Sehari setelah pulang dari Makassar, Rindu menggelar rapat dengan timnya. Jadwal mereka mulai keteteran karena banyak hal yang terjadi di luar dugaan. Beberapa pemilik brand mulai melayangkan komplain karena sudah mengirimkan sampel produk dalam partai besar tapi tak kunjung dibuatkan video campaign. Tentu saja hal itu meresahkan. Sesegera mungkin Rindu dan timnya harus berbenah agar segala sesuatunya bisa kembali kondusif.
"Jadi, harus menyelesaikan yang mana dulu, nih?" Devi melayangkan pertanyaan di tengah-tengah diskusi.
"Kalau menurutku, mending kita selesaikan dulu semua yang sistemnya ngirim produk ke kita. Kan, itu bisa dibabat sekaligus sekali waktu tanpa harus ke mana-mana. Setelah itu baru kita cicil restoran-restoran di Jabodetabek. Yang tempatnya jauh kita garap terakhir. Nanti tinggal kita kirimi surat permohonan maaf atas kemunduran waktunya. Gimana menurut kalian?" Tasya menatap teman-temannya satu per satu.
"Aku setuju," sahut Devi.
"Kamu bisa handle soal surat permintaan maaf tadi, kan?"
Devi menjawab dengan acungan jempol.
Dengan sedikit kesal, tatapan Tasya bergeser ke Beni. "Ben, bisa nggak, sih, hape disimpan dulu kalau lagi rapat gini?"
Di antara mereka Tasya memang lebih mendominasi. Itu karena dia paling sering menyumbangkan pikiran dan biasanya selalu efektif. Perannya sudah kayak manajer di tim kecil itu. Karena mereka sudah kenal luar dalam, tidak ada yang keberatan dengan hal itu.
"Sori sori." Beni nyengir sambil meletakkan ponselnya. "Ini mama, minta dibeliin rujak." Bohong! Padahal dia lagi chatting-an dengan gebetan barunya.
"Kalau mama, ngapain senyum-senyum sendiri?" todong Tasya.
"Yang namanya anak ngobrol sama mamanya, pasti bahagia, dong."
Tasya memutar bola mata.
Devi terkikik sambil geleng-geleng.
"Jadi gimana, kita mau syuting di mana hari ini?" tanya Beni sok menyimak.
"Tuh, kan, nggak nyambung." Tasya pura-pura ingin menimpuk cowok bertubuh ceking itu dengan pulpen.
"Sabar, nggak boleh emosi. Nanti cepat keriput, loh."
Melihat ulah kedua temannya, Devi makin terkikik.
Karena percuma meladeni Beni, Tasya beralih ke Rindu yang agak beda hari ini. Sedari tadi dia hanya diam, padahal biasanya paling cerewet.
"Gimana menurut kamu, Rin?"
🍁🍁🍁
Assalamualaikum.
Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan nasib pernikahan settingan Duta dan Rindu, silakan baca di:
* KBM App
* KaryaKarsaDi semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.
Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.
Aku tunggu di sana, ya.
Makasih.
Salam santun 😊🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak jadi Suami Youtuber
RomantizmDuta bingung ketika tiba-tiba diadang seorang cewek yang minta dilamar. "Please, kamu harus lamar aku!" todongnya tanpa basa-basi. Duta pikir cewek itu gila. Dia ingin langsung pergi dan tidak mau ambil pusing. Namun, cewek gendut itu terus memohon...