"Nah, iniii... pejuang garis depan Tim Bram!", tiba-tiba Pak Bramantyo yang biasa kami juluki Mr. Bromax memecah diskusi tim desainku.
Semua langsung berhenti, ya tangan, ya mulut, semua beku sedetik.
"Loh... ayo dilanjut loh bro sis. Aku hanya mau nyapa aja kok", Mr. Bromax salah tingkah dan dengan kikuk pergi meninggalkan ruang rapat.
''Apaan sih? Ganggu konsentrasi aja", komen Dara, disambut tawa kita semua karena merasa konyol harus mematung disapa Mr. Bromax.
Iya, minggu ini cukup sibuk, dari bikin rancangan 3D sampai bikin maketnya. Semua tangan sibuk, semua kepala disatukan.
"Dhiya, berapa persen progres desainnya?"tanya Pak Bramantyo sore itu sambil duduk santai di belakang mejanya.
Aku memang sengaja datang keruangannya untuk melaporkan hasil rapat tim desain dari pagi hingga sore tadi. Sepuluh menit yang lalu rapat baru benar-benar selesai tapi rasanya beban berat masih menindih pundakku.
"98% siap pak, 2% lainnya berdoa aja Klien suka", jawabku mantap.
"Syukurlah, Dhiya. Maketnya detil dan rapi. Aku juga sudah mengatur pertemuan dengan klien. Kamis ini kita bisa bicarakan lebih lanjut desain awalnya. Kurasa tinggal diperhalus aja dah oke." komentar Pak Bramantyo. Bukan sembarang komentar. Meskipun beliau kadang bertingkah konyol seperti siang ini, tapi beliau adalah direktur desain yang sangat berpengalaman. Dan dari beliau, aku belajar banyak hal 3 tahunan ini.
"Iya, Pak. Berkat masukan Bapak kemarin, proses desain jadi lebih mudah. Terimakasih, Pak." jawabku semangat. Beliau tertawa lepas.
" Sudah, sudah, ayo semua aku traktir makan enak dulu. Amunisi pertempuran kita perlu diisi." ajaknya semangat.
Langkah lebar penuh semangat dan senyum mengembang, Pak Bramantyo langsung menyeruak ke tengah-tengah anggota tim desain yang sedang rehat dan langsung mengajak keluar ruangan menuju seberang kantor.
Restoran steak dan sate maranggi sore itu tak terlalu ramai. Rombongan kami berbondong-bondong datang dan memenuhi ruangan restoran itu. Suasana yang sebelumnya tenang tiba-tiba jadi gaduh. Suara derai tawa dan canda kami terdengar di setiap sudut restoran yang tak terlalu luas tersebut. Pak Bramantyo alias Mr. Bromax emang selalu bisa memompa semangat timnya di saat apapun.
Aku sudah berada di tim ini selama kurang lebih 3 tahun, semua peristiwadesain sudah aku jalani bersama mereka. Desain sederhana sampai desain rumit.Pengalaman mendesain tersingkat hingga terpanjang. Suka duka seorang arsiteksepertinya akan mampu kujalani lebih lama lagi jika aku bisa bersama mereka.Itu yang ada dalam pikiranku. Benar-benar teman seperjuangan yang fokus ketujuan yang besar dan kami semua berbinar setuju dengan tujuan itu. Aaaah...bahagianya. Senyumku merekah.
YOU ARE READING
Dua Puluh Empat [END]
RomanceDua puluh empat bisa berarti apa saja. Jumlah jam dalam sehari, empat dikali enam, dua lusin barang, nomor rumah, ataupun tanggal lahir. Dalam cerita ini, secara spesifik yg dimaksud dengan dua puluh empat adalah usia. Ada apa dengan dua puluh empat...