BAB 18

44 12 7
                                    

     Jessy bergegas turun dari bus sambil menenteng tas dan perlengkapan lainnya, wajahnya nampak lelah. Tak lama bus pergi meninggalakan Jessy. Raut wajahnya begitu mengantuk, kantung mata yang sedikit hitam, dan matanya memicingkan ke arah matahari siang itu yang cukup terik. 

Perlahan Jessy membuka pagar dan berjalan masuk ke pekarangan. Jono pun yang sedang menyapu tanah berlari sambil menolong Jessy untuk membawa barang-barangnya. 

         "Eh non sudah pulang.. Wah sini biar saya yang bantu bawain tas dan yang lainnya." Kata Jono. Namun Jessy menoleh ke arah kontrakan, ia melihat seorang laki-laki yang berdiri terdiam memandangnya. 

          "Itu siapa?" Tanya Jessy. 

          "Itu temannya mas Andre,  namanya Mas Tio." Jawab Jono. 

         "Oh.." Jawab Jessy singkat dan langsung berjalan masuk ke teras rumahnya. 

Tak lama Andre pun keluar kamar sambil membawa secangkir teh, ia melihat Tio yang terus memandang Jessy. 

          "Kenapa? Kok liatinnya gitu?" Tanya Andre sambil menyeruput teh hangatnya. 

          "Nggak, gua kasian sama cewek itu, hidupnya kesepian, tertekan, dan penasaran." Jawab Tio. 

          "Masa dia penasaran juga?" Tanya Andre heran. 

           "Bukan penasaran karena arwah ya, tapi dia penasaran kenapa orang tuanya pergi ninggalin dia, sementara jiwanya tertekan dengan sesuatu yang ada di dalam rumah itu. Tapi gua yakin perlahan dia akan mengetahaui semuanya." Jawab Tio. 

           "Trus gua harus bantuin apa?" Tanya Andre. 

           "Bantu dampingin dia buat selesaikan masalahnya sampai tuntas, dan gua yakin kok, karena lu sudah mulai mengusik mahluk-mahluk di tempat ini, lu akan terlibat dalam masalahnya." Jawah Tio. 

           "Hmm.. Agak mengerikan juga yaa.. Tapi gak apa-apa, gua lebih kasihan sama Jessy sih." 

           "Gua tau sih karena apa…" Ucap Tio. 

           "Karena apa?" Tanya Ande penasaran. Kemudian Tio bergegas pamit pulang ke rumahnya. Sementara Andre masih memikirkan ucapan Tio. 




                             ********


       Jam bedetak pukul sembilan malam, Jessy terbangun dari tidurnya. Tubuhnya terasa lelah saat pulang berkemah. Perutnya mulai lapar, Jessy pun membuka pintu kamarnya, suasana di lantai bawah hanya terlihat lampu remang daei sudut ruang buku. Jessy segera menuruni anak tangga sambil mengucek matanya, ia melihat seseorang duduk di bangku ruang makan. 

         "Eyang.. Kok belum tidur?" Tanya Jessy. Kemudian ia segera duduk di samping Eyang sambil menikmati sebuah pisang.  Namun Eyang hanya duduk sambil menunduk

 Kemudian Jessy beranjak dari duduknya dan mengambil gelas bening yang berada didalam rak piring yang terbuat dari kayu jati. Kemudian ia segera mengambil teko dan menuangkannya di gelas. Saat ia membalikkan badan ia tak melihat eyang di bangkunya. 

          "Praaaaangggggg!!" Suara gelas yang berisi air pun pecah di lantai. Ia benar-benar terkejut sambil melihat sekeliling ruang makan dan sekitarnya. 

Tak lama mbok Marni bergegas datang menghapiri sambil tergopoh-gopoh. 

          "Non gak apa-apa?" Tanya mbok Marni sambil menatap Jessy yang tampak kebingungan. 

AKU TAU KAMU ADA (Bab 1 - 22 Tamat) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang