CHAPTER 8 : PERJANJIAN

45 12 0
                                    

- HAPPY READING GUYS! -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- HAPPY READING GUYS! -

-------------------------------------------------------

"Bersihkan hati, hapus yang tidak berarti."

--------------------------------------------------------

Malam ini, Dewi dan sekeluarga pulang dari rumah sakit. Sebenarnya, dokter menyuruh Dewi untuk dirawat disana. Namun Dewi menolak, karena ia tidak mau jika harus ketinggalan pelajaran di sekolahnya.


Walau sudah di bujuk oleh kedua Orangtua, Abang, bahkan sahabat nya sekalipun. Dewi tetap keukeuh pada pendiriannya.

Alhasil mereka meng ‘iya’ kan saja, apa yang Dewi minta.

Toh tidak perlu khawatir, karena Dion—ayah Dewi juga seorang dokter. Tapi dokter berpesan, bahwa, Dewi tidak boleh banyak pikiran untuk sementara waktu.

Dan jangan sampai ia terkena benturan lagi. Dan apabila sewaktu-waktu Dewi merasa pusing di kepala nya. Itu wajar, karena benturan dari balok tersebut sangat kuat.

Saat ini, malam sudah menunjukan pukul 20.00 WIB. Waktunya makan malam. Mereka makan dengan diselingi canda gurau yang diciptakan oleh Dewa dan Dewi.

Sesekali Dewa menjahili adik nya.

Entah itu memainkan rambut adik nya, atau bahkan mengambil tempe goreng yang ada di piring Dewi. Sampai akhirnya, Dion membuka suara.

“Ras… gimana kepala nya? Masih pusing nggak?”

Dewi yang sedang mengunyah makanan pun mendongak, menatap ayah nya.

“Enggak terlalu sih, Yah. Cuma emang kadang suka agak pusing. Dikiiit.”

“Itu gimana ceritanya, hm? Kepala kamu bisa sampe bocor gitu?” Tanya Pramudita.

“Hmmm." Dewi mengetuk-ngetukkan jari nya ke meja. Ia bingung, harus mulai darimana ia bercerita?

"—Oke, jadi gini. Semuanya berawal dari temen-temen sekelas Raras yang kena palak sama Kak Doni,” Dewi menghela nafas sejenak, lalu melanjutkan.

“Awalnya Dewi masih sabar dan nyantai-nyantai aja, toh nanti juga bakal ada yang laporin dia ke BK. Tapi tadi, ada satu temen cowok Raras yang dipalak sama kak Doni. Dia udah bilang kalo dia nggak punya uang. Uangnya tinggal sisa tiga ribu lagi. Itupun buat naik angkot.

Eh—tiba-tiba, Kak Doni ngebogem temen Raras sampe dia nyusruk kelantai. Raras jelas kaget dong.” Dewi menjelaskan dengan raut yang dibuat kaget sekaligus kesal.

“Tanpa nunggu lama. Raras bantuin temen Raras itu buat bangun dan ngejauh dari Kak Doni. Karena, dia keliatan ketakutan banget. Disana nggak ada satu pun orang yang berani ngelawan Kak Doni. Kata mereka, Kak Doni itu Badboy SMA Agniea yang dikenal sadis, beringas dan bakal ngebantai siapa pun tanpa mandang bulu.

ADA Bukan TiadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang