08. Two Sides : Kriminal?

382 102 7
                                    

"Sinb yya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sinb yya."

"Sinb~"

"Kim Sinb~"

"Aish, Sinb yya!"

Eunha sudah berkali-kali menaikan nada suaranya, tetapi gadis yang masih berada di dalam selimut ini tak kunjung menyahut juga. Karena sudah muak berteriak, akhirnya Eunha pun masuk ke dalam selimut, memeluk kembarannya demi membangunkan dia dari tidur lelapnya.

"Cepat bangun~"

"Hmmm?"

"Kau tidak mau pergi ke sekolah?"

Sinb membuka matanya. "Sekarang?"

"Tahun depan, Sinb!"

Sinb menyibak selimut dari sekitaran tubuhnya, melihat tangan Eunha yang tersimpan pada bagian perut itu. Eunha menyengir saat Sinb mendelik dengan ekor matanya, lalu tangan itu terangkat, bersamaan dengan dirinya yang menuruni ranjang milik Sinb.

"Ayo cepat mandi!" suruh Eunha.

"Kau menyuruhku mandi? Lalu bagaimana dengan dirimu sendiri, hah?"

"Yak! Aku tidak mandi lebih awal karena aku mau membantu Ibu memasak, kau tahu?"

"Ya sudah."

"Ck, gadis itu benar-benar dingin!"

Ketika Sinb pergi sambil membawa handuknya, Eunha harus membereskan tempat tidur milik Sinb. Bagaimana pun, Eunha juga bisa bersikap seperti dia seorang kakak.

"SINB TUTUP MULUTMU!"

Eunha menoleh ke belakang, buru-buru dia meninggalkan kamar setelah mendengar suara ibunya yang berteriak lantang. Begitu sampai di luar, dilihatnya Sinb yang sedang balas menatap mata ibunya.

"Ayah belum meninggal, 'kan?" tanya Sinb sekali lagi.

"Ada apa denganmu, Sinb? Kenapa kau tiba-tiba mempertanyakan Ayahmu?" Sowon balik bertanya.

"Ibu aku tidak mau semua menjadi rumit, Ibu kau tahu kalau semua yang diawali dengan kebohongan akan berakhir tidak baik-baik saja, bukan?"

Sowon menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. "Ayah kalian sudah tiada, Ayah kalian sudah mati! Dia sudah mati! Dia sudah tidak ada lagi!"

"Mati rasa, iyakan?"

"Si-sinb," panggil Eunha sambil berjalan menghampiri dua orang itu. "Apa ini? Apa yang sedang kau lakukan?"

Sinb memejamkan matanya dalam-dalam. "Aku mau pergi mandi."

"Hentikan!"

"Lepaskan."

"Hentikan, katakan apa yang sebenarnya terjadi kepadaku."

Sowon memalingkan pandangan ke sembarang arah, enggan melihat putrinya lebih lama lagi. Bukan dia membenci keduanya, tetapi dia yang tak sanggup menerima kenyataan.

Two SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang