Bab 3 : upacara adat

162 14 0
                                    

tak terasa sudah 1minggu kami menghabiskan waktu dengan kesibukan masing masing, tak terasa sudah sangat lama kami tidak saling bertegur sapa.

malam ini, prosesi berinai akan dilanjutkan. aku memohon pada Rab-ku, semoga apa yang terbaik menurut-Nya, aku senantiasa berlapang dada menerima.

teringat dengan hari pernikahan yang mulai semakin mendekat, janji cinta kamipun akan segera terlaksana. namun, ntah mengapa ada rasa takut dalam benak ini jika teringat hal-hal lain.

terbesit beberapa ingatan kembali memenuhi fikiranku, disaat diriku dengan calon suami saat berunding. membuat kesepakatan aneh dan luar biasa berat juga beresiko.

"dek isya, kalaupun ingin melanjutkan study, aku tidak melarang. namun aku juga tidak bisa ikut menemanimu disana." katanya, membuat impian dan harapanku hancur berkeping-keping.

bagaimana mungkin aku harus merelakan salahsatu dari keduanya.

ya, katakan saja aku egois. inginku bisa menggenggam keduanya secara bersamaan. apalagi dengan bang air yang sudah lama menemani kesendirianku.

pengumuman beasiswaku 1hari lebih dulu dari hari akad, dan kami sudah bulat memutuskan akan ldr. ntahlah, aku berharap LSE (the london school of economics and political science) yang menjadi kampusku nanti, walaupun The University of Sydney sama-sama membuatku terpikat.

dan inilah aku, dengan pakaian adat yang sudah ku kenakan, aku akan turun dan akan memulai malam bainaiku ini.

....

hilir mudik banyaknya orang di dalam rumah ini, seakan akan menyesakkan sekali. orang orang yang tidak dikenal terus berdatangan. membuat salah seorang gadis di sudut ruangan terus menerus mengibaskan kedua tangannya kearah wajah yang sudah basah bercucuran keringat.

"duh panas banget ya? padahal ac udah nyala puool" renggeknya yang sudah berulang ulang.

bahkan gulungan tissue sudah banyak terbuang secara percuma.

"he'em, gue gak sanggup deh tinggal disini lama-lama" ujar salah seorang yang membantu untuk mengikat rambut panjang ilyana menjadi kunciran kuda.

"kenapa sih acara beginian gak digedung aja, na?" tanya wanita yang sedang memakaikan henna ditangan ilyana.

"mana gue tau, gue dateng pun udah seheboh ini." jawab ilyana.

"asli yak ini rumah panasnya membara banget-nget-nget" celetuk genta lagi.

ya, semua orang sudah mulai disibukkan saat ini. apalagi dengan ibunya yang sudah hilir mudik menerima tamu yang tak ada habisnya. papanyapun sama, sibuk menyambut teman dan kerabat lainnya.

berbeda dengan sebagian keluarganya, saat ini sedang berkumpul bersama mempelai wanita yang sedang berinai. memuji terus menerus, dan juga membantu beberapa kelengkapan berinai lainnya.

sementara ilyana sendiri hanya ditemani genta dan nadine saja. dengan posisi menyudut di samping ruangan dekat dengan ac.

..

di depan pintu terdengar riuh suara orang yang sedang mengobrol dengan sangat asyik.

sesekali bersanda gurau, saling melemparkan candaan begitupun pujian. sesaat memang menarik untuk dilihat siapa yang sedang mengobrol dengan papanya itu. tapi rasa malas sudah pasti menjadi pemenangnya bagi ilyana.

"gih lu liat siapa tu orang yang diajak ngegibah sama bokap gue, gen!" ujar ilyana yang menyuruh genta agar segera bangkit.

"idih.. ogah gak sopan tau!" genta menolak mentah-mentah.

ROMANTIC MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang