BAB 20

44 10 4
                                    

     "Non! Kang Andre kalian gak apa-apa?" Tanya Jono saat ia menghampiri keduanya. Suasana malam itu sangat mencekam.

      "Gak apa-apa kok, tapi mbok Marni…." Ucap Andre sambil memeluk Jessy yang menangis di pelukanya.

       "MBOOKKK….. KENAPA TINGGALIN AKU!!! MBOK JANJI KAN MAU JAGAIN AKU!" Ucap Jessy yang terus menangis.

       "Sabar Non.. Ini saya yakin bukan kesalahan kalian, tapi gimana kita mengurus mbok Marni, atau sementara kita di kontrakan sebelah dulu? Besok baru kita urus penguburan mbok Marni." Ucap Jono.

Namun tiba-tiba sekelebat bayangan putih melintas dari atas tangga menuju kamar ujung. Jono hanya melihat bayangan itu dengan wajah ketakutan.

          "Itu bayangan apa ya barusan?" Tanya Andre.

          "Oh liat juga? Saya pikir saya doang yang liat." Jawab Jono.

Terdengar seperti suara cakaran tembok di ruangan itu, semua nampak diam, Jono terlihat begitu pucat.  Semua nampak tegang dengan situasi ini. Lagi-lagi suara gesekan kuku dan hembusan angin yang sekelebat terdengar jelas.

            “Non, kang Andre, gimana kalo kita keluar, kita bisa berlindung di kontrakan sebelah.” Ujar kang Jono sambil terus memegang senter yang menyala.

Akhirnya mereka bertiga mengendap-endap pergi ke arah pintu ruang tamu, namun Jessy menoleh ke arah mbok Marni dengan tatapan sedih, tubuh yang terbujur kaku, percikan darah yang menyebar, dan darah kental juga terlihat menggenang di lantai rumah itu. tiba-tiba Jessy menoleh ke arah Andre saat ia merasakan genggaman tangan Andre yang memberi isyarat untuk pergi dari ruang tamu.

Suasana malam itu hanya diterangi cahaya bulan purnama dan dinginnya malam. Suara burung malam pun seolah mengiringi suasana malam itu yang tampak mencekam.

Kang Jono pun menghentikan langkahnya saat berada tepat di depan kuburan keramat itu, Jessy dan Andre pun ikut berhenti persis di belakang kang Jono. Jessy dan Andre nampaak bingung melihat sikap Jono, setelah mereka melihat ekspresi Jono, mereka menoleh ke arah kuburan keramat itu yang nampak epi, dingin dan gelap. Jessy mulai memegang lengan Andre, dan Andre pun melihat tangan Jessy, kemudian ia memegang tangan Jessy dan mengusapnya, memberi isyarat semua akan baik-baik saja.

akhirnya mereka masuk kedalam kontrakan Andre, Jessy duduk di ruang tamu, kang Jono pun duduk di dekat pintu depan, semenntara Andre sedang berdiri di dapur.
Secangkir teh hangat tepat diberikan di hadapan Jessy, ia pun menoleh ke arah Andre dengan senyum manisnya.

         “Trimakasih.” Ucap Jessy.

Andre hanya mengangguk tersenyum, kemudian Andre langsung memberikn teh hangat pada Jono.
Malam itu mereka nampak membisu, Jssy tiba-tiba menagis perlahan dan mengusap air matanya. Andre pun mencoba mendekat dan merangkul Jessy untuk menenangkan. Sesekali Jessy menyeruput teh hangat dan menyenderkan kepalanya di pundak Andre.






                             ******



      Pagi hari Jessy membuka matanya, ia melihat ruangan kamar yang berbeda, Jessy mulai menyadari kalau ia sedang tidak di kamarnya.

Dengan cepat Jessy segera duduk di kasur yang berukuran kecil, pagi itu suasana nampak dingin dan rintik hujan membasahi tanah. Jessy perlahan menurunkan kedua kakinya ke lantai dan berjalan keluar dari kamar.

Kontrakan Andre nampak sepi, ia segera keluar kontrakan, dan melihat satu mobil polisi dan mobil ambulance yang terparkir di depan rumahnya. Jessy pun bergegas memakai alas kaki dan berjalan keluar kontrakan.

AKU TAU KAMU ADA (Bab 1 - 22 Tamat) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang