Nyonya Jeong, Seo-Ra, dan kekasih baru Seo-Ra menjadi lawan yang sepadan di permainan go-stop kali ini. Jinseok dan Taehyung sudah menikah dan setiap mereka pulang ke rumah keluarga Jinseok, go-stop menjadi kegiatan rutin yang harus mereka lakukan untuk membuat hubungan kekeluargaan mereka semakin erat.
"Hyungnim, maafkan aku. Tetapi dunia ini memang kejam."
"lya. Sepertinya memang begitu, ya."
Taehyung melihat uang yang dipertaruhkannya tadi dimenangkan oleh kekasih Seo-Ra dan hanya mengangkat bahu. Di luar dugaan Jinseok, pria itu tidak terlihat kesal sama sekali. Benar-benar mengejutkan, apalagi datang dari manusia serakah seperti Taehyung.
"Ya ampun! Yeu-Hun-ssi, kau keren sekali."
"Ah, ini biasa saja."
Seo-Ra mengedipkan matanya dengan lucu. Pipi tembam gadis itu menjadi karisma yang dibanggakan oleh Yeu-Hun. Baginya, Seo-Ra adalah sebuah pemandangan yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Akhirnya Seo-Ra menemukan orang lain untuk dicintainya.
"Karena kau ada di sini menemaniku," rayu Yeu-Hun.
Setelah permainan selesai, Taehyung sengaja mencari beberapa kartu di antara tumpukan kartu go-stop itu. la sengaja mencari kartu dengan gambar bunga sakura dan bulan.
"Jangan bandingkan aku dengan dua kartu ini. Karena aku lebih cantik dan indah," kata Jinseok.
"Kenapa kau bilang begitu? Dua kartu ini juga cantik. Tidak ada yang bisa mengalahkan 38-kwang-ttaeng."
"Aigoo, Taehyung. Percuma saja kau mengajarkan permainan ini kepadanya. Jinseok, kalau kau mau main ini, kau harus mengasah otakmu dulu."
Kalau sudah sampai topik go-stop, Nyonya Jeong memang cukup tajam dalam setiap kata-katanya.
"Eomma! Hari ini saja Taehyung bisa kalah besar begini, jadi kurasa permainan ini tidak ada hubungannya dengan kepintaran," bantah Jinseok.
"Ya, ini uang untuk kalian. Lumayan untuk beli bensin."
"Terima kasih, Eomma. Kami hampir saja harus jalan kaki sampai rumah."
Karena menang banyak, Nyonya Jeong tidak segan-segan membagi keberuntungannya. Taehyung sendiri menanggapinya dengan gurauan. Untuk pertama kalinya, Jinseok melihat sisi lain dari suaminya itu. Tidak biasa-biasanya ia rela kalah. Sepertinya, manusia pun bisa berubah kalau sering bermain go-stop ini.
.
.Dulu Taehyung harus tinggal di apartemen itu sendirian. Sekarang apartemen itu bukan miliknya saja, tetapi juga rumah Jinseok. Sekarang di atas sofa kulit berwarna gelap sudah terdapat beberapa bantal kecil dengan warna cerah. Lalu di beberapa bagian apartemen itu, termasuk di dapur, ada beberapa vas bunga. Kemudian di meja kecil yang ada di kamar tidur mereka terdapat beberapa bingkai foto terkumpul menjadi satu. Selain foto pernikahan mereka, juga terdapat foto keluarga Taehyung. Selera Taehyung yang agak kaku berpadu dengan selera Jinseok. Menjadi perpaduan yang serasi.
Setelah mengganti baju dengan baju tidur, Jinseok naik ke atas ranjang dan tubuhnya langsung ditarik oleh Taehyung. Pria itu memeluknya. Kehangatan Taehyung membuat pemuda itu tenggelam merasakan kebahagiaan yang semakin dalam. Jinseok tidak pernah berhenti merindukan bisa tidur di dalam pelukan Taehyung. Sekarang dunia tanpa Jinseok sudah hilang dari bayangan pria itu.
"Ada apa denganmu? Kau kalah banyak hari ini."
"Bukan kalah. Tetapi aku memang sengaja mengalah."
"Kenapa?"