Assalamualaikum sahabat pembaca.
Maaf baru bisa up ya.
Soalnya sempat mampet ide dan mengalami kesulitan merangkai kata.🤧
Jadinya lama banget baru bisa up.Tapi Alhamdulillah kan. Akhirnya bisa up juga setelah berusaha mencoba terus menulis lagi 😁
Oh iya, cerita KETIBAN JODOH ini sekarang lagi diikutkan Event lo di Penerbit RnA Publishing. Jadi setiap hari up ulang dari awal versi revisi di FB penerbit RnA.
Yuk yang punya FB, dukung cerita ini hingga akhir.
Doakan nulisnya lancar dan bisa terbit ya. 😄
https://m.facebook.com/groups/rnapublishing/permalink/4877794592232331/
Makasih.Maaf terlalu banyak cuap-cuap.
Jangan lupa vote dulu ya.😉Happy Reading
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
Tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Jadi tak patut kita menilai baik atau tidaknya seseorang, hingga beranggapan bahwa dia lebih buruk dari kita.💗💗💗💗💗💗
Waktu berputar seiring mentari yang terus beranjak semakin meninggi, hingga tiba menyingsingnya matahari sebagai pertanda masuknya waktu salat Zuhur.
Nabil baru saja sampai di pondok tepat azan Zuhur. "Nanti setelah salat jemaah. Ke ndalem dulu ya, Bil. Jangan langsung pulang." Nabil mengangguk seraya tersenyum, kepalanya lalu menunduk.
Setelah memasukkan mobil ke bagasi samping ndalem. Nabil langsung menuju kamar mandi samping masjid untuk bersuci.
Setelah lima belas menit berlalu. Salat jemaah pun usai, para santri bubar, bergantian keluar melewati pintu-pintu masjid yang terdapat empat pintu. Dua pintu bagian depan dan satu pintu bagian kanan lalu yang kiri.
Nabil yang memang tadi berada di saf terdepan, tepat di belakang sang kiai. Kini masih tampak khusyuk menghadap kiblat, lisannya terus bergerak melafalkam zikir seiring dengan jemarinya yang bergerak sebagai penghitung zikirnya.
Selang beberapa menit, Nabil pun beranjak dan langkahnya langsung menuju ndalem sesuai titah Kiai. Setelah berucap salam, Kiai Kholil pun menyuruhnya masuk dan duduk di hadapannya.
"Gimana kabar Laura dan keluarga, Le?" tanya Abah Yai saat keduanya kini telah duduk berhadapan yang hanya tersekat meja. Tadinya Nabil akan duduk di bawah, tetapi Kiai Kholil melarang dan menyuruhnya duduk di kursi.
"Alhamdulillah sehat wal 'afiyat, Bah."
"Laura? Sudah ada perubahan baik?"
"Alhamdulillah, Bah. Sudah banyak perubahan lebih baik," ucap Nabil dengan antusias, wajahnya terlihat semringah.
"Syukurlah kalau gitu, Abah turut bahagia dengernya. Kalau ada apa-apa jangan sungkan bilang ke Abah, ya, Le. Abah, kan udah anggap kamu seperti putra abah sendiri. Kamu pun harus menganggap Abah seperti orang tua kamu sendiri." Kiyai kholil tampak menghela napas lega, mendengar perjodohan yang terjadi pada santri kesayangannya tak menimbulkan masalah.
"Iya, Bah. Mohon doanya."
"Iya, Le. Semoga kalian hidup bahagia dan senantiasa berada dalam naungan rida Allah. Ingat, ya, Bil. Tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Jadi tak patut kita menilai baik atau tidaknya seseorang, hingga beranggapan bahwa dia lebih buruk dari kita. Sabarlah menghadapi istrimu, mintalah kepada Allah petunjuk agar kamu bisa sabar dalam membimbingnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIBAN JODOH
SpiritualKetiban jodoh? Jomblo mana yang tak suka? Hampir semua jomblowan-jomblowati pasti mengharapkan segera bersatu dengan tulang rusuknya. Namun, bagaimana jika nasib perjodohan, jika keduanya berbanding terbalik hampir dalam setiap hal? Hanya satu yang...