•
•
•
Hand in my hand
(Saling menggenggam tangan)
And we promised to never let go
(Dan kita berjanji tidak akan saling melepaskan)
•••
"... Bunuh aku kalau ingkar."
"Iya. Aku akan membunuhmu kalau kau ingkar. Pertama kutusuk dulu matamu dengan pensilku, lalu buku lukisku akan menimpuk kepalamu sampai copot. Setelah itu, kepalamu akan kupajang menggantikan salah satu kepala manekin di ruang kerjaku."
Jimin terpingkal setelah mengucapkannya. Berbeda dengan Jungkook yang terkejut. Ia memberi reaksi berlebih dengan menjauhkan diri dari kekasihnya. Mulutnya terbuka tanpa suara dengan mata terbelalak.
"Apa kau bilang... Psikopat! Aku harus telepon polisi!" Gegas Jungkook sembari mengambil handphone-nya.
Tawa Jimin mengudara tanpa rasa bersalah. Didekapnya tubuh besar Jungkook erat-erat. Tentu saja ia tidak bersungguh-sungguh. Sambutan Jungkook terhadap candaannya sangat menggelitik perut.
"Aku bergurau, sayang..."
Gerakan palsu Jungkook menggulir layar handphone terhenti seketika. Panggilan manis dari Jimin terlecut tanpa pernah diduga-duganya selama ini. Hampir tujuh bulan saling cinta, dan baru kali ini Jungkook mendengarnya.
Jimin memandang wajah Jungkook dengan senyuman penuh arti. Ia memang sedang mencoba membangun ikatan personal yang lebih kuat dengan Jungkook. Dan pria besar yang sedang mematung itu, reaksinya tak ternilai. Jimin harus merekam momen ini baik-baik.
"Kau panggil aku apa?" Jungkook memaku jelaga cokelat. Jimin terkekeh. Ia menarik tubuh Jungkook agar mereka kembali berdekatan.
"Sayang?" Ulang Jimin sekali lagi. Mencambuk dada sang kekasih oleh kembang api euforia. Wajah Jungkook berseri-seri. Telinganya menagih panggilan manis dari suara kemayu.
"Ucap lagi, Jimin..."
"Sayang... Jungkook sayang..."
Senyum Jungkook merekah seperti bunga-bunga yang bermekaran. Telapak tangan besarnya menggenggam satu sisi leher Jimin, kemudian ditariknya hingga bibir mereka saling berbenturan.
Jimin akan mengunci kebahagiaan sederhana Jungkook baik-baik di dalam sebuah kotak bernama kenangan. Detik yang terus berlipat-lipat merupakan tanda kehidupan akan selalu berjalan. Masa kini akan menjadi masa lampau. Tapi di masa yang akan dilalui, masa depan, Jimin bersumpah hanya akan ada Jungkook yang mencintainya sepenuh hati.
Tangan Jungkook berpindah ke pinggang Jimin. Punggung sempit didekap hingga dada mereka berhimpit. Kelopak terpejam menikmati bunyi decut dari lumatan-lumatan penuh kasih.
Jemari mungil menyapu bulu-bulu halus sepanjang lengan kekar. Kemudian menyelinap ke lengan pendek dari kaos Jungkook, memberikan remasan lembut pada biseps.
Tak lama berselang, ciuman terlepas. Jimin mengecup pelan ujung hidung mancung Jungkook, supaya pria itu tidak ragu dengan panggilan barunya. Jungkook tersentuh. Perasaan nyaman yang ia rasakan sejak malam itu memang tidak bertepuk sebelah tangan.
"Aku mencintaimu, Jungkook..."
"Shht. Aku tahu. Jangan sampai aku membuatmu mendesah malam ini. Aku tahu lubangmu itu masih nyeri," tukas Jungkook sambil memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
cingulomania | Kookmin
Fanfiction"Jungkook, jangan pakai perasaanmu. Kita hanya partner one night love." Kisah ringan tentang ketika keinginan kuat untuk mendekap seseorang melingkupi hati yang telah lama mandiri. Cingulomania. "Akan kupastikan diriku adalah partner one night-mu ya...