•
•
•
Just because everything's changing
(Hanya karena semuanya sudah berubah)
Doesn't mean it's never been this way before
(Bukan berarti tidak pernah begini sebelumnya)
•••
Pria itu adalah Kim Taehyung. Pria yang menghajarnya beberapa saat lalu. Namjoon tidak terkejut kalau soal serangan Taehyung, melainkan terkejut karena kedatangannya. Tapi telah dipikir-pikir lagi ia dapat berpapasan dengan Yoongi dan Jungwon. Sudah pasti Taehyung juga ada di sekitar.
"Nak, kenapa kau membiarkannya menghajarmu?" Seorang pria paruh baya bertanya selepas membantu Namjoon tertatih-tatih ke teras toko bunga.
Tadi Namjoon memang melarang orang-orang untuk melerai mereka. Dalam artian mempersilakan Taehyung menghabisinya. Segala bentuk penyiksaan memang layak untuknya. Toh, di dalam sel ia sudah dibuat kenyang oleh penindasan.
Banyak sekali narapidana yang bejat di tempat ia dipenjara. Tapi setelah Namjoon tilik lagi, dirinyalah yang berada di tingkatan paling hina. Dirinya dan beberapa mendiang kawannya yang sudah dieksekusi mati karena dosa besar mereka kepada Jimin.
"Nak? Kau baik-baik saja?"
Pandangan Namjoon yang semulanya kosong mulai kembali. Ia melirik pria yang membantunya dan menyunggingkan senyum kecil sambil menahan nyeri akibat luka di sudut bibir.
"Saya baik-baik saja, paman. Terima kasih."
"Tapi kenapa kau membiarkannya? Kenapa dia menghajarmu? Apa kau mengenalnya? Karena aku melihatmu hanya sedang memilih-milih bunga tadi dan dia turun dari mobil," ucap satu orang lagi.
Keributan yang Taehyung buat barusan memang menciptakan kerumunan. Kini tersisa dua pria yang cukup berumur. Sedang memandang Namjoon dengan tatapan prihatin sejak mobil Taehyung melesat pergi.
Namjoon mengedarkan pandangan ke jalan. Diteguknya air liur sebab tenggorokannya sakit. Sekarang apa yang harus ia katakan ke pria-pria di hadapan?
•••
"Jungkook!"
"Shht..."
"Video call? Boleh. Mama juga ingin melihatmu."
Jungkook menyeringai ceria. Ia menatap wajah Jimin seolah-olah mengharapkan persetujuan. Tapi Jiminnya malah menyanyukan alis dan mengerucutkan bibir. Gelengan samar mempertegas penolakannya. Paling tidak jangan sekarang. Jimin belum siap.
"Ayolah, sayang. Aku ingin mengenalkanmu ke Mama," bisik Jungkook di samping telinga Jimin.
Jimin menggigit bibir bawah. Pandangannya teralih dari Jungkook ke arah lain. Ia praktis cemas dan gugup secara bersamaan. Cemas karena takutnya Jungkook mendapat imbas sebab baru saja batal menikah dan malah sudah memiliki kekasih baru.
Walau Jimin tahu Jungwon juga sudah punya kekasih baru, tetap ia tidak mau ambil resiko. Barangkali Jungwon juga membuat kakek neneknya yaitu pasangan Yang murka?
KAMU SEDANG MEMBACA
cingulomania | Kookmin
Fanfiction"Jungkook, jangan pakai perasaanmu. Kita hanya partner one night love." Kisah ringan tentang ketika keinginan kuat untuk mendekap seseorang melingkupi hati yang telah lama mandiri. Cingulomania. "Akan kupastikan diriku adalah partner one night-mu ya...