•
•
•
And I know you said that we're not talking
(Dan aku paham bahwa kita tak lagi berhubungan)
But I miss you, i'm sorry
(Tapi aku merindukanmu, maafkan aku)
•••
Jimin tak habis pikir. Apa memang semua orang di Paris sangat suka berpuitis? Sepertinya mereka semua melankolis. Parahnya selalu menularkan suasana hati ke orang sekitar.
Leandre bahkan mengutarakan isi hati ke orang yang tidak dikenalnya dengan baik. Ayolah, musisi jalanan itu baru bertemu dua kali dengan Jimin, lantas mendadak curhat soal putus cinta?
Selain Leandre, Madame contohnya.
Ucapan dua orang itu sukses mengombang-ambing kewarasan Jimin selama ia dalam penerbangan ke negeri asalnya. Jimin terus menggerutu dalam hati. Jangan mentang-mentang Paris adalah City of Love, lantas masyarakatnya bisa dengan legal mengajak khalayak untuk galau berjamaah.
Masalahnya, Jimin tidak memberi petunjuk apapun tentang suasana hatinya yang tengah buruk. Kenapa Leandre dan Madame harus memberinya wejangan soal cinta secara dadakan begitu?
Leandre juga ada-ada saja, sih. Bagaimana bisa pria tua sepertinya paham istilah move on. Hmm...
Sial sekali, Jimin jadi tidak bisa beristirahat dengan baik selama penerbangan. Banyak sekali keluhan di benaknya. Ditambah turbulensi udara yang membuatnya over thinking.
"Tidur, Jimin. Tidur," Jimin terus menekan dirinya sendiri agar beristirahat. Kelopak matanya tertutup dan telinganya tersumpal headphone. Tak berselang lama, ia akhirnya benar-benar memasuki alam mimpi. Begitu nyenyak, hingga pesawat hampir landing di Seoul.
•••
Sejak mendapatkan secuil informasi dari Taehyung, terbesit ide di dalam benak Jungkook untuk menyusul Jimin ke Prancis. Jungkook terus dihantui perasaan bersalah setiap kali wajah Jimin muncul di otaknya. Utang penjelasan yang ia miliki kepada pujaan hatinya itu sangat besar.
Apakah hari-hari Jimin selalu murung karena kelakuannya yang brengsek? Apakah Jimin menangis karenanya? Apakah Jimin membencinya karena tidak bisa menjelaskan apapun ketika bentrok dengan Jungwon terjadi di teras rumah?
Atau justru Jimin tidak peduli dan sudah memiliki kehidupan yang cukup tanpa Jungkook?
Hmm... Jungkook bahkan hanya mengisi kehidupan Jimin selama kurang lebih dua bulan. Setelahnya Jimin tampak baik-baik saja di Eropa sana. Tapi Jungkook tidak mau menilai secara sepihak. Barangkali Jimin memang terpuruk? Atau syukur-syukur tidak memiliki waktu untuk terus terjebak dalam masa lalu.
Apapun kenyataannya, intinya Jungkook mengharuskan ia dan Jimin bertemu untuk berbicara dua arah.
Malam ini di kamarnya, Jungkook tengah bersiap di depan cermin. Kemeja biru dongker ia balutkan ke tubuh kukuhnya. Untuk beberapa detik, Jungkook terdiam mengagumi apa yang baru saja ia pakai. Kualitas kemeja itu meningkat beberapa persen daripada kemeja keluaran musim lalu dari merk yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
cingulomania | Kookmin
Fanfiction"Jungkook, jangan pakai perasaanmu. Kita hanya partner one night love." Kisah ringan tentang ketika keinginan kuat untuk mendekap seseorang melingkupi hati yang telah lama mandiri. Cingulomania. "Akan kupastikan diriku adalah partner one night-mu ya...