Beberapa bulan berlalu dengan tenang dan tenteram. Namun ketenangan itu tidak bertahan lama. Beberapa kasus kematian di daerah kumuh terjadi secara berturut-turut sejak seminggu yang lalu. Hingga saat ini sudah ada tujuh korban. Ya, sehari satu.
Mereka meninggal begitu saja. Tanpa gejala dan tanpa bekas luka apa pun. Bersih. Seolah itu memang sudah saatnya mereka memejamkan mata untuk selamanya. Jadi tak heran jika banyak yang beranggapan kematian tak wajar ini hanyalah karena penyakit yang sedang mewabah di daerah kumuh.
Namun Willian tidak beranggapan demikian.
Tidak ditemukan tanda-tanda telah tersebarnya wabah. Lagi pula, ketujuh korban masing-masing memiliki riwayat penyakit yang berbeda. Bahkan ada juga yang sebelumnya benar-benar sehat tanpa riwayat penyakit apa pun. Selain itu, usia dan pekerjaan para korban berbeda-beda. Tidak satu pun dari mereka memiliki variabel yang sama selain fakta bahwa mereka tinggal di daerah kumuh.
"...dan masing-masing dari mereka setidaknya pernah terlibat kasus kriminal."
William sedang bersantai di ruang tamu dengan secangkir kopi hitamnya. Walau dibilang bersantai, ia malah memikirkan kasus yang sedang ramai diberitakan. Di meja, bahkan, terdapat beberapa koran lainnya yang merupakan terbitan sejak minggu lalu. Akhir-akhir ini William sibuk dengan pekerjaannya dan pada kesempatan yang jarang, yaitu hari ini, akhirnya ia bisa beristirahat. Ia gunakan waktu yang ia miliki untuk mengulas kembali berita-berita yang ia lewatkan. Kasus ini menarik perhatiannya. Tanpa perlu berpikir terlalu keras, William dapat menyimpulkannya.
Pembunuhan.
Ini adalah kasus pembunuhan berantai. Pelakunya pasti memiliki kebencian terhadap orang-orang yang pernah melakukan kejahatan.
William menghela napas.
'Orang ini... tanpa dia sadari dia pun sama, melakukan tindak kriminal yang mengerikan seperti ini.'
Tentang bagaimana sang pelaku membunuh para korbannya...
"Ini..."
Jari-jari lentik Amie menyentuh ujung koran yang William pegang. Ia dengan intim duduk di sandaran tangan sofa dan sedikit bersandar pada William. Ia kemudian dengan nyaman ikut membaca berita yang terpampang.
William mendongak dan senyum hangat terlukis di wajahnya, "Aku pikir ini kasus pembunuhan. Bagaimana menurutmu?"
"Aku sependapat denganmu, Willy. Lalu, kematian tanpa gejala dan bekas luka... mengingatkanku pada racun itu."
William mengangkat sebelah alisnya.
"Bukankah racun itu hanya dibuat oleh keluargamu dan tidak seorang pun di luar Keluarga Goldsmith mengetahuinya?"
"Ya, seharusnya begitu. Namun kediaman Goldsmith tidak hanya dihuni oleh anggota keluarga. Banyak juga para pekerja yang ikut tinggal di sana. Ini dugaanku aja, tapi bagaimana jika ada yang mengetahui rahasia ini..."
"Dan dia diam-diam menjual racun itu ke luar." William menyelesaikan kalimat Amie yang disambut anggukan Amie. William tampak menimbang sesuatu di kepalanya sebelum akhirnya berujar, "Mungkin besok aku bisa kembali ke desa untuk mencaritahu hal ini, tapi sebelum itu aku akan coba menemui Albert nii-san dan yang lainnya. Mungkin aku akan mendapatkan informasi tambahan." Ia kemudian melipat koran dan meletakkannya di atas tumpukan koran-koran lainnya lalu bangkit.
"Tunggu, Willy."
William menghentikan langkahnya lalu berbalik. Dikecupnya bibir merah wanita yang merupakan ibu dari kedua anaknya. Amie dengan segera menjadi merah dan merasakan pipinya terbakar.
"B-bukan... Aku tidak minta dicium, dasar Willy bodoh!" Amie mendorong pelan dada William.
Reaksinya yang menggemaskan membuat William terkekeh. Dipeluknya Amie yang masih sedikit meronta dan berkata, "Aku tahu. Aku tidak akan menyebutkan nama racun itu dan bahwa racun itu berasal dari keluargamu. Aku hanya akan mencaritahu apakah mereka juga berpikir bahwa ini pembunuhan berantai. Jika ya, itu bagus. Mereka mungkin juga sudah memiliki daftar orang-orang yang dicurigai. Itu akan memudahkan penyelidikanku juga nantinya."
×××
Ini bulan Januari looo, si kembar ultah. Walau Author juga ga menentukan sebelumnya mereka lahirnya tanggal berapa, tapiii
Happy birthday, Jannuar and Jannette \(^-^)/
Yeyy~ /keprokkeprokk suara tepuk tangan/
Jangan lupa vote, comment, dan follow author yah ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS] Lembaran Baru (Moriarty the Patriot)
FanfictionSetelah kejadian itu, ketika kota London menjadi lautan api, William James Moriarty menghilang. Mereka yang ditinggalkan terus menjalani hidup, berusaha menebus dosa-dosa mereka sambil meyakini dalam hati bahwa William berhasil selamat dan tinggal d...