•
•
•
Jungkook
Tae.
Mana kontak orang yang kau maksud?
Aku ingin bertemu dengannya malam ini.Tae
[ contact : jimin ]
Have fun, kook.Jungkook
Display fotonya...
Kau yakin dia orangnya?Tae
Sudah kubilang aku pernah beberapa kali menghabiskan malam dengannya, masih tidak percaya?
Katakan saja kepadanya kau temanku, dia sudah tau.Jungkook
Oke
Thanks.Tae
Ok, buddy.•••
[ contact : jimin ]
Jungkook
Permisijimin
Ya? Siapa?Jungkook
Aku Jungkook, teman Taehyung.jimin
Ah, kau orangnya.
Baiklah.
Jadi?Jungkook
Malam ini.
Hanya bila kau juga sedang ingin.jimin
Sure, jam 8.
Share loc saja, biar aku yang ke tempatmu.Jungkook
[ share live location ]
read•••
08.37 p.m.
Bunyi gemericik air merongrong dalam pendengaran. Bulir demi bulir mengguyur tubuh atletis seseorang di bawahnya. Perlahan jemari membasuh sisa - sisa sabun yang masih menempeli kulit.
Kelopak matanya tertutup, menikmati guyuran air hangat dari shower kamar mandi. Ketika lambat laun tubuhnya mulai bersih, ia lantas mematikan keran dan menutupi area vitalnya dengan handuk.
"Ck, di mana dia? Sudah lewat setengah jam."
Kedua kaki segera terpacu keluar dari kamar mandi.
Ting tong
Samar, bunyi bel rumah terdengar. Ia mengabaikan, mengenakan piyama terlebih dahulu sebelum turun ke lantai satu dan membuka pintu utama.
Tampak seorang pria dengan helai blonde mematung di luar, cukup jauh dari pintu. Sepasang mata lantas menyipit mendapati pria tersebut tengah asyik memandangi air kolam.
"Jimin?"
Sang pemilik nama tersentak. Tubuhnya berbalik dengan segalur senyum ala kadar. "Oh, hai, Jungkook."
"Masuklah." Jungkook segera berbalik meninggalkan Jimin yang tidak mau ambil pusing. Turut melangkah ke dalam rumah besar itu sembari melihat sekeliling.
"Jungkook, dengar - dengar kau tidak gay. Kenapa kau mencari aku yang laki - laki?" Jimin membuka pembicaraan selagi membuntuti sang tuan rumah. Deheman berat terdengar merespon. "Aku bisex. Hanya saja wanita sulit diajak one night, Jimin."
Sepasang labium tebal membentuk lingkaran, kepalanya mengangguk samar. "Benar, banyak yang harus mereka pertimbangkan."
Keduanya tiba di dapur. Jungkook tidak perlu repot menyuruh Jimin duduk, karena tujuan mereka sebenarnya adalah kamar dan selimut.
Lantaran tak kunjung mendengar suara Jungkook, Jimin tanpa ragu menarik salah satu kursi di meja makan dan mendudukinya. Ia topang dagu memerhatikan Jungkook melakukan sesuatu di pantry.
"Kau sudah makan?" interupsi suara berat tersebut tiba - tiba. Jimin mengangguk dari balik tubuh Jungkook. "Sudah."
"Kamarku di lantai dua, pintu pertama."
Siapa tau kan Jimin perlu menyiapkan sesuatu? Itu pikir Jungkook.
"Uhum, baiklah."
Decitan kursi kembali terdengar sebab Jimin bangkit dari atasnya. Kaki mungilnya kembali melangkah memijak anak tangga, diikuti pekikan kagum begitu menyadari betapa luasnya rumah ini.
"Kau tinggal di sini sendirian, Jungkook-ah?" ia bertanya di tengah tangga. Jungkook melongok sekilas dan terkekeh, menyadari Jimin tengah mengagumi rumahnya. "Iya. Tapi calon istriku akan segera tinggal bersamaku setelah kami menikah."
Jimin mangut - mangut. "Oooh, begitu. Selamat, ya!"
"Terima kasih."
Jungkook berbalik, sudah selesai membuat minuman dan membawa dua gelas itu mendekati Jimin. "Ayo jalan ke kamarku, kenapa kau berhenti?" dahi Jungkook berkerut bingung. Jimin lantas tertawa canggung dan melangkah cepat, segera memasuki kamar Jungkook sebab pintunya yang menganga lebar.
"Kalau kau sudah akan menikah, kenapa kau tidak melakukannya dengan calon istrimu saja?" Jimin kembali bersuara, meyakinkan Jungkook bahwa sosok pemilik surai blonde ini cukup cerewet dan serba ingin tahu.
Jungkook mengulas senyuman, dua gelas jus ditaruh di atas meja. "Dia tidak mau, Jimin. Karena kami belum menikah, dia takut aku tidak mencintainya, lalu meninggalkannya setelah melakukan itu," jawab Jungkook kepalang jujur.
Jimin sontak menjadi kikuk dan tersenyum kaku. Hatinya sensitif bila membahas tentang perasaan. "Ba-baiklah..."
"Hmm. Kemari," pinta Jungkook dengan kedua tangan yang sedikit merentang. Jimin tersenyum, ia membuka sweaternya terlebih dahulu. Setelah menyisakan tank top hitam yang melekat ketat, Jimin mendekati Jungkook.
Sepasang lengan penuh otot menjadi sabuk di pinggang Jimin. Jemari mungilnya menggenggam leher Jungkook dan sedikit memberi usapan, mencari titik lemah pria atletis tersebut.
Sementara wajah Jungkook menunduk, ia menghirup semerbak vanila yang menyeruak di belikat Jimin. Dan anehnya, perkara itu saja membuatnya menegang.
"Hmm, kau wangi," puji Jungkook terang - terangan. Jimin menahan buncahan rona sipu di pipi, menggalur senyum tipis sebelum menyambar sepasang labium Jungkook. Keduanya saling sesap dan menggerayangi.
Tak lantas menyadari rasa nyaman akan saling pengertian, yang kemudian mendobrak perasaan segan dalam menunjukkan kelemahan masing - masing. Serta merta menumbuhkan rasa memiliki satu sama lain.
•••
Next or nah?
Sorry for bring a new book 😬🤫 sprti yang sudah Iyan blg, buku lain akan diusahakan menyusul... Iyan lg fokus mikir kelanjutan dri buku2 itu...
⬇️⬇️⬇️
KAMU SEDANG MEMBACA
cingulomania | Kookmin
Fanfiction"Jungkook, jangan pakai perasaanmu. Kita hanya partner one night love." Kisah ringan tentang ketika keinginan kuat untuk mendekap seseorang melingkupi hati yang telah lama mandiri. Cingulomania. "Akan kupastikan diriku adalah partner one night-mu ya...