CHAPTER 6 : ADU JOTOS 2

43 14 6
                                    


- HAPPY READING GUYS -

--------------------------------------------------------

"Bahagia diwaktu yang tepat belum tentu cepat."

--------------------------------------------------------


Rasta baru saja menuntaskan panggilan alam nya. Namun, tiba-tiba ada seorang perempuan yang berlari menghampirinya.

“RASTAAAA!” Teriak seorang gadis dengan nafas yang terengah-engah.

“Ada apa Meg? Kok, lo lari-larian gitu?”

Hah—hah—hah--- D-dewi... Dewi lagi mau berantem. Hah-huh, SAMA KAK DONI!”

Mata Rasta membola, “APA? KOS BISA!” tanpa banyak bicara, ia langsung berlari menuju kelas. Ditengah kencang nya Rasta berlari, ia berpapasan dengan Vivi yang sedang berlari juga. Wajahnya nampak panik dan cemas.

Saat sampai di kelas, ternyata semua orang sudah berkerumun di lantai depan kelas sepadu.

Mereka sedang menyaksikan seorang primadona yang tengah adu mulut bersama Doni, badboy beringas, yang akan membantai siapa pun tanpa mandang bulu.

Terlihat sebagian orang sudah mulai ketar-ketir, takut apabila Dewi terkena masalah dengan Doni dan antek-antek nya. Dan ada pula yang mengabadikannya dengan kamera.

Rasta dan Vivi pun langsung menerobos kerumunan yang ada. Saat sampai di depan pintu, semua orang membelalakan matanya kaget. Karena, Doni melempar sebuah balok kayu yang ukurannya cukup besar ke arah Dewi

Dan ya! Tepat mengenai kepala nya.

BRUUKKK

                  

“DEWIIIIIIII!”

“RARAAASSSS!”

“AAAAAAA!!!”

Semua orang yang menyaksikan itu menjerit ketakutan. Mata mereka membulat sempurna dikala darah segar mengalir deras dari pelipis Dewi.

Dewi yang mendapat hantaman keras dari balok tersebut hanya meringis kesakitan dalam hati. Namun, tidak ia tunjukan kepada teman-temannya. Dewi tidak ingin dikasihani apalagi di anggap lemah.

Dewi yang posisi nya masih membelakangi Doni dan berhadapan langsung dengan siwa-siswi pun hanya menyeringai. Membuat siapa pun yang melihat nya merinding.

Dewi membalikan badannya, menatap Doni yang saat ini sedang tersenyum puas.

“Apa tadi lo bilang? Cewek cuma bisa ngomong besar dan nggak bisa beladiri? Lo yakin, bilang itu ke gua?”

Dewi melirik kedua teman Doni yang berada di belakang pria itu. Ia pun tersenyum miring.

Dewi mengganti kosa katanya. Dan menghilangkan embel-embel ‘kak’ kepada Doni. Doni yang melihat tatapan meremehkan Dewi pun menggeram marah. Semua orang sudah mencoba menenangkan Dewi, termasuk kedua sahabat nya.

“Ras udah, ya? Sabar, nggak usah lo ladenin si brengsek itu!” ujar Rasta dan Vivi seraya mendekat ke arah Dewi. Dewi pun langsung menepisnya.

“Mundur kalian semua.” Perintahnya.

Dewi berkata seperti itu bukan tanpa alasan. Ia melihat keadaan yang semakin mencekam dan kemungkinan besar nya, akan ada pertikaian diantara Dewi dan juga Doni.

ADA Bukan TiadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang