11. Dugaan yang benar

94 9 0
                                    

Eca tengah sibuk mengambil beberapa surat penting data di kamar orang tuanya. Ia masuk secara diam diam, dan mengambil beberpaa lembar kertas penting. Tentunya keadaan rumah sekarang sepi. Jadi ia bisa leluasa.

Ketika mendengar suara motor papanya ia buru buru memasukan kembali kedalam map, dan berjalan cepat ke kamarnya.

Untung dirinya tidak ketahuan.

Ia mengotak Atik hpnya mencari nomor seseorang.

"Halo" akhirnya mendapatkan jawaban

"Eum halo kak" ucap Eca malu malu

"Iya kenapa Eca" balas di sebrang sana

"Besok kakak bisa bantuin Eca ga?"

"Emang mau dibantu apa heum?"

"Jadi gini Eca pengen-"

🔥🔥🔥

"Good morning ma pren" teriak Eca heboh saat memasuki kelas yang masih sepi, hanya terdapat Sasa dan Hana.

Ya mereka bertiga memang rajin sekali datang kesekolah lebih awal. Alasan Sasa sih ia ingin mencari jawaban contekan. Kalau Hana dia memang salah satu siswi yang terlalu teladan. Berbeda dengan Eca, ia datang pagi karena malas dirumah. Alasan yang sangat singkat.

"Duh Eca hobi banget sih teriak teriak" ucap Hana sambil mengusap telinganya

"Sorry. Sori sori sori sori makimik dolar dolar" ucap asal Eca yang malah berujung sebuah lagu

"Bukan gitu lagunya" ucap Sasa

"Bener ya, sori tuh lagunya bapak Simon dkk" ucap PD Eca

"Simon?" Guman Sasa bingung

"Simon Saha?" Tanya Sasa pada Eca

"Itu loh om Simon yang ada di iklan mie korea pedas" ujar Eca

Sasa tampak berfikir sejenak, sembari mengerutkan keningnya.

"ITU SIWON ANJIR" teriak kesal sasa

"Nah iya om Simon" ucap setuju Eca

"Sori sori sori sori makimik i dolar dolar" ujar Eca sambil melompat lompat kecil kearah bangkunya

"mengcapek sama Eca" ucap Sasa sambil memutar bola matanya

Sedangkan Hana hanya terkekeh kecil dengan tingkah Eca.

"Eh omaygat, lihatlah dunia yang biru ini Namum menyimpan banyak kepalsuan di dalamnya." Ucap Eca ketika ia berdiri di atas kursinya dan melihat ke jendela kelasnya yang menghadap ke jalan raya.

Kebetulan Eca duduk di dekat jendela dan ia sangat menyukai hal itu, ia bisa berdiri di sana selama berjam jam hanya untuk melihat kendaraan yang berlalu lalang lewat depan sekolahnya.

Eca murung di depan jendela, sambil menyanyikan sebuah lagu. Tatpannya kosong kedepan, bibirnya tersenyum tipis. Isi otaknya hanya memikirkan bagaimana dirinya bahagia dengan caranya sendiri. Eca ingin bahagia, namun satu sisi ia selalu di tuntut untuk melakukan ini itu. Mereka memperlakukan dirinya layaknya seorang babu.

Ingin berteriak melepas semua beban yang selama ini ia pendam, namun dirinya sadar bahwa tempat ini tidak cocok untuk dirinya melampiaskan amarahnya.

ELCYANELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang