Chapter 1. Sebuah Reuni

808 82 7
                                    

Sepuluh tahun tahun berlalu. Masa hukuman Albert pun akhirnya berakhir. Louis, bersama dengan Moran, James, dan Fred datang untuk menjemput Albert.

Ketika mereka hendak naik ke kereta kuda, tiba-tiba ada seorang anak yang berlari ke arah mereka, menabrak kaki Louis, dan terjatuh terjerembab.

"Aduh, sakit..."

Perempuan berambut pirang panjang itu menunduk dan merintih kesakitan sambil mengeluh bokong dan kakinya. Louis segera membungkuk dan mengulurkan tangannya untuk membantu gadis cilik itu bangun.

"Kau baik-baik saja?" tanya Louis dengan lembut.

Mendengar suara yang begitu lembut dan menyenangkan, gadis itu mendongak dan mengulurkan tangannya, menempatkannya pada telapak tangan Louis untuk berpegangan dan berdiri.

"Terima kasih."

Louis membeku, perhatiannya melekat pada wajah anak itu. Bayangan dirinya terpantul pada kedua mata bulat anak itu yang berwarna merah. Anak ini... Wajahnya tidak asing. Ia mirip dengan...

"Jannette! Di sini kamu rupanya." teriakan seorang anak kecil lainnya terdengar keras, membuat Louis langsung melihat ke arah asal suara.

Albert, Moran, Fred, dan James yang berdiri di belakang Louis tidak bisa melihat wajah gadis cilik yang menabrak Louis. Jadi mereka tidak memiliki reaksi khusus. Namun ketika perhatian mereka tertuju pada anak laki-laki yang berlari mendekat... Mereka tercengang.

Pada saat itu, mereka semua merasa seolah seperti melihat William.

William versi kecil.

Potongan rambut pirang dengan kedua mata merah menyala. Meskipun rambut anak itu agak sedikit ikal, wajahnya sangat mirip dengan wajah seseorang yang tidak mungkin mereka lupakan.

"Permisi tuan-tuan. Sepertinya anak-anakku telah mengganggu Anda."

Kali ini adalah suara yang sudah sangat mereka kenal. Seorang pria pirang dengan penutup mata di mata kirinya berjalan mendekat dengan senyum dan sorot mata yang lembut. Menyadari kehadirannya, kedua anak itu berpaling dan berlari ke sisinya, bersembunyi di balik tubuh pria tinggi itu dan hanya melongokkan kepala mungil mereka.

"..........." Satu orang dewasa dan dua kepala mungil yang melongok di kedua sisinya. Ketiganya memiliki rambut pirang dan mata merah yang sama. Kombinasi ini sangat luar biasa!!

Pria itu menyodorkan tangannya, "Perkenalkan. Namaku William Goldsmith. Ini kedua anakku--mereka kembar. Jannuar dan Jannette." Sadar sedang diperkenalkan, keduanya maju dan membungkuk memberi salam hormat khas bangsawan.

"Kami baru saja pindah kemari. Jadi mereka masih sangat bersemangat berlarian ke sana kemari. Tolong maafkan mereka." Lanjutnya.

"............." Semuanya terdiam berusaha memproses banyak informasi yang tiba-tiba datang bertubi-tubi.

Orang pertama yang bereaksi dengan tenang adalah Albert. Ia tersenyum dan membalas sodoran tangan William.

"Salam kenal. Aku Albert James Moriarty." tak lupa, ia juga mengenalkan Louis yang masih tak bisa berkata-kata, "Dan ini adik angkatku, Louis."

"Anak-anakmu manis sekali. Mereka sangat penurut. Anda pasti tidak kerepotan dengan anak-anak ini." Albert memberikan komentar.

"Tidak juga. Mereka cukup nakal jadi aku harus memperhatikan mereka betul-betul." celetuk William sambil tertawa kecil.

"Oh, ya... Sebagai permintaan maaf, bagaimana jika aku mengundang Anda sekalian ke house warming party[1] yang akan kuadakan akhir pekan ini? Aku akan mengirimkan segera undangan resminya." Ia menyapu sekilas wajah-wajah orang-orang yang dirindukannya. Mereka terlihat salah tingkah tanpa bisa memalingkan pandangan mereka. Fred, malah sudah terlihat berkaca-kaca. Masih tidak ada yang berubah. Mereka masih sama.

"Tentu saja. Kami akan datang, dengan senang hati." Jawab Albert.

"Baiklah, kalau begitu. Kami permisi. Maaf telah menghambat Anda sekalian di sini. Ayo," William mengangguk sedikit pada Albert dan yang lain kemudian berjalan sambil menggiring putra-putrinya.

"Tunggu! NII--Mr. Goldsmith."

Tiba-tiba Louis bersuara, membuat William menghentikan langkahnya dan menoleh.

"Apakah Anda terluka?"

William diam, tidak mengerti kenapa tiba-tiba ditanya seperti itu.

"Mata Anda..."

"Oh, ini..." Ia langsung mengerti dan tersenyum. Louis, adiknya, tentu saja khawatir melihatnya seperti ini. "Aku mengalami kecelakaan kecil sepuluh tahun yang lalu. Ini bukan sesuatu yang serius, tidak usah dirisaukan." Terselip nada lembut menenangkan dalam perkataannya. Setelah itu William kembali berpamitan dan pergi bersama kedua anaknya. Louis terus memperhatikan punggung William yang semakin menjauh.

Kecelakaan sepuluh tahun yang lalu... Itu pasti saat Nii-san jatuh dari jembatan London.

"Louis, ayo." Albert menepuk pundak Louis, membangunkannya dari lamunan.

Di sepanjang jalan, tidak ada obrolan di antara mereka. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Sepuluh tahun sudah berlalu dan tiba-tiba saja William bersama anak-anaknya muncul mengejutkan mereka.

Tak bisa dipungkiri bahwa anak-anak itu adalah anak William. Mereka sangat mirip dengan ayahnya. Ditambah, mereka penasaran, wanita mana dan seperti aja yang berhasil memikat hati William?

(lemme tell ya, it's me //slap)

×××

Catatan Author:

[-] Kejadian di chapter 63 di mana William menemui Albert tidak termasuk dalam ff ini.

[1] House warming party = seperti acara selamatan rumah baru

[HIATUS] Lembaran Baru (Moriarty the Patriot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang