(14) Beautiful Pain

9 2 1
                                    

         Hari ini Bagas sudah dibolehkan pulang, selama seminggu  di rumah sakit membuatnya bahagia walaupun sedikit membosankan. Ia bahagia karena Ara selalu menemaninya, setiap ia membuka mata ia melihat Ara di sisinya. Mereka pun saling berbagi cerita, Bagas sudah menceritakan sebagian besar kejadian kecelakaan yang ia alami di masa lalu dan proses penyembuhannya yang memakan waktu lama tersebut. Setelah tersadar dari koma ia harus mengikuti berbagai fisioterapi,  yang paling sulit adalah terapi berjalan. Otot-otot kakinya melemah karena selama 6 bulan ia terbaring. Butuh waktu 1 tahun untuk Bagas kembali seperti sedia kala. Selama satu tahun itulah Ayumas selalu menemaninya, membantunya pulih kembali dan tentang Ayumas Bagas belum menceritakannya kepada Ara.

        Bagas masih mengingat perasaan itu, perasaan menggebu-gebu agar ia cepat sembuh. Bagas bertekad sembuh demi Ara, saat itu yang ia pikirkan hanya tentang menemukan Ara. Namun, setelah ia pulih kembali ia sama sekali tak mendapat kabar tentang Ara. Hingga akhirnya ia putus asa, keluarganya meminta ia berhenti mencari Ara. Semua orang terdekatnya memintanya berhenti, bahkan Dimas pun sudah menyerah.

       Akhirnya Bagas memilih berhenti mencari gadis kecilnya dan ia menerima perasaan Ayumas.Namun, ternyata tak semudah itu melupakan gadis kecilnya  diam-diam ia tetap mencari Ara. Hingga akhirnya ia memutuskan pertunangan tersebut dan pergi ke Bali . Butuh waktu satu tahun untuk meyakinkan orangtuanya agar ia di izinkan ke Bali. Banyak hati yang ia patahkan demi gadis kecilnya. Tetapi ia bersyukur perjuangannya tidak sia-sia karena akhirnya Ara berada di sini bersamanya.

" Aku sudah selesai berkemas, Ayo pulang" panggil Ara ke Bagas yang masih duduk manis di sofa rumah sakit.

Bagas tersenyum medengar kalimat ayo pulang dari bibir gadis itu. " Hmm ayo pulang" ia merasa menemukan rumahnya kembali. Rumah yang selama ini ia cari, tempat ternyaman saat ia merasa lelah. Hanya dengan melihat senyum Ara maka ia merasa semua akan baik-baik saja.

" Siapa yang akan menjemput kita?" tanya Bagas karena Dimas dan Cakra tidak bisa menjemputnya dan supir kantor, ia malas memanggil supir kantor.

" Abi, dia sudah menunggu di bawah. Ayo Bagas buruan"  Bagas berhenti melangkah mendengar kata Abi. " Abi? kenapa bisa dia?" tanyanya.

" Hmm kebetulan ia sedang senggang dan bisa mengantarmu ke rumah dibandingkan ke dua sahabatmu yang tengah sibuk itu" balas Ara.

" Apa dia tahu aku menderita penyakit jantung?"

" Tidak, aku hanya mengatakan kamu sakit. Abi tidak tahu detailnya dan aku tidak berhak menceritakan penyakitmu ke orang lain" jelas Ara. Bagas mengangguk setuju, setidaknya Abi tidak tahu.

Mereka pun bertemu dengan Abi. Bagas mencermati penampilan Abi, terlihat santai dengan kaos putih dengan kemeja garis-garis. " Cukup tampan, tentunya aku lebih tampan darinya" ucapnya dalam hati.

 Kemudian ia melihat penampilannya sendiri pada dinding kaca rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kemudian ia melihat penampilannya sendiri pada dinding kaca rumah sakit.

" Ah saat ini penampilanku tidak bagus" komentarnya pada dirinya sendiri yang hanya menggunakan baju tidur, karena hanya itu satu-satunya baju bersih yang bisa ia gunakan. Ini semua karena Cakra sudah membawa terlebih dulu pakaiannya.

Hug MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang