Hai semuanya!
Author update lagi nih... wkwkwk
Sebelum mulai baca, pastikan kalian udah nge-follow akun Wattpad ini, ya!
Ohhh iya... kalo ada typo, dimohon maklum ya, hehehe. Kalo boleh, kalian tandain aja okeyy bagian paragraf yang ada typo-nya.
- HAPPY READING -
----------------------------------
"Kekurangan bukan lah suatu alasan untuk meninggalkan."
----------------------------------
Sesampainya mereka di taman. Ternyata, sudah banyak orang yang berdatangan di taman komplek perumahan tersebut. Dari mulai anak kecil, lansia, dan juga remaja seusia mereka yang sedang berolahraga.
Tadi, Dewi dan Rasta sudah memesan bubur langganan mereka.
Dan kini mereka sedang mencari tempat untuk menyantap bubur tersebut.
Rasta pun mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru taman, dan—ya! Ketemu!
Terlihat ada bangku kosong di bawah pohon rindang. Tanpa menunggu lama, Rasta pun menarik lengan Dewi dan berjalan menuju bangku kosong tersebut.
"Disini aja ya, adem soalnya," pinta Rasta seraya duduk. Dewi pun mengangguk setuju.
Sebelum keheningan melanda mereka berdua. Rasta pun berinisiatif untuk bertanya. "Ras, tahun ini lo bakal ikutan turnamen lagi, nggak?"
Dewi menghentikan acara makannya. Sekilas, terdengar hembusan napas kasar dari Dewi.
"Gua juga nggak tau pasti bakal ikut atau nggaknya. Gua takut bentrok sama ulangan. Masalahnya gini, kita turnamen bulan depan, kan? Dan pas banget, bulan depan itu kita ulangan. Mana tanggal turnamennya belum ditentuin lagi."
"Tapi Ras, masa iya lo nggak jadi ikut turnamen, sih? Sayang tau, lo udah susah-susah ngelewatin rintangannya tahun kemarin. Terus sekarang, lo punya pikiran untuk nggak ngelanjutin? Sumpah sayang banget."
Dewi mengangguk setuju, "Bahkan tahun kemarin, lo tau kan yang gua sakit setelah turnamen?" Rasta mengangguk, "Itu karena gua habis tanding sama Coach Alex. Badan gua rasanya kayak mau remuk." Dewi berdiam sejenak.
"Lo tahu? Gua sempet keseleo saat tanding bareng Coach Alex. Tapi gua tahan, gua nggak mau nyia-nyiain kesempatan. Dan untungnya setelah turnamen selesai. Kita dikasih minggu tenang sebelum PAT."
Rasta terkejut mendengar ucapan Dewi. Bukan! Bukan karena Dewi yang keseleo. Melainkan ia terkejut mendengar coach yang menjadi lawan sparing Dewi.
"Coach a-alex?", tanya nya tak percaya.
"IYA TAA!! Coach alex! ALEXANDRA EDRICK! KEREN KAN?!" Pekik Dewi dengan mata berbinar.
Rasta pun menelan salivanya dan menunjukan tatapan tidak percaya.
"L-lo nggak halu kan Ras?" Dewi mendengus.
"LO SERIUS?!! COACH ALEXANDRA EDRICK YANG TERKENAL ITU? YANG BISA NGUASAIN TIGA JENIS BELADIRI? DAN YANG PALING MUDA DIANTARA LAINNYA?"
"Iya taa!!! Gua serius! Makanya, sebuah keberuntungan bagi gua, bisa lawan sparing sama dia!! Gua seneng banget," ujarnya tersenyum lebar.
"Gua denger-denger sih, dia umurnya baru 18 tahun. Gila aja! 18 tahun udah jadi atlet tiga jenis bela diri plus atlet renang lagi." ujar Dewi membangga-banggakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADA Bukan Tiada
Ficção Adolescente"Setia itu memang ada, tapi kesetiaan dalam sebuah hubungan yang bualan semata." **** "Kamu nggak apa-apa, Ras?" "Lain kali jangan ngelawan sama yang lebih tua!" "Jangan ngeluh. Kita berjuang bareng...