Hai hai hai!
Apa kabar nih, Readers semua?
Maaf banget Author belum bisa update rutin😞
Semoga kalian nggak bosen ya nungguin notifikasi dari cerita ini!Sebelum lanjut baca. Follow dulu akun ini ya. Terimakasih.
- HAPPY READING -----------------------------------------------------
"Yang susah itu bukan ngelupain orangnya. Tapi kenangan dan kebersamaan yang pernah kita lalui bersama dia."
-----------------------------------------------------
"Eh Ras. Tadi kenapa jantung lo dag dig dug gitu?"
Jleb.
Mati Gue. Batin Dewi, terkejut.
"Baper yaaa." Godanya sambil menaik-turunkan kedua alisnya.
"Gua bilang juga apa. Dada gua itu emang pelukable banget." Ujarnya.
Jujur saja. Sebenarnya, Rasta juga tidak kalah terkejut dengan detak jantung Dewi, tepat saat ia memeluknya.
Jantung Dewi ketara sekali berdegup sangat kencang, begitupun dengan dirinya.
Astaga! Kok dia bisa tau? Mau ditaro dimana muka gua sekarang. Batinnya.
Tanpa sadar, pipinya memerah. Dengan gugup, ia pun membalas ucapan Rasta.
"A-apaan sih! Nggak kok, tadi itu.. t-tadi itu e-emm gua." Dewi berpikir keras untuk mencari alasan.
"Gua kaget! Iya-iya gua kaget."
Dewi merutuki mulutnya sendiri yang berbicara dengan gagap. Jika seperti ini, Rasta justru akan semakin gencar menggodanya.
"Ohhh kaget?" Rasta pun mengangguk-ngangguk kan kepalanya. Lalu tersenyum miring.
"I-iya, gua kaget tadi, hehe."
Secara tiba-tiba, Rasta mendekat ke arah Dewi. Hal tersebut membuat sang empu mematung. Lalu, ia menyejajarkan tubuhnya dengan Dewi dengan posisi wajah yang saling berhadapan.
Dan kini jarak wajah antar keduanya hanya tersisa 5 cm saja. Bahkan, Rasta bisa merasakan hembusan hangat napas Dewi, "Lo mau ngapain." Tanya Dewi.
"Kalo sekarang, gimana? Udah baper belum? Kalo udah, gua siap kok tanggung jawab!"
Blush—
Ata sialannn, pergi aja lo sono! Batin nya.
Bukan hanya pipi. Bahkan seluruh inci wajah Dewi, kini sudah berubah warna menjadi merah. Mukanya terasa memanas. Mulutnya terasa terkunci.
Ia pun langsung menutup wajahnya dengan menggunakan kedua telapak tangannya.
Rasta sedang berusaha menahan diri agar tidak memasukkan gadisnya ke dalam karung. Karena saat ini, gadisnya terlihat sangat lucu dengan semburat warna merah pada wajah cantiknya.
Ekhem, gadisnya?
Rasta yang melihat Dewi menutup wajahnya seraya geleng-geleng kepala pun terkekeh geli. Lalu, ia menurunkan tangan Dewi yang menutup wajah cantiknya.
"Kenapa, malu, hm?" Tanya nya sambil menguyel-uyel pipi Dewi yang memerah.
Dewi tidak bisa menyembunyikan ke gugupannya, kini ia sedang salah tingkah. Karena Rasta tiada hentinya menguyel pipi gembulnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADA Bukan Tiada
Jugendliteratur"Setia itu memang ada, tapi kesetiaan dalam sebuah hubungan yang bualan semata." **** "Kamu nggak apa-apa, Ras?" "Lain kali jangan ngelawan sama yang lebih tua!" "Jangan ngeluh. Kita berjuang bareng...