9. Rieuthuk

439 36 0
                                    

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putriku Aizatul Farida binti Syarif Hidayat dengan seperangkat alat salat dibayar tunai!"

"Saya terima nikah dan kawinnya Aizatul Farida binti Syarif Hidayat dengan maskawin tersebut dibayar tunai!"

"Sah?"

"Sah!"

Tes.

Setitik air mata mengalir dari mata bulat Rida, gadis itu kini sudah menjadi istri orang meskipun dengan cara yang menurutnya tidak wajar. Ini bukan pernikahan impian Rida, ia ingin menikah dengan jodohnya kelak karena saling mencintai, bukan karena terdesak suatu masalah.

Dengan pipi basahnya Rida mencium tangan Sakti yang kini sudah berubah status menjadi suaminya. Setelah itu Sakti mencium kening Rida untuk menyambut istri kecilnya. Sakti juga memegang ubun-ubun Rida untuk membaca doa. Pria itu juga sama terharunya dengan Rida, tidak menyangka ia akan menikah kembali. sekarang dia menjadi suami dari dua istri.

Pernikahan sederhana ini dilaksanakan di ruang rawat Winda dengan disaksikan kedua orang tua Rida, orang tua Winda, Azka dan saksi dari pihak Sakti serta Winda yang tengah berbaring di ranjang pesakitan nya dengan mata tertutup. Mereka semua merasakan haru dalam pernikahan ini terlebih Nia. Wanita itu belum sepenuhnya ikhlas melepas putri kecilnya. Ia tidak hentinya menangis sejak putrinya ia dandadi pagi tadi. Meskipun hanya dengan gamis putih sederhana yang ia belikan mendadak tadi.

"Ibu," Rida memeluk ibunya dengan terisak. Gadis itu sama tidak relanya meninggalkan keluarganya.

"Sstt, jangan nangis, Mbak. Sekarang Mbak bukan tanggung jawab ayah sama ibu lagi. Mbak harus bisa jadi istri yang berbakti sama suami." Nia semakin terisak, ia memeluk erat putri tercintanya.

Setelahnya Rida berpindah pada ayahnya, Syarif juga memberi banyak petuah pada Rida yang bukan lagi menjadi tanggung jawabnya. Sakti mengikuti langkah istrinya untuk sungkem.

"Jaga mbak ku, Mas. Dia wanita spesial kami setelah ibu." Ucap Azka sok memberi petuah pada Sakti.

Pria dewasa itu mengangguk, "Tenang saja. Saya akan menjaga istriku yang juga mbak mu dengan baik."

Acara sederhana itu sudah selesai, tapi tidak ada tanda-tanda Winda bangun dari tidur panjangnya. Wanita itu seolah menikmati tidurnya karena tidak merasakan sakit seperti saat tersadar.

Sakti dan Rida berada di dalam ruangan Winda, mereka berdua sedari tadi diam saja. Ada rasa canggung setelah mereka sah menjadi suami istri.

"Da," panggil Sakti akhirnya. Ia tidak suka suasana canggung ini apalagi meraka bukan orang asing lagi.

"Iya, Mas." Rida memandang Sakti penuh tanya. Pria itu duduk kursi samping ranjang Winda sedangkan Rida duduk di sofa. Ia menghampiri Rida dan menggenggam tangan Rida. Gadis itu terkejut, ia tidak menyangkut Sakti akan menggenggam tangannya.

"Kita sama-sama belajar, ya dalam rumah tangga ini. Meskipun Mas sudah memiliki anak, tapi kamu jangan sungkan menegur Mas kalau ada salah. Dan lagi, Mas mau minta maaf sudah menyeret kamu ke dalam rumah tangga Mas." Ucap Sakti tulus, dirinya sebenarnya tidak tega membawa gadis polos ini masuk ke dalam rumah tangganya dengan Winda, tapi ia juga tidak bisa mengabaikan permintaan istrinya yang belum juga bangun hingga saat ini.

Rida yang sebelumnya menundukkan wajahnya kini dengan berani menatap wajah pria yang baru saja sah menjadi suaminya. Mirisnya ia menjadi istri ke dua dan menjadi istri siri. "Ini bukan salah, Mas. Semuanya sudah diatur sama yang di atas, kita tinggal jalani saja, Mas. Mas juga harus sabar-sabar ngadepin Rida yang belum tau apa-apa soal pernikahan. Rida minta bimbingan dari Mas biar bisa jadi istri yang berbakti. Meskipun pernikahan kita tidak wajar, semoga tetap di ridhoi Allah."

"Aamiin, kita belajar bareng dalam pernikahan ini." Mereka akhirnya tersenyum sedikit lega karena sudah bisa menghilangkan sedikit kecanggungan mereka. Awal yang baik untuk pasangan yang menikah karena sebuah permintaan.

***

Sejak Winda drop lagi kondisi istri Sakti ini sama sekali tidak menunjukkan perubahan yang baik. Justru semakin ke sini tubuh Winda memerlukan banyak alat medis untuk menopang hidupnya.

Indah tidak henti menangisi putri bungsunya. Wanita paruh baya itu belum siap kehilangan putrinya.

Di hari ke empat setelah Winda drop, Indah memohon pada Nia dan Syarif agar mengizinkan Rida menikah dengan Sakti sesuai dengan keinginan Winda. Indah tidak ingin melihat anaknya sedih karena keinginannya tidak terpenuhi.

"Mbak, Mas, aku mohon, izinkan Rida menikah dengan Sakti, hiks."

Syarif dan Nia masih diam dengan raut wajah yang tidak menentu. Mereka tidak ikhlas untuk menerima permintaan Winda.

"Mbak, Mas, hiks.." Indah menangis semakin deras.

"Hah, kalau aku setuju apa jaminannya untuk kebahagiaan putriku? Dan lagi, kalau Winda bangun bagaimana dengan putriku?" Syarif bertanya dengan tenang meskipun pikirannya kacau.

Indah menatap kakak iparnya dengan raut wajah yang ketara sekali tidak bisa memberikan jawaban. Ia sendiri memiliki firasat buruk dengan anaknya maka dari itu Indah menginginkan Sakti menikah dengan Rida.

Tidak mendapatkan jawaban dari adik iparnya, Syarif menghela napas panjang. Ia juga bingung dengan keadaan ini.  Mereka berempat terdiam dengan pikiran masing-masing sampai suara Sakti menyadarkan mereka semua.

"Winda drop lagi!" setelah ucapan Sakti, seorang dokter dan beberapa perawat bergegas memasuki ruang rawat Winda.

Semua orang yang ada semakin panik. Indah semakin meraung, wanita itu ingin menerjang masuk kalau saja tidak dicegah Nia.

"Istighfar, Ndah." Nia menenangkan adik iparnya.

"Mbak, Winda, Mbak." Indah tidak bisa berpikir jernih lagi. Ia bersujud pada Nia, "Mbak. Aku mohon izinkan Rida menikah dengan Sakti. Aku yang bakal jamin semuanya baik-baik saja."

"Ndah, jangan begini."  Nia mengangkat tubuh Indah agar tidak bersimpuh padanya. Sebenarnya ia juga tidak tega 

Syarif yang melihat pun memutuskan sebuah keputusan besar yang sangat berdampak padanya dan anak perempuan satu-satunya. Dia menghela napas berat akhirnya Syarif pun menyetujui, "Saya izinkan putriku menikah dengan Sakti."

Semua orang tercengang termasuk Sakti yang baru saja keluar dari ruang rawat istrinya. Indah dan Siswanto spontan memeluk kakak iparnya dengan rasa bahagia. "Makasih, Mas. Terima kasih sudah menuruti keinginan putriku."

Syarif hanya menepuk-nepuk pundak Indah. Keputusannya sudah diambil, semoga saja semuanya akan berjalan sebagaimana mestinya.

"Bude," panggil Sakti. Nia menoleh menatap laki-laki yang akan menjadi menantunya sebentar lagi.

Dia memberikan senyum terbaiknya dan mengangguk. Dia rela memberikan putrinya pada pria sebaik Sakti. Semoga saja apa yang ditakutkan tidak akan pernah terjadi. Sakti yang melihat itu mau tak mau mengiyakan kemauan para orang tua. Dalam lubuk hatinya ia pernah berharap memiliki orang tua seperti Nia dan Syarif dan sekarang terjadi.

Dan berakhirlah Sakti akan memiliki dua istri. Semoga saja dia bisa menjadi adil dan tidak menzolimi salah satunya.

Semoga.

---------

Rieuthuk

Tanah Merah, 01 Desember 2021

Our WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang