakan hal itu?" tanya Kumatani. Seperti bukan Uramichi saja menanyakan masalah hati pada Kumatani.
"Hanya menebak? Usahara bilang mungkin kau sedang patah hati karena itu kau jadi lebih pendiam dari biasanya."
"Aku tidak sedang patah hati."
"Lalu?"
"Kau benar-benar ingin tau Uramichi-san?"
Uramichi mengangguk dengan ragu.
"Aku ditolak."
"Dan kau patah hati?"
Kumatani menggeleng. "Aku hanya merasa setelah ditolak dan dia menganggap seakan tidak terjadi apa-apa, entah kenapa hatiku tidak mau menerimanya. Apa itu bisa disebut patah hati?"
Uramichi tampak berpikir. "Entahlah, jika kau tanya pendapatku mungkin itu lebih pada perasaan kecewa. Kau merasa kecewa karena pernyataan cintamu seakan tidak pernah kau sampaikan padanya."
Kumatani terdiam setelahnya.
"Aku hanya mengatakan pendapatku saja ya, bukan berarti aku ingin memperkeruh suasana."
Kumatani tersenyum kecil pada Uramichi. "Iya Uramichi-san, terima kasih."
Uramichi balas tersenyum pada Kumatani. "Tidak masalah. Kita teman ingat? Kau bisa cerita jika kau ada masalah."
"Kau menganggapku teman?"
"Yah aku sadar dari awal kau sudah menolakku secara tidak langsung, aku bukan tipe pejuang cinta yang memperjuangkan orang yang bahkan tidak memiliki perasaan apapun padaku. Aku juga tidak bisa memaksakan perasaanmu bukan? kalaupun kau menerimaku tapi itu hanya karena keterpaksaan apa gunanya?"
"Kau benar Uramichi-san."
Saking asyiknya mengobrol mereka bahkan melupakan rokok di tangan sehingga rokok itu habis setengahnya dengan sia-sia.
"Ayo kita ke apartemenku hari ini, Usahara juga akan datang. Dia merengek memintaku bantu membentuk ototnya berhubung ada alat-alat olahraga disana."
"Kurasa itu bukan ide yang buruk."
"Baiklah, nanti kalau kau selesai duluan tunggu saja di rest room."
Kumatani mengangguk. Mungkin hanya dengan menghabiskan waktu bersama yang lain ia akan melupakan sejenak masalah hatinya.
T
B
C
KAMU SEDANG MEMBACA
Kucing Dan Beruang
FanfictionKeseharian Kumatani bersama member Maman Together yang diam-diam menaruh hati padanya