(10) Always

8 2 2
                                    


Dinara menatap batu nisan di hadapannya. Ia membersihkan pinggiran-pinggiran kuburan tersebut dan meletakkan bunga kesukaan mamanya, mawar merah.

" Hai ma, aku datang lagi. Sudah lama aku tak mengunjungi mama. Aku selalu merindukanmu ma, setiap malam aku merindukan pelukan hangatmu" kali ia tersenyum menatap batu nisan itu. Tak ada tangis- tangis seperti dulu lagi.

" Oh iya aku mau cerita, kalau dia akhirnya kembali Ma. Bagas akhirnya datang untukku. Dia berjanji untuk selalu ada di sisiku.  Tapi, aku takut ma, takut kalau semua kebahagian ini hanya sementara. Aku tahu kalau tak ada yang abadi di dunia ini, hanya saja aku tak ingin merasakan kecewa lagi. Aku tak ingin kehilangan lagi. Namun, aku juga tak ingin dia pergi dari hidupku. Aku benar-benar egois kan ma. Apa yang harus aku lakukan ma? bisakah aku melupakan ketakutan-ketakutanku dulu? "

Dulu selalu ada mamanya yang mendengar curhatan Ara. Semua hal tentang Bagas, surat-surat dari Bagas, pesan yang tidak di baca oleh Bagas dan rasa penasarannya tentang Zurich. Semua itu ia curahkan ke mamanya. Sebab satu-satunya keluarga yang ia miliki di dunia ini hanya mamanya. Tentang ayahnya, ia tahu kalau ayahnya masih hidup. Ketika menginjak bangku SMP ia tahu kebenaran yang selama ini di tutupi oleh mamanya.

" Mama bohong, selama ini mama membongi Ara" ujar gadis kecil itu menangis, masih dengan seragam SMPnya.

" Maafkan mama sayang, mama tidak bermaksud membohongimu. Mama berencana menceritakan semuanya saat kamu sudah dewasa nanti. Di saat kamu benar-benar sudah siap menerima semuanya"

" Ma, Ara hanya ingin mama membagi beban Mama. Tidak mama pendam sendiri, tentang ayah dan masa lalu mama."

Tante Mira mendekap Ara ke dalam pelukannya. Mendengar perkataan Ara, tanpa terasa air mata jatuh dari ke dua matanya. Hari itu adalah pertama kalinya Ara melihat mamanya menangis.

" Mama sangat menyayangimu. Mama tidak ingin kamu bersedih dan terluka. Satu yang perlu kamu tahu Ara, bahwa sewaktu kamu bayi Ayahmu sangat menyayangimu. Ia selalu menyayangimu "

        Saat itu hanya itulah yang di katakan Tante Mira kepada Ara. Ara ingin bertanya lebih lanjut, tapi ia tak berani. Ia takut membuat mamanya menangis kembali. Sejak saat itu Ara pun tak pernah bertanya tentang ayahnya, di mana dia dan mengapa mereka berpisah Ara  tidak tahu. Ia akan menunggu hingga mamanya mau bercerita. Namun, pada akhirnya Ara tahu bukan dari mamanya. Tapi dari keluarga Ayahnya. Saat kepergian tante Mira, seorang perempuan paruh baya datang ke pemakaman. Ia mengaku sebagai ibu dari ayahnya. Pada akhirnya Ara tahu bukan dari mamanya. Tapi dari keluarga Ayahnya. Saat kepergian tante Mira, seorang perempuan paruh baya datang ke pemakaman. Ia mengaku sebagai ibu dari ayahnya. Ara masih ingat dengan jelas perkataan Oma Ratih.

"  Maaf, Maafkan aku karena memisahkan kalian. Aku adalah seorang Ibu yang egois. Saat itu aku tidak ingin kehilangan anakku. Ayahmu kecelakaan saat akan menjemput kamu dan Ibumu. Aku tidak merestui hubungan mereka, karena itu ayahmu pergi dari rumah. Dan kecelakaan pun terjadi. Aku membawanya pergi jauh untuk mengobatinya. Ia koma selama 2 tahun"

"Lalu bagaimana keadaan ayah sekarang? apa ia masih ada?" Tanya Ara

Oma Ratih mengangguk " Ayahmu selamat, ia baik-baik saja. Walaupun sekarang ia lumpuh."

" Oma, bolehkah aku bertemu ayah?" tanya Ara hati-hati.

"  Kamu boleh bertemu Ayahmu, Tapi Ara ada yang harus kamu tahu. Kalau Ayahmu tidak ingat dirimu dan mamamu. Kecelakaan itu menyebabkannya lupa ingatan sampai sekarang. Ibu pun tahu itu"  Akhirnya Ara tahu kenapa mamanya tak pernah menemui ayahnya ataupun menceritakan tentang keluarga ayahnya. Karena ternyata ayahnya melupakan mereka.

Hug MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang