(15) It's Ok This is Love

10 2 3
                                    

      Sejak dua jam yang lalu Bagas tak henti-hentinya memandangi handphonenya. Cakra yang sedang berbicara masalah pekerjaan dengannya akhirnya menyerah. " Lo sebenarrnya dengerin gue nggak sih" ucap Cakra kesal. Bagas menggeleng polos, sedangkan Cakra memilih mengambil minuman untuk menenangkan pikirannya. Rasanya ia ingin melempar Handphone yang sejak tadi di pandangi Bagas.

" Ara nggak bales pesan lo lagi?" tanya Cakra langsung. Apalagi alasan Bagas seperti itu kalau bukan karena gadis kecil kesayangannya tersebut.

" Tadi dia bilang akan kemari. Tapi sampai sekarang tak ada kabar darinya" ucap Bagas gelisah.

" Ini masih jam 9 malam Gas dan dia masih kerja di club. Lo udah mandangin hp sejak jam 7, sejak gue datang ngejelasin proyek kita. Sia-sia gue cuap-cuap dari tadi" jelas Cakra sedikit kesal melihat tingkah temannya itu.

Bagas tak menghiraukan ocehan Cakra. " Apa gue telpon aja ya? nanya dia jadi kesini apa nggak" ucapnya lebih ke diri sendiri. Cakra hanya menggeleng, Bagas pun memutuskan menelpon Ara. Setelah dering ke tiga, ia mendengar suara Ara disertai suara bising.

" Halo Bagas ada apa?" tanya Ara sedikit berteriak.

" Halo Ra, nanti aku jemput kamu ya?"

" Nggak perlu, kamu baru keluar dari rumah sakit.Lebih baik kamu istirahat saja di rumah. Aku bisa pulang sendiri kok" tolak Ara. Bagas menghela nafas pasrah " Lalu kamu nggak jadi ke rumahku?" tanyanya sekali lagi.

" Sepertinya hari ini nggak bisa, aku pulang larut malam." Mendengar Ara tak jadi ke sini membuat Bagas tak semangat. Lagi-lagi ia menghela nafas. Namun, ia tak bisa memaksa.

" Baiklah, kamu hati-hati pulangnya. Jangan pulang sendiri aku akan meminta Cakra mengantarmu pulang"

Merasa namanya di sebut Cakra mendekat, " Gue?" tanyanya pada Bagas. Bagas hanya mengangguk kemudian melanjutkan obrolannya dengan Ara.

" Gue bukan babu lo ya" ucap Cakra setelah melihat Bagas mendekati ruang tamu.

" Ara nggak ngijinin gue jemput dia. Jadi, gue minta tolong elo buat jemput dia dan antar dia dengan selamat sampai rumahnya" jelasnya pada Cakra.

" Kenapa nggak lo suruh Dimas aja sih, kan biasanya itu tugas Dimas"

" Dimas lagi sibuk dia ada kasus baru."

Cakra mengalah, " Lo sama Ara udah jadian?" tanya Cakra.

Bagas menggeleng. " Gue belum nembak dia"

" Lo belum nembak dia? seharusnya selama dia nemenin lo di rumah sakit lo gunakan kesempatan itu buat nyatain perasaan lo"

Bagas masih ingin memberikan Ara waktu, ia tak perlu terburu-buru karena Bagas tahu masih ada keraguan di mata gadis itu. Ia akan mengatakan perasaanya nanti, saat  sorot mata itu berubah mempercainya sepenuhnya. Bagas tak ingin membuat Ara merasa takut bersamanya, terutama dengan kondisinya saat ini dan masih ada beberapa hal yang harus Bagas ceritakan kepada Ara. Perlahan seperti yang Ara katakan, perlahan mari kita saling mengenal lagi.

"Gue nggak mau terburu-buru. Aku dan Ara kita masih memerlukan waktu untuk saling mengenal kembali."

Cakra mengangguk mengerti. Mereka telah berpisah selama belasan tahun. Hanya mengenal lewat surat tanpa pernah bertemu langsung. Bahkan pernah kehilangan kontak satu sama lain. Tapi perasaan mereka tidak berubah, di pisahkan oleh jarak dalam rentang waktu yang lama tidak membuat perasaan itu hilang.  Cakra menepuk bahu sahabatnya itu.

" Nikmati setiap ujian yang Tuhan berikan untuk kalian berdua. Gue harap kisah kalian berakhir happy ending" Ya Cakra berharap Bagas dan Ara bersatu, sudah banyak hal yang mereka lewati. Kehilangan, mempertaruhkan nyawa, perpisahan hingga akhirnya di pertemukan kembali.

Hug MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang