•
•
•
I was still a child
(Aku masih membutuhkan cintamu)
Didn't get the chance to feel the world around me
(Belum mendapatkan kesempatan untuk merasakan kebahagiaan)
I had no time to choose what i chose to do
(Aku tidak punya kesempatan untuk memilih yang aku inginkan)
•••
Mungkin orang menilainya lugu. Tapi Jungwon tetaplah memiliki otak. Ia tidak perlu bertanya untuk menyimpulkan arti dari pemandangan yang baru saja ia lihat. Tapi bila keponakannya ingin main belakang, maka ia akan pura-pura tak tahu apa pun.
Kau bodoh atau bagaimana, Park Jimin? Dia calon suamiku, calon suami pamanmu sendiri. Ck, kau bahkan datang saat kami bertunangan.
Jungwon terdengar ribut memakan spaghetti. Garpunya berdenting kuat setiap kali menyapa keramik piring, menggambarkan emosinya yang tengah sedikit memuncak.
Pada suapan terakhir, Jungwon terlihat mangut-mangut. Ia membulatkan tekad untuk memperkuat komunikasi dengan Jungkook, dan lebih sering mencari cara untuk mencuri hatinya. Ia tidak boleh kalah dari keponakannya sendiri.
•••
Pria blonde itu masih masam. Tatapannya datar dan menerawang, mengabaikan jemarinya yang tengah dimainkan Yoongi. Wajah Yoongi menunduk. Dia masih duduk di dekat kaki Jimin.
"Jimin hyung... Maafkan aku..." cicitnya lagi untuk kesekian kali. Jimin berkedip nanar. Air matanya kembali jatuh menelusuri kulit pipi. Yoongi mendesah lelah dan menumpukan sebelah pipinya di atas paha Jimin.
Mata sipitnya melirik ke atas, memerhatikan wajah Jimin yang sembab. "Hyung... Kau tidak perlu khawatir, dia tidak menyakitiku."
Mendengarnya, Jimin terkekeh hambar. Perlahan bola matanya bergulir ke dalam netra sang adik. Memberikan tatapan sedih dan putus asa. "Kau tidak mengerti apa yang aku rasakan dulu. Kau tidak mengerti apa yang aku khawatirkan, Yoongi," tukas Jimin. Menjadikannya kalimat pertama terpanjang yang Yoongi dengar dari kakaknya hari ini.
Sebab singgungan akan masa lalu, Yoongi menegapkan tubuhnya. Meleburkan pandangannya dalam bola mata Jimin untuk menelisik arti dari ucapan sang kakak.
Yoongi tau, kakaknya pernah terkurung dalam luka untuk waktu yang lama. Tapi Yoongi juga tau, bukan Taehyung yang membangun kurungan penuh luka tersebut. Dan lagi tentang dirinya dengan Taehyung semalam adalah hal berbeda.
Keduanya sama-sama ingin.
Apakah itu salah untuk kehidupan abad ke-21 di negeri maju seperti Korea Selatan? Mayoritas kawannya bahkan sudah melakukan itu.
"Luka yang kualami dulu, kau pikir itu sudah hilang?" sarkas Jimin dengan seringai senyum penuh kesedihan. Yoongi tercenung, merasakan debuman kuat seolah ia baru saja menyakiti perasaan Jimin.
Namun lidah Yoongi beku. Ia hanya tetap memandang kedua bola mata Jimin bergantian, dengan ekspresinya yang terlihat penuh akan rasa bersalah.
"Sudahlah, kau tidak akan pernah mengerti. Kau terlalu lugu, Park Yoongi." Jimin bangkit berdiri. Melangkah menjauhi ruang tengah, seketika membuat adiknya turut bangkit dan memacu langkah untuk mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
cingulomania | Kookmin
Fiksi Penggemar"Jungkook, jangan pakai perasaanmu. Kita hanya partner one night love." Kisah ringan tentang ketika keinginan kuat untuk mendekap seseorang melingkupi hati yang telah lama mandiri. Cingulomania. "Akan kupastikan diriku adalah partner one night-mu ya...