Dalam perjalanan kembali ke Seoul, mereka ditemani oleh barisan bukit yang membentang. Dari celah-celah bukit itu, berkas sinar matahari menyeruak. Mobil yang dinaiki Taehyung dan Jinseok rupanya berbeda rute dengan mobil yang dinaiki oleh Namjoon dan Yoongi.
"Kenapa kita ke arah sini? Tadi kalau aku tidak salah, Yoongi-ssi ke arah sana, kan?"
"Memangnya kau harus selalu bersamanya?"
Suasana hati Taehyung langsung berubah ketika Jinseok menyebut nama sopirnya itu. Tatapan Taehyung terlihat serius. Mereka tiba di sebuah villa.
Mereka bisa menikmati pantulan sinar matahari di permukaan sungai dengan damai. Deretan pegunungan di hadapan mereka membuat tempat itu terasa tenang. Terlihat kelopak bunga ceri berguguran.
"Di sini sepi sekali." Jinseok berkata sambil membuka jendela lebar-lebar.
Perlahan namun pasti, matahari mulai tenggelam dan hari beralih gelap. Dari luar jendela tercium wangi berbagai bunga.
"Kenapa kita ke sini?"
"Kita istirahat dulu di sini. Aku lelah sekali hari ini. Hari ini kau beberapa kali mengejutkanku."
"Jadi kau tadi benar-benar takut?"
"Tentu saja. Aku tidak mau bungee jumping lagi kalau harus sendirian. Tetapi kalau aku bisa melakukannya lagi bersamamu, mungkin aku akan mempertimbangkannya."Taehyung terlihat senang.
"Kalau kau memang lelah, sebaiknya kau istirahat sendiri saja. Aku bisa pergi dengan Yoongi-ssi."
Jinseok dengan santai menyebut nama pria lain di hadapan Taehyung. Raut wajah pria itu langsung terlihat tegang. Sejujurnya, Taehyung tidak tahu kenapa ia membawa Jinseok ke villa ini. la pun tidak ingin mencari tahu. Satu hal yang bisa dipastikannya, ia tidak suka Yoongi selalu bersama dengan tunangannya itu ke mana-mana.
"Aku masih bingung. Sebenarnya ada hubungan apa antara kau dan...."
Sebelum Taehyung mulai menginterogasinya lagi, Jinseok mengambil ponselnya yang berbunyi. Melihat hal itu, Taehyung berhenti bicara dan langsung merebut ponsel itu.
.
.Jungkook mencoba menghubungi Jinseok lagi, tetapi yang didengarnya adalah kotak suara yang mengatakan kalau saat itu ponsel yang coba dihubunginya sedang dalam keadaan mati. Mungkin Jinseok sedang bersama Taehyung? Sambil menggaruk-garuk kepalanya, Jungkook memasukkan ponsel dan membaca kembali skenarionya.
Jungkook tidak sadar kalau manajernya memperhatikan tingkah lakunya dari tadi. Manajer Jungkook terlihat khawatir sampai mengerutkan dahi. Di mata manajernya, Jungkook terlihat cemas dan gelisah.
Selama ini Jungkook selalu bisa menampilkan kemampuan terbaiknya, baik di atas panggung maupun di layar kaca. Namun belakangan ada yang berbeda dari pria itu. Tepatnya, ada yang mencurigakan darinya.
Jungkook memang tidak pernah mangkir dari jadwalnya yang padat, tetapi rasanya ada sesuatu terjadi pada pria itu yang membuatnya beberapa kali menunjukkan ekspresi cemas. Cukup lama menghabiskan waktu dengan Jungkook, membuat sang manajer bisa langsung dengan mudah tahu apa yang ada di pikiran pria itu. Baru kali ini, manajer Jungkook tidak yakin dengan penilaiannya sendiri.
"Kau sedang memikirkan apa? Kau.... terlihat lemah dan tidak semangat begitu?"
Manajer Jungkook pun akhirnya bertanya. la keheranan melihat aktor itu tidak bisa fokus membaca skenario yang ada di tangannya.
"Hyung, apakah kau pernah merasa ditinggalkan oleh orang yang kau cintai?"
"Ditinggalkan? Kenapa memangnya? Kau memerankan tokoh yang seperti itu?"