7. ✓

1K 139 0
                                    


Yoshi tersenyum canggung saat ditatap aneh oleh Mashiho. Adiknya itu terus-menerus menatapnya sedari ia keluar dari kamar mandi. Ya Mashiho menatap aneh Yoshi karena ada alasannya, lagian kenapa Yoshi melilitkan handuknya di lehernya? bahkan wajahnya hampir tidak terlihat karena handuk itu.

"Kena-"

"JANGAN!" Cegah Yoshi saat tangan Mashiho ingin menyentuh handuk di lehernya.

"O-oke." Bingung Mashiho.

"Kakak sakit?"

"Gak kok."

"Terus itu handuknya kenapa digituin?"

"P-pengen aja."

"Hah?"

"Udah ah kakak mau ke kamar dulu."

Mashiho mengerjapkan matanya, aneh sekali kakaknya itu. Yoshi bahkan berlari menuju kamar, yang hanya beberapa langkah dari tempat mereka berdiri.

"Huft." Lega Yoshi.

Ia menutup lalu mengunci pintu kamarnya, lalu tangannya melepas lilitan handuk di lehernya. Dan terlihatlah banyak ruam merah kebiruan yang menyebar sampai dadanya. Ia mengelus salah satu ruam yang ada di tulang selangkanya.

"Banyak banget bikinnya, gak ada adab emang Junghwan." Gumam Yoshi kesal.

Yoshi pun mencari-cari concealer di tasnya, saat sudah menemukannya dengan cepat ia langsung menutupi kissmark itu. Ingatkan dia untuk memukul kepala Junghwan besok.

Drrttt... Drrttt.....

Baru saja Yoshi selesai menutupi semua kissmark di lehernya, ponselnya berdering karena ada yang menelfonnya. Matanya terbelalak kaget melihat nama yang tertera di ponselnya.

"Halo?!"

"H-halo."

"Gimana udah ada uangnya belum?!"

"Sekarang aku b-belum ada."

"GIMANA SIH KAMU, KALO SAMPE BULAN DEPAN UANG ITU GAK ADA JUGA, SAYA GAK AKAN SEGAN NGELAKUINNYA!"

"J-jangan aku mohon jangan, Yoshi janji uang itu bakalan ada."

"Awas aja."

Telfon itu dimatikan secara sepihak, Yoshi membungkam mulutnya saat merasa isakannya akan keluar. Ia takut, sangat takut. Sekarang Yoshi bingung bagaimana ia bisa mendapatkan uang itu secepatnya, walaupun ia sudah berjanji pada Junghwan agar tidak ragu meminta apapun padanya. Ia tetap sulit melakukannya, Yoshi gak mau sang pacar mengetahui masalah ini.

Tok. Tok. Tok

"Kakak udah selesai belum? Aku mau masuk." Yoshi dengan buru-buru mengusap air matanya saat mendengar suara Mashiho.

Ceklek.

"Maaf kakak lupa." Mashiho menyerngit mendengar suara parau Yoshi.

"Kakak gak papa?" Yoshi mengangguk menjawabnya.

"Kakak mau minum dulu." Yoshi langsung berjalan mengambil minum.

Mashiho hanya mengangkat bahunya acuh, walaupun seperti itu ia memikirkan sang kakak. Sejak pulang dari pemakaman sang ayah hampir dua bulan yang lalu, Yoshi sering melamun, menjauh ketika mengangkat telfon, bahkan Mashiho pernah melihat kakaknya menangis sendirian. Ia jadi khawatir.

°
°
°
°

"Haruto dengerin aku dulu dong." Jeongwoo mencoba menarik perhatian sang pacar, yang menyibukkan diri dengan PS didepannya.

"Sayang...." Haruto hanya melirik sekilas dan kembali melihat ke tv didepannya.

Sedangkan di sofa ada Junghwan yang dengan tenangnya, menonton keributan itu sambil makan keripik kentang di pelukannya.

"Wan bantuin gua dong." Jeongwoo menatap Junghwan dengan melas.

"Sini gua kasih tips." Jeongwoo pun langsung duduk di samping Junghwan.

"Apaan?." Ucap pemuda berkulit Tan itu tidak sabar.

Junghwan membisikan sesuatu pada Jeongwoo, Haruto hanya acuh pada keduanya. Dirinya sibuk dengan PS yang sedang seru-serunya itu.

"GILA LU!" Pekik Jeongwoo saat selesai mendengarkan yang lebih muda, Haruto sebenarnya kaget mendengar suara sang pacar tapi ia segera kembali sok cool lagi.

"Yaudah kalo gak percaya." Acuh Junghwan.

Jeongwoo memandang ragu temannya itu, lalu beralih menatap punggung Haruto yang masih asik di dunianya. Ia tak suka Haruto mendiaminya seperti ini, walaupun pacarnya itu tidak punya akhlak, bodoh, dan aneh tapi Jeongwoo sayang sama Haruto.

Ting.

Junghwan mengambil ponselnya yang ada di saku celana, saat merasakan ponselnya mendapatkan notif pesan. Wajahnya berubah serius saat melihat isi pesan itu, ia membalasnya dan langsung mematikan ponselnya. Ia memakai jaketnya dan beranjak keluar dari rumah Haruto.

"Mau kemana wan?" Tanya Jeongwoo.

"Pulang, biar mata suci gua gak ternodai adegan zina kalian."

"Bangsat."

°
°
°
°

Sepasang suami istri duduk di sofa yang terlihat mahal dengan seorang pemuda tampan dihadapan mereka, sekarang mereka sedang memasang wajah serius. Mereka berkumpul di ruang keluarga rumah besar itu, untuk membicarakan tentang sesuatu yang sudah hilang sejak sembilan belas tahun lalu.

"Papa udah dapet titik terangnya?" Tanya pemuda tampan itu, menatap serius ke arah sang kepala keluarga.

"Papah sudah tau siapa dalangnya, tapi dia masih belum bisa ditemukan, wanita itu tidak bersama dengannya." Raut wajah pria itu menunjukan bahwa ia frustasi.

"Maksudnya?" Bingung pemuda itu.

"Sepertinya dia tidak tinggal dengan wanita itu, entah kenapa tapi papah takut dia dalam keadaan yang tidak baik-baik saja sekarang." Wanita disampingnya mengelus lengan sang suami mencoba menenangkan.

Sedangkan pemuda itu mengepalkan tangannya, hingga urat-urat di lengannya timbul. Ia memejamkan matanya mencoba menenangkan dirinya, walaupun sia-sia, dengan cepat ia beranjak menuju kamarnya tanpa memperdulikan wajah khawatir orang tuanya.

°
°
°
°

Yoshi menuangkan air putih ke dalam gelas, dan meminumnya. Ia memejamkan matanya, mencoba menenangkan pikirannya agar tidak terlalu terpikirkan dan berimbas ke sang adik. Setelah kembali tenang ia melangkahkan kakinya menuju kamarnya dengan Mashiho, di kontrakan ini hanya ada satu kamar, dapur kecil, dan satu kamar mandi. Tapi Yoshi masih bersyukur bisa mendapatkan tempat tinggal.

Ceklek.

Matanya melihat ke arah Mashiho yang tidak bergerak sedikitpun saat ia membuka pintu, dengan cepat Yoshi berjalan ke sang adik dan duduk disampingnya.

"Mashi." Panggil Yoshi tapi tidak ada jawaban dari sang adik, menengok pun tidak.

"Mashi." Kali ini Yoshi memegang lengan sang adik dan Mashiho merespon.

"Nonton Metub yuk, kamu udah nonton episode terbaru Teumap belum?" Mashiho menggeleng menjawab pertanyaan sang kakak.

"Nonton bareng yuk kakak juga belum nonton." Mashiho mengangguk sambil tersenyum, membuat Yoshi ikut tersenyum.

Mereka pun tengkurap dengan ponsel Yoshi di depan mereka, Mashiho fokus menonton video dengan sesekali tertawa begitupun dengan sang kakak. Diam-diam Yoshi menghembuskan nafasnya lega, setidaknya ia bisa mengalihkan pikiran sang adik.





TBC
_____________________________________

VOTEMENT JUSEYO!!!

Sugar Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang