BAB 14

73 9 10
                                    

     Andre memarkirkan motornya di area parkiran kampus. Suasana pagi itu sangat dingin. Beberapa mahasiswa lainnya juga da yang baru datang ke kampus. Saat Andre berjalan menuju gedung tiba-tiba pundak kirinya di tepuk, Andre menoleh ke sebelah kiri. Ia . Melihat serang pria tinggi tegap dengan rambut belah tengah dan memakai kacamata. Bisa di bilang penampilannya terlihat cupu.

       "Iya..maaf siapa ya?" Tanya Andre bingung.
      
       "Kenalin, gua Tio, anak seni rupa." Jawab mahasiswa itu sambil memegang kacamatanya yang terlihat bulat.

      "Oh yaa Tio, ada yang bisa gua bantu?" Tanya Andre. Mereka pun sambil berjalan ke arah lorong kampus. Sementara Tio berjalan malu sambil memeluk buku gambarnya.

      "HMM.. cape gak?" Tanya Tio.

      "Hah? Maksudnya?"

      "Nanti aja deh.. Pas jam istirahat ketemu di sini lagi yaa.. Sekarang maaf gua mau buru-buru masuk kelas. Permisi." Jawab Tio, ia pun segera berlari ke arah tangga gedung.

Andre hanya menggaruk kepalanya dengan tatapan bingung atas ucapan Tio. Kemudian Andre terus berjalan sambil menenteng tas ranselnya.





                           *********



         Jessy menurunkan anak tangga secara perlahan. Mbok Marni bergegas membawa mangkuk dan menyiapkan makan siang di meja makan. Perlahan Jessy pun duduk di bangku sambil melihat beberapa lauk yang sudah di siapkan mbok Marni.
Tak lama pintu kamar eyang pun terbuka. Mbok Marni dan Jessy menoleh gugup ke arah pintu kamar. Terlihat eyang dengan wajah pucat berjalan ke arah meja makan. Eyang pun perlahan duduk di bangku kesayangannya.

Jessy berusaha menunduk dan hanya terdiam. Jantungnya berdegup kencang, mbok Marni pun berjalan sopan perlahan pergi ke arah dapur meninggalkan mereka.

         "Hmm.. Eyang sakit ya?" Ucap Jessy sambil berbasa basi. Sementara Eyang hanya diam dan menikmati semangkuk soup hangat yang sudah di siapkan mbok Marni.

         "Eyang kalau sakit kita ke dokter ya? Atau mau Jessy pijitin? Atau..."

         "Eyang cuma gak mau kamu dekat dengan anak mahasiswa itu." Ucap Eyang dengan nada paruh dan serak.

Sontak membuat Jessy terkejut dengan ucapan Eyang.

         "Kenapa Eyang? Kan dia anak yang baik, dia gak macem-macem kok. Anaknya juga sopan." Jawab Jessy.
Namun Eyang hanya terdiam sambil tetap menikmati soup hangat dengan wajah datar.

Tak lama mbok Marni datang sambil membawa buah pisang kesukaan Eyang dan meletakkannya di atas meja.

          "Ayo non di habiskan.. Oh ya besok katanya non Jessy mau mengadakan study tour kelulusan ya? Sudah izin Eyang belum?" Tanya mbok Marni.

Saat Jessy melirik ke arah Eyang ia nampak gugup, sementara Eyang hanya melirik ke arah Jessy sambil meneguk segelas air mineral.

       "Gimana Eyang, boleh ya?" Tanya Jessy.

       "Hmm..." Jawab Eyang singkat dan ia segera masuk ke dalam kamarnya.

Jessy mulai merasa lega, namun ia masih sedikit kesal kenapa Eyangnya melarang untuk berteman dengan Andre.

        "Sabar non.. Eyang emang begitu, mungkin Eyang khawatir sama non Jessy." Ucap mbok Marni.

        "Yah aku tau Mbok... Tapi kenapa akhir-akhir ini Eyang sikapnya kaya gitu sih? Terkesan galak, diem, misterius.. Trus kenapa coba aku gak boleh temenan sama anak kuliah itu? Kan dia orangnya baik." Ucap Jessy.

        "Iya non.. Sabar aja yaa.. Turutin aja yang Eyang mau. Tapi kalau sekedar berteman ya gak apa-apa. Asal jangan usik kehidupan kita." Ucap mbok Marni sambil mengangkat piring kotor dan pergi ke arah dapur.

         "Hah? Usik kehidupan kita? Gak mungkin lah." Gumam Jessy dengan nada kesal.






                          ********



       Jam istirahat Andre berjalan ke daerah parkiran. Suasana parkiran tampak sepi dan hanya hembusan angin menambah kesan dingin dan senyap. Andre pun berdiri di dekat pohon besar yang rindang. Entah mengapa perasaanya cemas, Andre hanya menggigit bibirnya dan tanganya berusaha mengepal untuk menenangkan hatinya.

      "Puk..." Suara pundak Andre saat ditepuk seseorang. Seketika Andre terkejut dan menoleh ke belakang. Terlihat Tio tersipu malu sambil menutup bibirnya dengaan buku gambar.

       "Astaga.. Ngagetin aja lu Tio..!" Ucap Andre.

       "Iya maaf.." Jawab Andre. Tiba-tiba ia memberikan sebuah buku gambar sambil tersipu malu.
Andre pun dengan bingung mengambil buku gambarnya. Matanya yang tegas menatap Tio yang malu-malu. Perlahan Andre membuka buku gambarnya. Dahinya mulai di kerut. Perlahana Andre trus membuka lembar demi lembar buku gambarnya.

         "Ini lu yang gambar semua?" Tanya Andre.

          "Iya.. Maaf ya jelek gambarnya." Jawab Tio sambil  mengangguk malu.

Andre pun memperhatikan salah satu gambar saat membuka lembaran tengah dari buku gamabar Tio. Matanya langsung melirik ke arah Tio seolah berbicara.

          "Tee.. Terserah mau percaya atau nggak.. Tapi itu kenyataanya." Ucap Tio.

          "Ini siapa?" Tanya Andre bingung.

          "Itu yang saat ini kamu alami." Jawab Tio.







                          *********





      Malam hari Andre duduk di teras kontrakannya, ia masih memikirkan gambar dan ucapan Tio sambil memangku dagu dan memandang perkebunan di depan kontrakannya. Semilir angin malam pun mulai terasa dingin. Perlahan Andre menyeruput secangkir teh hangat yang diletakkan di atas meja.

Namun tiba-tiba ia seperti merasakan hembusan angin di atas rambutnya, Andre pun segera mengusap rambutnya dan menoleh ke kanan dan ke kiri.

Tak ada terlihat sesuatu di sekelilingnya. Andre pun kembali menyeruput teh hangatnya. Namun Andre tak menyadari ada sosok mahluk bermata putih dengan rambut acaka-acakan dan wajah yang pucat terbaring di bawah bangku Adre.

Andre mulai terdiam dan menelan air liurnya, ia berusaha menunduk dan melihat ke arah lantai. Namun tak terlihat apapun di bawah kakinya. Andre mulai bernafas lega.

           "Sendirian aja?"
          
Andre terkejut dan menatap ke hadapannya. Ia melihat kang Jono yang berdiri sambil membawa ember berisi tumpukan baju basah.

         "Kaget saya.. Mau kemana kang?" Tanya Andre.

         "Oh ini, mau jemur baju. Tadi habis nyuci hehehe."

         "Oh nyuci malem-malem?" Tanya Andre.

          "Ia nih, baru sempet nyuci baju. Permisi ya." Ucap kang Jono dan pergi meninggalkan Andre.





                        ***********




       Tio masuk ke dalam kamarnya saat ia selesai mandi, dengan santai Tio memakai pakaian di depan lemari. Setelah itu Tio mengambil anduk yang di gantung di sandaran bangu kayu di dekat meja belajarnya. Namun tak sengaja handuknya mengibas pinsil kesayangannya hingga jatuh ke lantai.
      
Tio hanya menarik nafas panjang dan membungkuk untuk mengambil pinsilnya. Namun saat ia membungkuk, ia mendengar seperti suara sayup-sayup tawa yang menggema di dalam kamarnya. Tio hanya terdiam, perlahan ia mengangkat badannya dan meletakkan pinsil di atas buku kambarnya. Namun ia terkejut saat melihat gambarnya yang sudah tercoret-coret garis panjang. Ia hanya diam, tak sepatah katapun terlontar dari bibirnya yang mungil. Perlahan Tio meraba coretan-coretan acak yang tergambar di buku gambarnya. Wajahnya nampak sedih, ia seperti merasakan sesuatu namun hanya bisa di pendam dalam hati.

AKU TAU KAMU ADA (Bab 1 - 22 Tamat) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang