"Sinb yya!"
"Sinb yya!"
"Bocah besar!"
"Yak, Kim Sinb!"
Eunha langsung mendudukan dirinya di sofa, membuat Sinb menoleh sekilas lalu kembali fokus pada televisi. Eunha mendengus, melipat kedua tangan di bawah dada ingin menarik perhatian Sinb. Namun, Sinb si cuek tidak perduli, dia begitu fokus menonton siaran yang ada di layar televisi.
Ekhem!
Sinb masih tidak perduli bahkan ketika Eunha berdehem ingin diperhatikan.
"Yak, apa kau tidak mau menemaniku belajar? Mana soal-soal yang diperkirakan akan hadir di ujian pekan depan?"
Sinb menoleh. "Di atas meja belajarmu."
"Ayo belajar, Sinb~" rengek Eunha sambil menarik lengan Sinb. "Ayo temani aku~"
"Ibu, kau sudah bangun?"
Eunha menoleh ke arah pandangan Sinb, dua gadis ini pun beranjak menyambut Sang ibu.
"Ibu, sudah membaik sekarang?" tanya Eunha cemas.
Sowon tersenyum tipis. "Ibu sudah cukup lama beristirahat, Ibu sudah baik-baik saja sekarang."
Eunha mencebikan bibirnya, lalu berlari kecil dan berakhir memeluk tubuh ibunya. Sinb memutuskan untuk diam di tempat, memandang dingin ke arah dua orang tersebut.
"Ibu, kau tahu seberapa jauh aku takut kehilanganmu? Jangan terluka atau berniat kenapa-napa, aku takut~"
Sowon terkekeh, ia lantas membalas pelukan putrinya, mengusap-usap punggung itu dengan penuh cinta. Sinb tersenyum sedetik menanggapi kehangatan di depan mata. Sekitar satu pekan lebih Sowon beristirahat total, beruntung resto memiliki karyawan yang bisa diandalkan.
"Ibu akan mulai bekerja esok," ujar Sowon.
"Ibu, kenapa? Kau sudah memiliki banyak karyawan, Ibu jangan pergi ke sana," oceh Eunha.
Pelukan itu merenggang, Sowon lantas mengusap wajah Eunha dengan lembut. Eunha balas menatap ibunya lembut, membuat Sowon sangat nyaman ketika beradu tatap dengannya.
"Ibu sudah terbiasa bekerja, jika Ibu berhenti dan diam saja, itu sedikit tidak nyaman," kata Sowon.
"Tapi Ibu harus berjanji, berjanji untuk tidak sakit atau terluka, oke?" Eunha menjulurkan jari kelingkingnya.
"Ya," balas Sowon yang kemudian menautkan jari kelingking tersebut.
"Aku menyayangi, Ibu~" ungkap Eunha sambil memeluk ibunya lagi.
"Ibu juga menyayangimu~" balas Sowon.
Sinb kembali duduk. "Aku juga menyayangi kalian."
Sowon dan Eunha melepaskan pelukan, menahan tawa setelah mendengar perkataan Sinb yang teramat sangat dingin.
"Tidak usah terbawa perasaan," sindir Sinb.
Sowon dan Eunha berjalan menghampiri, lalu duduk di kedua sisi Sinb. Menerima dua orang yang terlalu dekat ini, Sinb siap beranjak. Namun, dua orang di sampingnya menahan.
"Kau mau ke mana?" tanya Eunha.
Chu~
Dari dua sisi, di kedua pipi, Sinb menerima dua kecupan lamat yang sangat membuat dirinya merinding sekarang. Pandangan menjadi kosong, belum lagi detak jantung yang mulai tidak beraturan. Jarang menerima kecupan, membuat dia berdebar tak menentu.
"Ya ampun, wajahmu merah!" pekik Sowon terkejut.
"Sinb yya, kau terbakar?" tanya Eunha panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides
Fanfiction[COMPLETED] Tentang dua sisi yang saling bertolak belakang, antara si kembar Eunha-Sinb. [26-10-21] #3 in Sinb