•
•
•
Jiteo ganeun eodum sogeseo hemeigo
(Mungkin dia lenyap dalam kegelapan yang semakin larut)
Inna bwa igose gatyeobeorin geolkka?
(Mengapa aku terjebak di sini?)
•••
"Well... Lihat siapa yang kita punya di sini, Jungkook hyung." Sepasang tungkai pemuda bermarga Yang berderap mendekat. Di ujung teras, tenggelam dalam cahaya temaram, cuping telinga Jungkook terjengit. Pandangannya lantas menatap penuh sangsi ke arah Jungwon.
Apa yang Jungwon ketahui antara aku dan Jimin?
"A-apa maksudmu, Jungwon? K-kau... Apa yang kau... Kau mengenal Jungkook?" Jimin terbata. Kedua tangannya menunjukan gesture tak percaya, kedua manik secerah surainya terlihat berkaca-kaca ketika mampu menyimpulkan kondisi yang tampak tak baik-baik saja.
Jungwon semakin mendekat. Mata almond-nya menatap rendah ke arah sang keponakan. Hingga ketika langkah terakhirnya menaiki teras terketuk, Jungkook segera membatasi ruang di antara mereka. Ia menarik Jimin ke belakang punggungnya, seolah hendak melindungi pemuda blonde itu dari predator gila.
Flashback on...
"Keponakan?"
"Yap, Park Jimin."
"P-park Jimin?"
"Iya, Park Jimin. Dia mahasiswa yang cukup pintar, hyung. Beberapa bulan lagi mungkin dia akan terbang ke Eropa untuk pekerjaan dan program kuliah S3-nya."
Park Jimin...?
"Kenapa kau melamun, Jungkook hyung? Kau mengenalnya?"
"T-tidak... Aku tidak mengenalnya, Jungwon."
"Baiklah... Tapi kuyakin bila kau melihatnya kau akan jatuh cinta, hyung. Dia pria manis dan supel."
Tentu... Aku sudah mencintainya...
Flashback off
"Kenapa, hyung? Kenapa kau menghalanginya dariku?" Jungwon menyunggingkan senyuman remeh. Berhasil menjebak Jungkook yang sudah membohonginya dengan berkata tak mengenal Jimin. Mana buktinya? Jungkook melindungi pemuda itu sekarang.
Sepasang mata Jungkook menyipit. Pupilnya menajam, menatap Jungwon tak sarat arti tanpa birai yang mau bersuara. Sedangkan Jimin... Dia mematung. Menatap punggung tegap yang ia rindukan kini kembali menjadi perisainya. Ia rindu bagaimana jemarinya mendarat di punggung tegap itu, ia rindu ketika bahu Jungkook menjadi tempatnya bersandar di kala ia tengah menangis.
Bibir tebal Jimin bungkam, berusaha menyimak apa yang akan keluar dari dua lelaki di hadapan.
Dalam diamnya, Jungkook berhasil mencerna apa yang terjadi satu bulan terakhir. Ia bisa menyimpulkan kenapa Jungwon selalu melayangkan perhatian-perhatian kecil dan meluangkan waktu untuknya. Kini Jungkook merasa terjebak, ia tidak bisa memutuskan kalimat seperti apa yang harus ia ucap.
Waktu terus bergulir. Jungwon menarik salah satu sudut bibirnya ke atas, menyeringai ketika berhasil mendapati Jungkook tak mampu berucap sekata pun.
"Seorang ahli hukum, berselingkuh dengan keponakan dari tunangannya sendiri. Lucu, bukan?"
Rahang Jungkook mengeras. Gerahamnya saling menggertak ketika sang tunangan bersedekap dan menatap penuh hardik. Di belakang punggungnya, Jimin merasa jantungnya bertalu lebih hebat. Kakinya serasa melemas, namun sekaligus membatu tak bisa bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
cingulomania | Kookmin
Fiksi Penggemar"Jungkook, jangan pakai perasaanmu. Kita hanya partner one night love." Kisah ringan tentang ketika keinginan kuat untuk mendekap seseorang melingkupi hati yang telah lama mandiri. Cingulomania. "Akan kupastikan diriku adalah partner one night-mu ya...