9 - Perayaan Ulang Tahun yang Sesungguhnya

66 9 5
                                    

Bahkan setelah tiba di tempat tujuan, Duta masih belum mengerti kenapa tiba-tiba dia merasa perlu mengajak Rindu keluar. Dibilang kasihan, Rindu bukan tipe orang yang benar-benar perlu dikasihani. Secara materi dia cukup melimpah. Dari luar, kehidupannya jenis kehidupan yang diidam-idamkan generasi zaman now. Namun, di balik semua itu ada satu hal yang tak luput dari radar Duta. Dia bisa merasakan kesepian akut melingkupi cewek itu.

Rindu tidak menyangka Duta akan mengajaknya ke angkringan. Tempat semacam ini mengingatkannya terhadap sekelumit kenangan beberapa tahun silam. Namun, sebisa mungkin dia menahan diri agar tidak perlu merapuh. Ini hari spesialnya, dan seseorang yang tiba-tiba masuk ke hidupnya tengah mengupayakan bahagia. Dia tidak boleh merusaknya sepihak.

"Wah, udah pada datang rupanya," sahut Duta sambil mendekat ke arah teman-temannya. Ada delapan orang yang kompak duduk lesehan melingkar beralaskan tikar. Mereka teman-teman kosan Duta, juga sesama pekerja bangunan.

"Udah dari tadi?" tanya Duta sambil tos dengan mereka satu per satu.

"Baru, kok," jawab yang berkaus merah.

"Pantesan lama, bawa cewek ternyata," goda yang sementara tos dengan Duta.

Duta hanya geleng-geleng sambil tersenyum geli. Kemudian dia memberi isyarat agar Rindu merapat.

"Oh ya, kenalin, ini Rindu, yang punya acara malam ini."

Tadi sebelum jalan, Duta mengajak teman-temannya ke sini langsung di grup KKN (Kumpul-Kumpul Ngenes). Dia cuma bilang ada traktiran ulang tahun, tapi tidak menyebutkan siapa yang berulang tahun. Grup yang yang paling aktif di atas jam sebelas malam itu-waktu ideal share link haram-berisikan 12 bujang, tapi tidak semuanya bisa hadir malam ini.

"Loh, ini, kan, Mbak Rindu Rakus," celetuk Bams, penghuni grup KKN paling muda. Dia baru lulus SMA tahun lalu. Tapi karena tidak ada biaya untuk kuliah dan gagal menemukan pekerjaan yang lebih baik dengan gaji yang lumayan, akhirnya dia memutuskan untuk jadi kuli bangunan.

"Hus!" Duta langsung memelototinya. "Sembarangan nambahin nama orang."

"Nggak sembarangan, Bang Ta. Itu serius nama channel YouTube Mbak Rindu." Bams membela diri. "Masa Abang nggak tahu, sih?"

Duta menoleh ke arah Rindu. "Beneran?"

Rindu mengangguk malu-malu. "Itu emang nama channel-ku."

"Tuh, kan," sela Bams sambil tergesa-gesa membuka YouTube dan mencari channel Rindu. Setelah ketemu, dia menunjukkannya ke Duta. "Nih!"

Duta yang masih belum sepenuhnya percaya, langsung meraih ponsel Bams dan memperhatikan tampilan utama channel itu. Foto Rindu di antara tumpukan makanan terpampang nyata di banner.

"Sebaiknya jangan nonton videoku sekarang, takutnya kamu enek dan selera makannya hilang."

Duta masih membandingkan wajah asli Rindu dengan foto itu dalam beberapa kali lirikan, sebelum akhirnya mengembalikan ponsel Bams tanpa komentar apa-apa.

"Kamu nggak keberatan, kan, makan di tempat kayak gini?" tanya Duta setengah berbisik sebelum ikut duduk.

Rindu hanya menggeleng seraya tersenyum.

"Aku fans berat Mbak Rindu, loh. Video-videonya mood banget," ujar Bams penuh semangat. tampangnya persis fans fanatik yang sedang berhadapan dengan sang idola.

"Makasih, ya ...." Rindu ingin sebut nama, tapi lupa belum kenalan. "Namanya siapa?"

Bams sigap mengulurkan tangan sambil menyebutkan nama.

Karena telanjur menyalami Bams, Rindu lanjut menyalami yang lain. Mereka ramah-ramah ternyata. Dan yang paling penting, di sini Rindu tidak menerima tatapan menghakimi akan penampilan fisiknya.

"Karena malam ini aku ulang tahun, aku yang traktir, ya. Kalian boleh makan sepuasnya."

"Asyikkk ...." Mereka kompak bersorak.

"Eh, aku loh yang tadinya mau traktir," sanggah Duta.

"Kan, aku yang ulang tahun."

"Kan, aku yang ngajak."

"Udah-udah. Kalian kayak pengantin baru aja lagi rebutan guling," lerai cowok yang duduk persis di sebelah Duta. "Nggak peduli siapa yang bayarin, yang penting kita kenyang gratis malam ini."

"Betulll ...." Lagi-lagi mereka kompak menyahut.

"Oh ya, Mbak Rindu, aku juga bikin channel, loh." Bams membuka obrolan lagi, seolah tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Cowok yang baru beranjak dewasa itu sama sekali tidak menyangka bisa ketemu salah satu youtuber idolanya di sini.

"Oh ya? Fokus kontennya apa?"

"Nah, itu dia, Mbak. Aku masih bingung mau fokus ke mana. Kalau mukbang, kayaknya aku nggak bisa makan sebanyak Mbak Rindu, deh." Bams mengatakan itu dengan hati-hati, takut sang idola tersinggung. Untungnya Rindu terlihat biasa saja. "Lagian, pasti butuh bujet yang nggak sedikit."

"Nggak harus mukbang, kok. Banyak pilihan lain. Cek aja di Google jenis konten yang cocok untuk creator pemula."

Bams manggut-manggut, seolah kalimat Rindu tadi benar-benar pencerahan yang dia butuhkan. "Mbak, aku boleh minta tips-tipsnya, ya." katanya kemudian dengan nada setengah merengek.

"Boleh, dong. DM aja di Ig aku, pasti dibalas, kok."

"Beneran boleh, Mbak?" Mata Bams berbinar.

Rindu mengangguk seraya tersenyum. "Tapi kadang slow respons, sih, soalnya nggak setiap saat buka Ig."

"Nggak apa-apa. Yang penting dibales. Nanti aku DM, ya, Mbak."

"Sip."

Entah apanya yang menarik, tapi cara Rindu merespons setiap omongan Bams mampu membuat tatapan Duta bertahan di sana. Dia benar-benar ramah. Bukan jenis ramah dibuat-buat karena sedang berhadapan dengan orang baru.

"Eh, ambil makanan dulu, yuk," sahut salah seorang dari mereka.

Mereka pun beranjak menghampiri stan makanan sambil mengobrol random. Bams tidak jauh-jauh dari Rindu. Sambil memilih makanan pun, sempat-sempatnya dia mengomentari video-video Rindu.

Hingga kembali duduk untuk makan, Bams memilih bersebelahan dengan Rindu. Dia sempat menirukan gaya Rindu saat melahap makanan di video-videonya. Hal itu membuat Rindu dan yang lainnya tertawa.

Sepanjang makan, obrolan didominasi oleh Rindu dan Bams. Duta sengaja tidak menyela. Dia ikut senang melihat Rindu menemukan teman ngobrol yang sefrekuensi.

Selesai makan, mereka sengaja masih bertahan di sana sambil mengobrolkan banyak hal. Meski tidak sepenuhnya bisa terlibat dalam obrolan itu, Rindu merasa tetap nyaman berlama-lama di sana.

Hingga menjelang jam 12, tiba-tiba seseorang mengeluarkan kotak yang dari tadi diletakkan di sampingnya. Ternyata isinya selusin donat yang masing-masing ditancapi lilin warna-warni. Seseorang lainnya sigap menyalakan lilin-lilin itu.

"Aku yang nyuruh mereka nyiapin ini," ujar Duta, menjawab tatapan heran Rindu yang seketika tertancap kepadanya.

Rindu tidak tahu harus berkata apa lagi. Ada desakan lembut di matanya, melahirkan genangan bening yang membuat tatapannya berayun. Terlebih saat cowok-cowok KKN itu kompak menyanyikan lagu "Selamat Ulang Tahun", tanpa risi dengan tatapan orang-orang di sekitar mereka.

"Berdoa dulu," suruh Duta sambil mengambil alih sekotak donat dengan lilin-lilin yang kian terkikis itu.

Entah kapan terakhir kali Rindu benar-benar melangitkan harapan sebelum tiup lilin seperti ini. Dia sampai bingung harus berdoa apa. Akhirnya saat memejam, hatinya hanya berbisik, Tuhan ... aku juga ingin bahagia ....

***

[Bersambung]

Di setiap cerita, sebisa mungkin saya tidak menghadirkan tokoh yang tidak penting. Yang udah sering baca cerita saya harusnya udah mulai peka, bahwa kemunculan tokoh baru semacam clue untuk ledakan-ledakan kecil di bab-bab yang akan datang.

So, ikutin terus, ya. 😊

Mendadak jadi Suami YoutuberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang