(6) Mengejarmu

17 2 0
                                    


Bagas tersenyum melihat Ara duduk kembali. Ia melepaskan genggamannya walaupun enggan.

" 5 tahun yang lalu, aku tak jadi datang karena grandma sakit. Penyakit oma kambuh dan ia berharap aku ada disisinya. Aku tak sempat mengabarimu karena saat itu kedaan benar-benar kacau. Papa dan Mama berada di Belanda menjemput Tasya. Kamu ingat tasya kan adikku, dia kabur dari rumah. Oma sakit tidak ada yang menjaganya selain aku.  Jadi aku membatalkan keberangkatanku ke Bali."

Ara medengarkan dalam diam, ia tak menyela ataupun berkomentar. Ia mengerti, jika ia berada di kondisi tersebut pun ia tak mungkin meninggalkan ibunya hanya untuk datang menemui Bagas. Dan ia paham keadaan menyadarkannya bahwa ia tak boleh bergantung pada lelaki di hadapanya ini. Dulu, dulu ia terlalu berharap kalau Bagas akan datang menyelamatkannya dari neraka kesedihan. Ara sadar dirinya sendirilah yang terlalu berharap hingga akhirnya menyakiti dirinya sendiri.

" Ara, kamu mau memaafkan aku kan? aku sama sekali tidak pernah berniat meninggalkamu apalagi melupakanmu. Sebulan setelah semua keadaan membaik. Aku langsung ke Bali, tapi aku tak menemukanmu sama sekali. Surat, Email bahkan pesanku tak ada balasan. Aku mencarimu dengan putus asa" ucap Bagas menatap Ara, melihat reaksi gadis itu. Namun, Bagas tak menemukan sorot apapun. Datar hanya menatapnya kosong. Bahkan kesal ataupun jengkel tidak ada sama sekali pada wajah gadis kecilnya. bagas tahu, tak semudah itu Ara akan memaafkannya. Banyak hal yang telah dilalui Ara sendirian, tanpa ada siapapun di sisinya. Bagas paham hati gadis kecilnya masih membeku untuknya.

         Dinara ingin sekali melupakan semuanya, melupakan kenyataan ibunya telah tiada. Melupakan kenyataan Bagas yang tak datang saat itu. Dan kenyatan-kenyataan menyakitkan lainnya yang sudah ia lewati selama ini. Ia ingin melupakan semuanya, tapi ternyata sulit.  Lima tahun semua  kesedihan itu tidak terlupakan, melainkan terpendam jauh di dasar hatinya. Dan ia tak sadar sudah terlalu banyak yang ia pendam sendiri selama ini. Sampai akhirnya ia tak tahu harus berbuat apa. Selama ini ia hanya menjalankan hidupnya seperti biasa tampa tujuan dan arah.

          Hingga Bagas datang tiba-tiba ke kehidupannya lagi, semua perasaan itu perlahan muncul kembali. Kecewa, marah, sedih, bahagia dan takut. Perasaan-perasaan itu Ara sembunyikan dengan baik di hadapan Bagas. Sebenarnya ia sudah memaafkan Bagas sejak pertama kali mereka bertemu. Hanya saja entah kenapa ia tak bisa mengatakannya saat melihat Bagas secara langsung. Mungkin ini waktu yang tepat untuknya mengakhiri semua perasaan yang tak ia mengerti ini. Sekali ia menyadarkan dirinya bahwa ia adalah Tania bukan Dinara si cengeng. Ia adalah Tania yang berusaha menjadi gadis kuat.

" Aku sudah memaafkanmu. Aku sadar keadaanlah yang membuatku membencimu dulu. tapi sekarang aku sudah memaafkannya. Akupun belajar melupakan semua sebagai sosok Tania. Saat ini aku hanya ingin menjalani hidupku dengan tenang. Aku benar-benar ingin meningalkan Dinara, masa laluku. Dan kamu adalah masa laluku" kata Dinara tenang.

"Aku harus kuat. Tania adalah sosok yang kuat. Selama ini buktinya kamu masih bertahan, kamu masih hidup dengan baik sebagai Tania. Jadi kamu pun bisa melewati ini sendiri. Mama maafkan Ara, bukannya Ara ingin melupakan Mama. Tidak sama sekali, mama akan selalu ada di hati Ara atapun Tania."  ujarnya dalam hati.

Bagas menggeleng tak terima. " Aku sama sekali tak peduli kamu Ara ataupun Tania. Dimataku kamu tetap gadis kecilku Ara. Perempuan yang selalu ingin aku lindungi sejak kecil. Dan aku pernah menyesal karena tak berada disisimu saat kamu sedih. Jadi ijinkan aku saat ini melindungimu lagi. Berikan aku kesempatan untuk berada disisimu lagi, mengenal dirimu saat ini"

Ara melihat ketulusan di mata Bagas. Namun, ia ragu jika memberikan kesempatan kepada Bagas tidakkah dia terluka kembali dengan harapan-harapannya sendiri. Ara terdiam lama. Bagas mengambil tangan Ara di meja, menggenggamnya erat. Berusaha meyakinkan gadis kecil di depannya Ini. Bagas ingin mengembalikan senyum Ara yang dulu, senyum lepas tanpa beban.

Hug MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang