(11) Please Don't Cry

7 1 0
                                    

" Bagaimana pak Bagas? Apa sudah bisa kita akhiri meeting hari ini?" tanya rekan kerja Bagas. Bagas mengangguk , ia melihat jam di tangannya , sudah pukul 10 malam. Hari ini ia sama sekali belum menghubungi Ara dan Ara juga tidak ada menghubunginya sama sekali. Bagas mengecek hpnya dan melihat pesan dari Dimas. Foto  Abi membukakan pintu mobil untuk Ara dan Ara yang tersenyum cerah,  Dimas hanya mengabari kalau Ara sudah berangkat ke club di antar oleh Abi

" Abi, hmm lagi-lagi dia. Kenapa setiap laporan Dimas selalu ada nama laki-laki itu"

" Bangsat emang lo dim, udah gue bilangin foto Ara saja" balasnya kepada Dimas

Malam ini adalah malam terakhir Bagas berada di Raja Ampat. Besok pagi-pagi ia sudah terbang kembali ke Bali.

Bagas  memutuskan menelpon Ara terlebih dahulu. Tak diangkat, Apa ia masih kerja?. Saat akan menelpon lagi, sebuah panggilan masuk dari mamanya.

" Halo ma?" sapa Bagas sambil melepas dasi dan kancing bajunya paling atas. Ia berjalan mendekat ke arah balkon kamar hotelnya. Menghirup udara malam di Raja Ampat. Hujan gerimis turun dengan rintik-rintik menambah suasana sejuk malam itu.

" Halo sayang, Bagaimana kabarmu di Raja Ampat nak?"

" Baik, besok aku sudah balik ke Bali."

" Jangan bekerja terlalu berlebihan. Ingat kamu juga perlu menjaga kesehatanmu" ujar mamanya mengingatkan.

" Iya ma, aku selalu menjaga kesehatanku. Mama di sana baik-baik saja kan?"

" Iya sayang mama baik-baik saja. Ayahmu kan selalu menjaga kami dengan sangat baik. Bagas sebenarnya mama ingin menanyakan sesuatu. "

"Apa ma?"

Terdengar helaan nafas mamanya " Kamu masih mecari Dinara? Kamu tidak bisa melupakannya Bagas?"

Ah Bagas belum memberitahu mamanya kalau sebenarnya ia sudah menemukan Ara.

" Aku sudah bertemu dengannya Ma. Aku sudah menemukan gadis kecilku"

"Benarkah? lalu kapan kamu akan mengajak Ara ke zurich? Kamu tahu kan Bagas, kalau kamu tidak bisa berlama-lama di Bali. Setelah selesai proyekmu di Bali, kamu harus segera kembali ke Zurich" Tante ratih mengingatkan kembali janjinya Bagas dulu.

" Ma, aku nggak bisa secepat itu membawa Ara ke zurich. Butuh waktu  untuk Ara menerimaku kembali Ma, karena saat aku mengingkari janji dulu dia kehilangan mamanya." jelas Bagas kepada mamanya.

" Ya Tuhan, jadi selama ini Ara sendirian. Mama turut sedih mendengarnya."

" Hmm dia sendirian selama ini, karena itu Ma. Ara kecewa dengaku. Tapi sekarang dia sudah mulai membuka hatinya untukku. Aku tak ingin meninggalkannya lagi Ma. You know, how i love her"

" Mama tahu kamu sangat mencintainya, sampai-sampai kamu membatalkan pertunanganmu dengan Ayumas. Padahal dulu mama tidak pernah memaksamu untuk bertunangan dengannya. Juju,r saat itu mama kecewa karena kamu memutuskan membatalkan pertunanganmu. Padahal kamu sendiri yang memilih bertunangan dengan Ayumas."

Bagas terdiam, ia tahu dulu perbuatannya menyakiti hati banyak orang. Keluarganya, keluarga Ayumas dan terutama menyakiti perasaan Ayumas.

" Aku tahu aku salah Ma dan sudah satu tahun berlalu sejak aku memutuskan pertunangan tersebut. Aku boleh minta tolong ke mama jangan pernah membahas pertunangan itu lagi? terutama di hadapan Ayumas. Aku tak ingin memberikan harapan palsu lagi kepadanya. Cukup sekali aku melakukan kesalahan di masa lalu."

Hug MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang