Part 5. Teman Baru

8 2 2
                                        

Keceriaan maupun kesedihan yang terjadi adalah episode dalam lembaran kehidupan sehingga menjadi penuh warna warni.

===========================

Selesai mengikuti upacara bendera, Ranti tetap kembali pada bangku yang sudah dipilihnya. Banu tetap saja bergeming di sampingnya.

Di depan meja guru duduk siswa yang tadi hampir ditabrak Ranti berdampingan dengan Alika yang kebetulan datang terlambat. Dua puluh delapan siswa yang mengisi kelas itu sebenarnya sudah sesuai untuk para siswa duduk berdampingan tanpa campuran. Ada 16 siswa putri dan 12 siswa putra.

Seorang guru dengan rok span di bawah lutut memasuki ruang kelas 12 IPS 3 dengan membawa tumpukan map dan buku di tangan kirinya.

"Selamat pagi, anak-anak, ketemu lagi dengan Ibu di kelas 12 ini. Semoga kalian tidak bosan." Suara renyah dan senyuman ramah selalu dilempar oleh guru yang memiliki nama Laksmi itu.

"Selamat pagi, Bu," jawab seisi kelas dengan serempak.

"Ibu tetap mengajar pelajaran sejarah sekaligus menjadi wali kelas kalian."

"Kami siap belajar bersama Ibu, karena meski harus mengingat kejadian masa lalu tetapi Ibu selalu menyelipkan candaan jadi saya tidak akan pernah ngantuk."

Suara lantang Banu berpendapat meskipun tidak diminta.

"Banu, mengapa kamu duduk di situ? Pindah ke depan sini. Jangan duduk bercampur dengan siswi, kamu pasti tidak akan bisa konsentrasi."

Perkataan Bu Laksmi membuat sebagian siswa tertawa. Banu tak berkutik dan segera berpindah ke bangku depan guru.

"Kamu tukeran dengan Banu," ujar Bu Laksmi kepada Alika yang belum dihapalnya.

Ranti pun tersenyum lega. Ia tidak lagi perlu berseteru dengan lelaki yang menjadi idola di sekolah itu.

"Sebelum memulai pelajaran kali ini, Ibu ingin memberi kesempatan berkenalan kepada satu siswa baru yang kebetulan berada di kelas ini. Silakan Alfan untuk maju ke depan."

Sebagian siswa putri terdengar berbisik-bisik mengomentari siswa baru itu.

"Perkenalkan saya Alfan. Nama lengkap saya Alfan Perwiratama. Saya pindahan dari sebuah pondok pesantren yang ada di Solo. Sengaja pindah ke sekolah ini karena ingin mencari suasana baru karena saya sudah dari SD saya ada di pondok."

"Wah, ternyata aku bersebelahan dengan seorang ustaz. Kira-kira aku yang ketularan alim atau dia yang akan ketularan aku. Berkurang alimnya tetapi jadi idola hahaha?" ujar Banu dengan sedikit melirik ke arah Alfan yang melangkah kembali ke bangkunya.

Bu Laksmi tidak ingin memperpanjang candaan Banu. Ia langsung memulai pelajaran hari itu. Sebagai guru sejarah Bu Laksmi sering mengutip kata-kata bijak sebagai pesan yang diselipkan dalam pembelajarannya.

"Menurut George Santayana mereka yang tidak mengambil pelajaran dari sejarah maka mereka ditakdirkan untuk mengulanginya. Maka sebagai calon intelektual muda yang akan menerima tongkat estafet perjuangan bangsa, kalian harus belajar dan memahami sejarah bangsa juga dunia agar kalian bisa mengembangkannya lebih hebat lagi."

"Kalian tahu bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan penuh potensi. Hal ini harus kita optimalkan dalam perannya di dunia internasional. Bangsa yang sangat terkenal dengan keramahtamahannya harus mampu menjadi motor perdamaian dunia."

Para siswa mulai semakin terkesima dengan wali kelasnya itu.

"Ingat amanat yang tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 bahwa Bangsa Indonesia ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial."

Bu Laksmi meyakini bahwa semangat bernegara dan cinta tanah air harus terus ditanamkan kepada generasi muda. Mereka boleh mengenyam pendidikan tinggi bahkan sampai ke luar negeri, tetapi harus ingat untuk tetap berkontribusi untuk ibu pertiwi.

"Sebelum mengakhiri pembelajaran hari ini, Ibu mau mengingatkan bahwa selepas jam pulang sekolah, Ibu meminta waktu kepada kalian untuk menyampaikan beberapa kegiatan dan pembelajaran tambahan sejak semester pertama ini."

Memasuki tingkat terakhir di bangku SMA membuat seluruh siswa harus memiliki persiapan matang dalam menghadapi ujian akhir nanti.

Pertemuan tambahan yang diminta oleh Bu Laksmi membuat kepulangan siswa mundur hingga pukul 15.00. Satu setengah jam lebih lambat dari biasanya. 

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang