PROLOG

114K 8.5K 267
                                    

Azelia Sahira Ayunda, Azel adalah seorang gadis Sma yang sifatnya terkadang berubah-ubah. Kadang dingin, ceria, receh, dan sebagainya. Bisa disebut Azel itu gadis yang cukup moodyan.

Azel yang saat ini dalam mood yang buruk. Gadis dengan seragam Sma yang masih melekat pada tubuhnya itu membawa motor beat milik sahabatnya yang sempat dipinjam untuk pergi bekerja, dia mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. gadis itu terus saja menyumpah serapahi orang tuanya yang selalu mendidiknya dengan keras. Azel selalu dituntut untuk menjadi sempurna padahal manusia tidak bisa menyempurnakan dirinya. Azel dibuat seolah-olah robot yang tidak pernah ada lelahnya tapi kenyataan pahitnya gadis itu lelah, lelah batin maupun fisik.

Entah kenapa Azel selalu dituntut untuk selalu menjadi yang paling sempurna sedangkan kakak perempuannya di bebaskan tanpa tuntutan. Azel wajar saja selalu merasa iri dengan kakaknya yang selalu dimanja padahal Eriza, kakak Azel itu sudah seharusnya memiliki pekerjaan sendiri bukannya malah terus bergantung pada orang tuanya. Azel setiap hari selalu merasa iri dengan kakaknya yang terus merasakan kasih sayang dari orang tuanya membuat Azel selalu berfikir 'Apa gue bukan anak mereka juga?' seperti itulah. Walaupun hanya perhatian kecil sekalipun Azel tak pernah merasakannya selalu Eriza yang mendapatkan segalanya. Seperti saat sebelum dirinya pergi dari rumah untuk bekerja paruh waktu.

Flashback

"Bunda handphone Azel udah mulai error harus diganti, Azel beli baru ya?" Tanya Azel pada sang bunda yang sibuk mengaduk sup ayam.

"Jangan dululah Zel, mending duitnya ditabung buat kebutuhan rumah" ucap Bundanya.

"Tapi kan Bun hp aku udah bener-bener error" ucap Azel sembari menunjuk handphonenya yang terlihat memprihatinkan

"Boleh ya Bun?"

"Suruh siapa kamu mainin terus hpnya, setiap hari hp terus nggak pernah bantu Bunda" ucap Bunda membuat Azel tercengang. Apa katanya? Tidak pernah bantu Bunda? Bahkan Azel setiap hari membantu Bundanya mengurus rumah gadis itu juga masih harus belajar dan bekerja apa masih kurang dirinya membantu Bundanya itu? Katakan apalagi yang kurang akan Azel lakukan.

"Bunda ak-" ucapan Azel terpotong oleh Eriza. yang tiba-tiba datang dengan menghentak-hentakkan kakinya ke lantai sambil berteriak.

"BUNDA!" Teriak Eriza

"Kenapa sayang?" Tanya Bunda saat Eriza sudah di hadapannya

"Bun! Tadi tuh temen-temen aku pada punya hp baru merk iphone Bun aku juga mau beli," ucap Eliza.

"Emang berapa harganya?" Tanya Bunda tanpa menghiraukan raut wajah suram Azel. Sungguh sudah biasa dirinya diperlakukan seperti ini tapi tetap saja hatinya serasa diremas kuat.

"Harganya sekitar 19 sampe 25 jutaan Bun, beli ya Bunda ya? Temen-temen aku udah punya semua aku juga harus punya dong" ucap Eliza sedikit melirik Azel yang menggenggam handphone Samsung yang sudah tertinggal jaman, sungguh memprihatinkan layar yang retak parah.

"Mahal banget El" gumam Bunda lalu menatap Eliza yang sudah mulai kesal

"Yaudah nanti Bunda beliin"

Azel yang melihat itu hanya bisa terdiam dengan wajah tanpa ekspresi. Hei! Dirinya hanya ingin meminta izin membeli handphone seharga 3 juta dengan uang hasil Kerjanya sendiri. Azel harus meminta izin sang Bunda terlebih dahulu, karena semua gaji hasil kerjanya selalu di pegang oleh Bundanya. Setiap hari dimana Azel gajian pasti sang Bunda akan lebih dahulu pergi ke tempatnya bekerja untuk meminta gajinya.

"Bunda aku gimana?" Tanya Azel

"Kamu pakai hp kakakmu yang lama aja biar nggak ngehabis-habisin duit" ucap Bunda sambil memotong wortel

"Oke, udah biasa juga" ucap Azel lalu pergi meninggalkan Bunda dan Kakaknya yang tak menghiraukan Azel. Azel berjalan dengan raut wajah datar sudah jam tiga yang artinya ini waktunya dia bekerja.

Flashback off

Azel menatap fuso yang melaju dengan kencang berlawanan arah dengannya entah dari mana hasutan itu Azel tiba-tiba saja semakin mempercepat laju motornya dengan tatapan kosong seperti mayat hidup. Azel menutup matanya saat merasakan tubuhnya terpental jauh dengan darah di sekujur tubuhnya tak lupa beberapa pengendara yang ikut terserempet juga terjatuh dengan luka kecil.

Azel, gadis itu membuka matanya kembali melihat langit berwarna biru dengan awan-awan putih berbentuk abstrak yang indah. Gadis itu tersenyum kecil kala melihat bayangan keluarganya, sedetik kemudian kesadaran gadis itu menghilang.

Gadis itu lelah, dirinya telah menyerah, hidupnya sudah berakhir, dan tugasnya di dunia selesai.

Start

Transmigrasi FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang