18. Eca punya banyak teman

87 11 2
                                    

Sudah hari ke 4 eca berada di rumah sakit ini, dirinya merasa bosan dan bingung harus melakukan apa. Kedua sahabatnya sasa dan Hana sering berkunjung setelah pulang sekolah, dan menceritakan banyak hal serta tidak lupa memberitahunya tentang pr yang harus di kerjakan.

Walaupun eca sedang berada di rumah sakit, dirinya tidak lupa dengan tanggung jawabnya sebagai siswi. Walaupun ia tidak mengerti dengan materi yang selalu di jelaskan oleh guru matematika dan fisika namun sebisa mungkin eca memahami dengan sendirinya, walaupun selalu mendapatkan hasil yang di bawah ekspektasi nya.

Seperti saat ini dirinya harus membuat tugas video membaca cerita fantasi dengan bahasa Inggris lalu di kirim ke email sang guru. Karena dari 32 murid di kelas eca, hanya dia seroang yang belum mengumpulkan. Mau tidak mau dirinya harus membuat video tersebut dengan berbaju seragam rumah sakit.

Setelah dua puluh menit menyelesaikan beberapa tugasnya ia membereskan buku-bukunya lalu menaruh di tas sekolahnya.

Ia kembali berbaring, lalu menatap kearah jendela yang dimana langit berubah warna menjadi orange ke Kuningan, warna itu adalah warna favoritnya. Eca tersenyum dan mengambil hp nya lalu ia mengambil beberapa foto langit tersebut.

Sembari melihat hasil fotonya eca melamun, memikirkan kedua orang tuanya yang benar benar tidak peduli kepadanya. Bahkan mereka tidak mencari eca sekalipun. Eca sering berpikir apakah dirinya ini memang benar benar anak dari mereka atau tidak.

Tak lama air matanya pun menetes dan lama kelamaan menjadi deras. Eca tidak tahan dengan kelakuan kedua orang tuanya, ia seperti anak yang tidak di harapkan di keluarga tersebut. Eca mengingat kembali masa kecilnya yang dimana hari harinya hanya di penuhi oleh luka dan cambukan. Ayolah siapa yang ingin bertukar diri dengan eca, dirinya saat ini benar benar tidak sanggup lagi.

Walaupun sekarang sang Abang sudah kembali lagi dan berjanji menjadi pelindungnya, namun eca masih terus di hantui rasa ketakutan akan kedua orangtuanya. Ia akan tiba tiba menangis bila mengingat semua itu.

Saat menangis dengan bebas serta memukul mukul kepalanya, seseorang datang lalu memeluknya.

"Eca"

Ucap orang tersebut dengan memeluk erat eca dan mengelus kepalanya.

"Jangan di pukul kepalanya nanti sakit" ucap lembut orang tersebut

"Sakitnya ga seberapa kak, sama yang aku alami sendari kecil" ujar eca dengan masih menangis sesenggukan

"Kakak tau, tapi jangan di pukul lagi kepalanya" ucap orang itu dengan menangkup wajah Eca

"Agree?"

Eca mengangguk anggukkan kepalanya saja.

"But, kak Genta mau ga nemenin aku disini. soalnya kalo sendiri aku takut kambuh lagi" ucap Eca

"Of course, kakak temenin. Kamu mau tidur? Atau mau jalan jalan ke taman?"

"Aku boleh jalan jalan?" Tanya balik Eca dengan wajah yang cerah

"Boleh dong, siapa bilang ga boleh"

"Tapi bang marsel larang aku keluar ruangan" jawab Eca dengan lemas

Genta nampak berfikir sejenak lalu ia memiliki ide.

"That's okay, kakak udah ijinin kamu"

"Wahhh, let's go to taman" ucap senang Eca

"Tunggu sebentar kakak, ambil kursi roda dulu"

"Gak usah aku bisa jalan sendiri kok" ucap Eca, dan saat ia turun dari brankar dan berdiri belum ada semenit kakinya sudah lemas bagaikan jelly.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ELCYANELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang