Dalam perjalanan pulang, Rindu kembali berpegangan di pinggang Duta, tapi tidak lagi sekaku tadi.
"Thanks banget, ya, Ta. Ini salah satu malam ulang tahun paling berkesan di hidupku."
Alih-alih membalas dengan satu dua kata, Duta malah menambah kecepatan vespanya.
Rindu refleks mengencangkan pegangannya. "Pelan-pelan, Ta!" katanya setengah teriak.
Duta seolah tidak menggubris. Dia malah teriak-teriak tidak jelas kayak anak kecil.
Rindu menepuk punggung cowok itu. "Apaan, sih, Ta? Malu dilihatin orang."
"Motoran sambil teriak gini seru kali," ujar Duta sambil menoleh sekilas. Lalu, dia teriak lagi kayak Tarzan lagi manggil kawan-kawannya.
Duta yang teriak, Rindu yang malu.
Duta menoleh lagi. "Cobain, deh."
"Jangan keseringan lihat ke belakang, ntar nabrak loh." Rindu serius ngeri. Duta melajukan vespanya dengan kecepatan di atas rata-rata, tapi sikapnya pecicilan begitu.
Akhirnya Duta pun kembali fokus ke jalanan. Sepertinya Rindu bukan tipe cewek yang gampang dipancing untuk gila-gilaan.
Namun, sekian detik kemudian ....
"Aku nggak genduttt!"
Teriakan tiba-tiba itu sukses mengagetkan Duta. Dia langsung menoleh ke belakang lagi. "Gimana? Seru, kan?"
Rindu mengiyakan dengan pancaran matanya yang berbinar.
"Aku pengin kurusss!" Dia pun teriak lagi.
Duta menimpalinya dengan suara-suara aneh.
Tanpa sadar, mereka sudah seperti sepasang orang gila baru.
Perjalanan pulang terasa lebih cepat. Tahu-tahu vespa Duta sudah tiba di depan pintu gerbang rumah Rindu.
Meski rasanya masih ingin melanjutkan kegilaan itu, mau tidak mau Rindu harus turun.
"Sekali lagi makasih, ya, untuk semua keseruan malam ini," ujar Rindu sambil melepas helmnya.
Duta mengangguk seraya tersenyum. "Tapi urusan kita beneran udah kelar, ya. Aku nggak mau lagi disuruh berpura-pura di depan kamera."
Pernyataan itu seketika menyurutkan senyum Rindu.
"Ya udah, aku pulang, ya." Duta pun kembali menyalakan vespanya dan pergi begitu saja.
Rindu bahkan tidak sempat mengucapkan selamat malam atau semacamnya. Dia terpaku menatap punggung Duta hingga ditelan tikungan. Apa tadi barusan? Kenapa Rindu merasakan ketidakrelaan yang tidak biasa? Bukankah seharusnya memang begitu? Dia tidak berhak mengacak-acak kehidupan Duta lebih jauh, meski sebenarnya dia teramat membutuhkan cowok itu demi mengamankan channel-nya.
"Astaga, nih, orang bikin khawatir aja." Suara itu datang bersamaan dengan derap langkah beberapa pasang kaki yang terkesan buru-buru.
Saat Rindu menoleh, dia langsung mendapati Tasya, Devi, dan Beni dengan tampang siap menghakimi.
"Dari mana aja, sih?" tanya Devi sambil bersedekap. "Telepon nggak diangkat, chat nggak dibalas. Tahu-tahu pulang selarut ini."
Bukannya Rindu bermaksud mengabaikan dan bikin teman-temannya ini khawatir, tapi tadi dia sengaja mengheningkan ponselnya. Karena, sumpah, momen seperti tadi sangat jarang terjadi di hidupnya. Nyaris tidak pernah. Kalau mau, dia memang bisa mengumpulkan banyak orang dalam waktu singkat untuk seru-seruan bareng. Namun, bisa dipastikan yang akan datang sebagian besar orang-orang modus segolongan Tristan. Sementara Duta dan teman-temannya beda. Mereka tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak jadi Suami Youtuber
RomansaDuta bingung ketika tiba-tiba diadang seorang cewek yang minta dilamar. "Please, kamu harus lamar aku!" todongnya tanpa basa-basi. Duta pikir cewek itu gila. Dia ingin langsung pergi dan tidak mau ambil pusing. Namun, cewek gendut itu terus memohon...