[Pengumuman... Pengumuman!!!
/sebentar, nebelin muka dulu/
Author mau hiatus lagiiiiii hehe :>
Maaf maaf maaf banget yah... Author lagi ada kesibukan di real life yang mengancam kesehatan fisik dan mental. Jadi untuk mengurangi beban pikiran, Author terpaksa melepas dulu FF ini untuk sementara waktu.Sebenernya selama hiatus sebelumnya Author kan nge-stok chapter, nah chapter 14 dan 15 merupakan stok terakhir yang siap publish. Namun sayangnya ending chapter 15 amat sangat menggantung dan tentu saja itu akan menyiksa kalian para reader kalo Author cut hiatus di sana. Maka dari itu Author memutuskan keep dulu chapter 15 dan hiatus di sini.
BTW pertimbangan Author ngambil keputusan ini lah yang bikin telat up. Author berpikir dan berpikir dan berpikir eh tau-tau hari Minggu nya udah lewat... Maaf ya T-T
Doakan urusan Author segera selesai ya supaya Author bisa kembali bersenang-senang di dunia fanfiksi hehehe~
See you soon! ^-^]
Happy reading!
Jangan lupa vote, comment, dan follow Author~================================================================================
William memutuskan untuk pergi ke Swiss, tepatnya ke Desa Albinen, kampung halaman Amie, untuk menyelidiki kecurigaannya. Perjalanan dari London ke Desa Albinen sangat jauh. Itu bisa memakan waktu setengah hari untuk sampai ke sana menggunakan kereta api dan kapal. Lalu dikarenakan William juga masih tidak tahu terlalu pasti berapa lama ia akan menghabiskan waktu di sana untuk mencaritahu apa yang yang sebenarnya terjadi--mengapa racun tersebut bisa berada di tangan selain Keluarga Goldsmith. Maka dari itu ia memberitahu Albert dan yang lainnya bahwa ia memiliki keperluan di luar negeri dan meminta mereka untuk menjaga dan melindungi Amie serta anak-anaknya. Selain itu, karena ia merasa tidak nyaman meninggalkan Amie di rumah, ia juga memintatolong agar Fred berpura-pura menjadi dirinya selama ia pergi. Hal ini tentu dilakukan atas persetujuan dari Amie juga.
Dengan segala persiapan yang dirasanya cukup untuk beberapa hari ke depan, William berangkat pagi-pagi sekali bahkan sebelum ayam jago berkokok.
/wait,, di London ada ayam jago gak yah... ~Author
×××
Jam 7 pagi di meja makan.
Fred duduk dengan tenang. Ia selalu merasa percaya diri dengan penyamarannya. Segala jenis penyamaran, mau itu laki-laki, perempuan, anak-anak, remaja, hingga tua, ia bisa melakukan semuanya. Kali ini pun sama, ia merasa sangat percaya diri dengan dirinya berpura-pura sebagai William. Itu sangat mudah. Ia hanya perlu menjadi tenang, lembut, dan tampan!
Ia sangat percaya diri, tapi...
Kepercayaan dirinya digoyahkan oleh si kembar.
Jannuar dan Jannette awalnya keluar dari kamarnya dengan senyum lebar di wajah. Mereka sangat bersemangat untuk berangkat sekolah dengan seragam mereka yang rapi. Namun ketika sampai di ruang makan, senyum mereka menghilang dengan cepat. Tanpa bicara, mereka menuju tempat duduk masing-masing sambil terus menatap 'William' yang sudah duduk menunggu mereka.
"Selamat pagi. Apakah tidur kalian nyenyak?" Sapa Fred terlebih dahulu, meyakini dengan karakter William, ia pasti akan menyapa anak-anaknya seperti itu.
Jannuar dan Jannette hanya mengangguk sekilas.
Dan obrolan terhenti sampai di sana.
Fred merasa kebingungan. Haruskah ia berkata sesuatu? Tapi obrolan macam apa yang biasa dilakukan oleh ayah dan anak-anaknnya di meja makan?? Atau haruskah ia diam saja. Ia merasa diam adalah pilihan yang terbaik sebagaimana orang bijak berkata bahwa diam itu emas. Apalagi, William memang orangnya tenang dan tidak banyak bicara. Namun, kedua anak itu terus menatapnya lekat, seolah sedang memperhatikan gelagat dan apa yang akan ia lakukan atau katakan selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS] Lembaran Baru (Moriarty the Patriot)
FanfictionSetelah kejadian itu, ketika kota London menjadi lautan api, William James Moriarty menghilang. Mereka yang ditinggalkan terus menjalani hidup, berusaha menebus dosa-dosa mereka sambil meyakini dalam hati bahwa William berhasil selamat dan tinggal d...