CHAPTER 3 : TEDDY BEAR

55 13 1
                                    

- HAPPY READING GUYS -


---------------------------------------------------

"Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan. Bukan yang kita inginkan."

---------------------------------------------------


Seorang siswi dengan pakaian seragam khas SMA. Dan hijab pashmina yang membalut kepalanya, sedang menyapu lantai di iringi dengan cibiran-cibirannya.

Siswi itu nampak menggerutu kesal. Karena, orang yang ia tunggu sedari tadi belum juga menampakkan batang hidungnya.

“Eh bujet. Tu anak kemana sih? Katanya cuma mau ke toilet tapi sampe sekarang belum nongol-nongol juga. Apa jangan-jangan dia---“ Pikiran aneh mulai hinggap di kepala gadis cantik satu ini, ia pun segera menepis pikiran buruknya.

Tak lama kemudian, terdengar ucapan salam dari lawang pintu yang menunjukan dua orang berbeda gender, “Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikumsalaam,"

"Baru balik lo? Kemana aja, hah? Gue tungguin juga dari tadi! Gue kira lo diculik tuyul. Eeh tau nya malah berdua-an sama si kunyuk.” Geram nya.

“Heh! Lambe mu tidak ramah sekali. Jangan ngegas kalo ngomong. Tadi itu, gua ketemu sama Ata pas balik dari toilet.”

Mendengar hal itu membuat Vivi mendengus kesal. Lalu, ia mengode Dewi dan Rasta untuk membantunya membersihkan kelas.

Dengan cara memajukan bibir nya menunjuk ke arah tumpukan sapu dan pengepelan.

Dewi yang dasarnya memang tidak peka hanya mengernyitkan dahi nya. Dan menoleh kepada Rasta untuk meminta penjelasan.

Rasta yang melihat kode-kode dari Vivi pun sebenarnya sudah tau apa maksudnya.

Hanya saja ia ikut berpura-pura tidak paham. Ia pikir mengerjai temannya yang satu ini tidaklah dosa. Iya kan?

Gua kerjain sabi kali yaa. Batin Rasta

“Gua tau, pahatan bibir lu emang bagus. Tapi, lu ngapain monyong-monyongin bibir lu kayak gitu, hm?” Rasta menjeda kalimatnya.

“Kegigit semut, he’em? Coba mana liat, sini-sini.” Rasta mengeluarkan senyum miringnya, di iringi dengan maju beberapa langkah agar mendekat ke arah Vivi.

Vivi yang melihat senyuman miring Rasta pun bergidik ngeri.

Secara spontan ia menodongkan sapu yang sedari tadi ia pakai ke hadapan Rasta. Karena jarak nya kini hanya tiga langkah darinya.

“STOOOOPPP!” 

Vivi mengeluarkan tatapan garangnya. Sedangkan Rasta dan Dewi yang melihat itu pun tertawa terbahak-bahak.

“Jangan macem-macem lo! Sekali lagi lo maju, gue tebas anu lo, mau?”

“Udah ah. Gue itu ngode kalian biar kelen tuh bantuin gue bersihin kelas. Ngga liat apa, kelas udah kayak kandang BABI gini?” tekannya.

“Astaghfirullah haladziim, ngomong piggy nya ngga usah diteken juga kali. Kayak berasa kita yang lo kata-katain.” Balas Dewi.

-o0o-

Di lain tempat, terdapat seorang wanita paruh baya yang sedang mengepel ruang tamu, ia adalah Pramudita. Tak lama kemudian, dering ponsel yang begitu nyaring menghentikan kegiatannya.

Tanpa menunggu lama, ia pun menjawab panggilan tersebut.

*Telepon

ADA Bukan TiadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang