16. Two Sides : Ujian

358 99 12
                                    

Eunha duduk dengan gelisah, kedua kakinya bergerak tak menentu akibat rasa takut yang ia rasakan. Hari ini ujian pertukaran murid, dan Eunha harus siap dengan segala risiko. Peraturan menyatakan semua murid berhak mengikuti ujian tersebut, dan banyak prediksi menyatakan bahwa ada dua kandidat yang dipastikan akan bersaing hebat.

"Ada apa denganmu, Eunha?"

Eunha melipat bibirnya, ia menggeleng serta mengusap keringat yang muncul pada bagian keningnya.

"Berkeringat sepagi ini? Kau sakit?"

Eunha menggeleng. "Bu, aku merasa takut."

"Takut? Apa yang kau takutkan, hm?"

"Selamat pagi."

Suara dingin yang khas itu mampu merubah keadaan, Eunha segera menarik lengan Sinb dan memeluknya erat. Sinb mengernyit, tapi dia tidak berniat melepaskan Eunha.

"Apa? Ada apa?" tanya Sinb.

Eunha mendongak. "Sinb, bantu aku untuk lulus dalam ujian pertukaran murid ini, aku akan sangat berterima kasih jika aku bisa menjadi bagian di sekolah elit itu."

"Serius?"

"Ya, aku sangat ingin menjadi bagian di sekolah elit itu. Aku, aku ingin, aku sangat ingin!"

"Ini mudah," kata Sinb sambil melirik Sowon. "Aku akan berbicara dengan kepala sekolah."

Sowon balas menatap Sinb, tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan saat ini, namun seperti ada sesuatu di balik tatapan matanya. Sinb tersenyum sedetik, melepaskan tangan Eunha dan duduk di kursinya.

"Bagaimana jika Yuju yang memenangkan ujian ini?" tanya Eunha cemas.

"Kau tidak percaya kepadaku?" Sinb balik bertanya.

"Bukan seperti itu. Aku, aku hanya sedang tidak percaya diri, Sinb."

Sinb tersenyum miring. "Mungkin kau bisa pindah ke sana tanpa melakukan ujian ini, iyakan, Bu?"

"Ya?" Sowon tersentak akibat pertanyaan yang dilayangkan oleh Sinb.

"Tidak, bukan apa-apa. Sepertinya ada sesuatu yang Ibu pikirkan, sampai membuat Ibu melamun seperti itu."

Eunha menggigit bibir bawahnya. "Ibu, tolong berikan aku kekuatan, aku ingin masuk ke sekolah elit itu melalui ujian ini. Aku ... ingin dikenal sebagai murid pindahan yang berprestasi."

"Ya, tentu saja, Ibu akan mendoakan dan mendukungmu, Eunha."

Sinb memakan sarapannya. "Tapi mungkin ... di sekolah elit jarang mengedepankan prestasi. Jadi kau serius ingin memenangkan ujian ini?"

"Kenapa tidak? Aku ingin seperti dirimu, Sinb. Aku ingin dikenal dengan kepintaran serta kejeniusanku."

"Dan kau ingin berpisah dariku?"

"Sinb yya," panggil Eunha lirih. "Kita hanya akan berpisah gedung sekolah saja nanti, kita tetap kembar, dan rumah kita masih sama."

"Hmmm."

"Sinb, bantu aku, ya~"

"Ya."

"Ya~"

"Ya."

"Serius, ya~"

"Iya."

"Aku menyayangimu, Sinb."

Eunha memeluk Sinb dari samping, mengguncang tubuh itu dan membuat Sinb tidak jadi memasukan sarapan ke dalam mulutnya. Eunha sangat manja dan terbiasa dengan Sinb, entah bagaimana dirinya jika tanpa ada Sinb.

Two SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang