•
•
•
I was alone, there wasn't love in my life
(Aku sendirian, tidak ada cinta dalam hidupku sebelumnya)
I was afraid of loving, you came in time
(Aku takut mencintai, kamu datang tepat waktu)
•••
"Tidak, Jimin. Aku akan mengantarmu pulang."
"Tidak, Jungkook. Aku akan pulang sendiri."
Seperempat jam, perdebatan dua insan tak kunjung usai. Jungkook bersikukuh untuk tidak membiarkan Jimin pulang seorang diri, sementara pemuda blonde dengan pikirannya yang kembali jelah tak mau menyeret Jungkook lebih jauh ke dalam hidupnya.
Jimin sempat merutuki lemahnya yang telah terkuak. Setidaknya untuk sekarang, Jungkook jangan dulu menginjakkan kaki di rumahnya. Feeling Jimin kuat untuk hal itu.
Sret
Zipper jaket telah tertutup sempurna. Jungkook berbalik membelakangi lemari, menatap Jimin yang tengah menyipitkan mata dengan dua lengan terkepal menahan kesal. Pria besar itu sontak terkekeh, derap langkahnya terdengar nyaring ketika mendekati Jimin.
Hingga jarak terkikis habis. Tubuh besar Jungkook condong ke depan, menghasilkan deru napas tak beraturan dari pemuda blonde. Bola matanya bergerak tak nyaman, namun tetap terpatri dalam kelereng kembar kepunyaan Jungkook.
Tanpa izin, Jungkook memiringkan wajahnya dan mengecup lama sudut bibir Jimin. Napas keduanya beradu. Tatapan Jimin menjadi nanar seiring wajah Jungkook menjauh. Mengekspresikan keterkejutan dan hati yang terenyuh.
"Cerewet," desis Jungkook seraya memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. Jimin merona. Segera menatap ke lain arah dan lanjut mengancingkan kemeja pada tubuhnya yang sempat tertunda. Kemeja biru muda milik Jungkook.
Hingga keterdiaman Jimin dijadikan tanda setuju oleh pria besar itu. Ia tak mau membiarkan Jimin pulang seorang diri dalam keadaan kacau.
•••
00.35 p.m.
Taehyung sudah pulang. Rumah besar bernuansa putih tulang telah senyap dari hingar bingar tangisan. Pria kurus dengan kaki jenjang bernama Yoongi tengah melakukan sesuatu dengan pamannya di dapur. Memasak, sekaligus berusaha menenangkan hatinya selagi menunggu kepulangan Jimin.
Jungwon mengernyit ketika melihat Yoongi yang asal-asalan menuangkan batang spaghetti ke dalam panci. Beberapa batang spaghetti terjatuh ke sekitaran kompor. Jungwon pun sadar keponakannya sedang melamun.
"Yoongi, jangan melamun. Lihatlah semuanya jadi berantakan," tegur Jungwon seraya menghentikan aktifitas Yoongi. Mengambil alih panci, tak sangka mendapat sungutan tak terima dari Yoongi.
"Aku bisa melakukannya sendiri!"
"Tapi kau hanya melamun. Sudah tak apa kau duduk saja." Jungwon menggeser tubuh Yoongi dari hadapan kompor. Memunguti batang-batang spaghetti yang terbuang dan menyiramnya pada keran wastafel. Lalu memasukannya ke dalam panci seperti yang lain.
"Ih! Dasar keparat," umpat Yoongi. Dia kembali berdiri di sisi Jungwon dan menyenggol tubuh mungil sang paman dengan pinggulnya yang menyentak sekali. Jungwon lantas memekik sakit, menatap tak terima. "Kau anak nakal!"
KAMU SEDANG MEMBACA
cingulomania | Kookmin
Fanfiction"Jungkook, jangan pakai perasaanmu. Kita hanya partner one night love." Kisah ringan tentang ketika keinginan kuat untuk mendekap seseorang melingkupi hati yang telah lama mandiri. Cingulomania. "Akan kupastikan diriku adalah partner one night-mu ya...