Pukul 03.25, Rindu dan timnya baru siap. Sesuai dugaan, Beni susah banget dibangunin. Sudah begitu pintu kamarnya pakai dikunci segala. Tasya dan Devi bergantian meneleponnya, tapi tidak digubris. Dia baru bangun setelah Duta menggedor-gedor pintu kamarnya.
"Ya Tuhan, beramal harus gini banget, ya?" keluh Beni setelah masuk ke mobil. Tentu saja dia tidak mandi, hanya cuci muka dan gosok gigi. Karena nyawanya belum terkumpul, kali ini urusan menyetir dia serahkan ke Duta.
"Sekalinya beramal malah perhitungan banget," sindir Tasya yang duduk tepat di belakangnya.
"Ini bukan perhitungan, Sya, tapi menyangkut kelangsungan hidup. Kan, kita mau ngasih makan orang, tapi aku aja lagi butuh tabung oksigen ini."
Yang lain serentak tertawa.
Karena sudah molor dari waktu yang dijadwalkan, Duta lekas melajukan mobil ke warung tempat mereka memesan makanan. Beni masih melanjutkan ceramahnya. Tasya pun begitu semangat menanggapi. Untuk urusan debat mereka memang jagonya.
Sesampainya di warung, untungnya pesanan mereka sudah dikemas, jadi bisa langsung angkut dan siap dibagikan.
"Ben, jangan tidur, ya. Bantuin lihat sisi jalan," titah Duta sambil melajukan kembali mobilnya, mulai menyusuri jalan mencari target.
"Siap, Ndan!" Meski jawabannya selantang itu, tak lama setelahnya Beni malah terantuk-antuk. Kepalanya sampai kepentok di kaca jendela.
Duta hanya berdecak sambil geleng-geleng melihatnya.
"Stop, Ta," pinta Rindu sambil menepuk pundak Duta. "Itu, ada ibu-ibu pemulung."
Duta pun menepikan mobilnya dan Rindu lekas turun untuk memberikan ibu pemulung itu sekotak sarapan. Begitu peraturannya, yang turun menyerahkan makanan adalah si penemu target.
Setelah lumayan jauh menyusuri pinggiran Kota Jakarta, Duta menepikan mobil di depan sebuah masjid, tepat ketika azan subuh berkumandang.
"Salat dulu, yuk," ajaknya sambil menoleh ke belakang. "Biar lebih afdal."
Duta akui, sejauh ini salatnya masih bolong-bolong. Berbanding terbalik dengan banyaknya permintaan yang sering dia bisikkan tiba-tiba kepada Tuhan. Mungkin karena itu, Tuhan belum sudi mengabulkan.
Duta sadar, umurnya terus bertambah. Perkara menyiapkan bekal untuk akhirat sepertinya harus mulai dipaksakan dari sekarang. Kalau tidak, nanti malah makin tidak bisa.
Rindu dan teman-temannya bersitatap, dengan isi kepala yang sama. Mereka tidak menyangka Duta akan mengajak mereka salat.
🍁🍁🍁
Assalamualaikum.
Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan nasib pernikahan settingan Duta dan Rindu, silakan baca di:
* KBM App
* KaryaKarsaDi semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.
Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.
Aku tunggu di sana, ya.
Makasih.
Salam santun 😊🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak jadi Suami Youtuber
RomanceDuta bingung ketika tiba-tiba diadang seorang cewek yang minta dilamar. "Please, kamu harus lamar aku!" todongnya tanpa basa-basi. Duta pikir cewek itu gila. Dia ingin langsung pergi dan tidak mau ambil pusing. Namun, cewek gendut itu terus memohon...